2 Korintus 3:9-11: Kemuliaan Injil yang Kekal

Pendahuluan
Surat 2 Korintus ditulis oleh Rasul Paulus untuk menegaskan otoritas kerasulannya dan keunggulan pelayanan Perjanjian Baru dibandingkan dengan Perjanjian Lama. Dalam 2 Korintus 3:9-11, Paulus membandingkan dua pelayanan:
- Pelayanan yang membawa hukuman (hukum Taurat di Perjanjian Lama).
- Pelayanan kebenaran (Injil di Perjanjian Baru).
Paulus menegaskan bahwa jika hukum Taurat memiliki kemuliaan, kemuliaan Injil jauh lebih besar karena bersifat kekal.
Dalam teologi Reformed, bagian ini sangat penting dalam pemahaman tentang hukum dan anugerah, keunggulan Kristus atas Musa, serta permanensi Injil dibandingkan dengan Perjanjian Lama. Artikel ini akan mengeksplorasi 2 Korintus 3:9-11 dengan merujuk pada pemikiran John Calvin, Louis Berkhof, Herman Bavinck, dan R.C. Sproul.
Eksposisi 2 Korintus 3:9-11
1. Pelayanan yang Membawa Hukuman vs. Pelayanan yang Membawa Kebenaran (2 Korintus 3:9)
"Sebab, jika pelayanan yang membawa hukuman memiliki kemuliaan, terlebih lagi pelayanan kebenaran itu melimpah dalam kemuliaan." (2 Korintus 3:9, AYT)
Paulus membandingkan hukum Taurat dan Injil.
- Hukum Taurat disebut sebagai "pelayanan yang membawa hukuman" karena hanya mengungkapkan dosa manusia dan menuntut keadilan tanpa memberikan solusi.
- Injil disebut sebagai "pelayanan kebenaran" karena memberikan pembenaran bagi orang berdosa melalui iman kepada Kristus.
John Calvin: Hukum Taurat Tidak Dapat Membenarkan
John Calvin dalam Commentary on 2 Corinthians menegaskan bahwa hukum Taurat, meskipun berasal dari Allah, tidak bisa memberikan hidup karena manusia tidak mampu menaati hukum itu secara sempurna.
Calvin menjelaskan bahwa fungsi utama hukum adalah untuk menunjukkan dosa dan mendatangkan hukuman (Roma 3:20). Ini sejalan dengan Galatia 3:24, yang menyatakan bahwa hukum adalah penuntun (pedagog) yang membawa kita kepada Kristus.
Namun, dalam Kristus, kita menerima pembenaran oleh iman (justification by faith), yang jauh lebih mulia dibandingkan hukum Taurat.
Louis Berkhof: Keadilan dan Anugerah dalam Konteks Hukum Taurat
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa keadilan Allah dinyatakan dalam Taurat, tetapi anugerah Allah dinyatakan dalam Injil.
- Taurat mengutuk orang berdosa karena standar kekudusannya sangat tinggi.
- Injil membenarkan orang berdosa karena Kristus telah memenuhi hukum itu bagi kita.
Oleh karena itu, pelayanan Injil jauh lebih mulia karena memberikan pengampunan, pembenaran, dan kehidupan kekal bagi mereka yang percaya.
Herman Bavinck: Perbedaan Perjanjian Lama dan Baru
Herman Bavinck menyoroti bahwa dalam Perjanjian Lama, kemuliaan Allah dinyatakan melalui hukum Taurat yang ditulis di atas loh batu.
Namun, dalam Perjanjian Baru, kemuliaan Allah dinyatakan melalui Kristus, yang adalah penggenapan hukum Taurat.
Bavinck melihat bahwa perubahan dari hukum Taurat ke Injil bukanlah kontradiksi, tetapi penggenapan yang lebih tinggi dari rencana keselamatan Allah.
2. Kemuliaan Perjanjian Lama yang Memudar vs. Kemuliaan Injil yang Kekal (2 Korintus 3:10)
"Sesungguhnya, apa yang dahulu dianggap mulia, dalam hal ini tidak lagi dimuliakan karena kemuliaan yang melimpah itu." (2 Korintus 3:10, AYT)
Paulus mengacu pada kemuliaan Musa yang bersinar setelah menerima hukum Taurat di Gunung Sinai (Keluaran 34:29-35).
Namun, Paulus mengatakan bahwa kemuliaan Perjanjian Lama menjadi tidak berarti dibandingkan dengan kemuliaan Injil.
John Calvin: Kemuliaan Taurat Tidak Berbanding dengan Kemuliaan Injil
John Calvin menjelaskan bahwa meskipun hukum Taurat memiliki kemuliaan, kemuliaan itu hanya bersifat sementara dan terbatas.
Dalam Institutes of the Christian Religion, Calvin menekankan bahwa kemuliaan yang sejati ditemukan dalam Kristus, yang menyatakan Allah secara sempurna (Ibrani 1:3).
- Musa membawa hukum yang mengutuk,
- Kristus membawa Injil yang membenarkan.
R.C. Sproul: Kemuliaan yang Lebih Besar dalam Kristus
R.C. Sproul menyoroti bahwa kemuliaan hukum Taurat hanya bersifat simbolis, sementara kemuliaan Injil adalah substansi yang sejati.
Dalam teologi Reformed, ini disebut sebagai "bayangan" dan "realitas":
- Hukum Taurat adalah bayangan dari keselamatan yang akan datang (Ibrani 10:1).
- Kristus adalah realitas yang memenuhi semua janji keselamatan.
Karena itu, tidak ada alasan untuk kembali kepada hukum Taurat sebagai sarana keselamatan, karena kita telah memiliki sesuatu yang jauh lebih besar dalam Injil.
3. Kemuliaan yang Memudar vs. Kemuliaan yang Kekal (2 Korintus 3:11)
"Sebab, jika yang memudar itu datang dengan kemuliaan, terlebih lagi yang kekal itu dalam kemuliaan." (2 Korintus 3:11, AYT)
Paulus menyatakan bahwa jika Perjanjian Lama yang bersifat sementara memiliki kemuliaan, maka Perjanjian Baru yang bersifat kekal memiliki kemuliaan yang lebih besar.
Louis Berkhof: Kekekalan Injil dalam Rencana Allah
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menegaskan bahwa hukum Taurat bukanlah tujuan akhir dari rencana Allah, tetapi hanya tahap sementara menuju Injil.
Berkhof menjelaskan bahwa dalam ordo salutis (tata keselamatan dalam teologi Reformed):
- Perjanjian Lama adalah tahap persiapan keselamatan,
- Perjanjian Baru adalah penggenapan keselamatan dalam Kristus.
Oleh karena itu, kemuliaan Injil jauh lebih besar karena membawa kehidupan kekal, bukan hanya perintah moral.
Herman Bavinck: Injil sebagai Perjanjian yang Kekal
Herman Bavinck menekankan bahwa Perjanjian Lama bersifat sementara karena berisi hukum yang diberikan untuk bangsa Israel.
Namun, Injil bersifat kekal karena berlaku bagi semua orang dari segala bangsa, hingga akhir zaman.
- Hukum Taurat bersifat terbatas,
- Injil bersifat universal dan kekal.
Bavinck melihat bahwa Kristus sebagai penggenapan hukum adalah inti dari kemuliaan Injil yang lebih besar.
Perbandingan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam 2 Korintus 3:9-11
Perjanjian Lama (Hukum Taurat) | Perjanjian Baru (Injil Kristus) |
---|---|
Disebut sebagai "pelayanan yang membawa hukuman" | Disebut sebagai "pelayanan yang membawa kebenaran" |
Mengutuk manusia karena dosa | Membenarkan manusia melalui Kristus |
Ditulis di atas loh batu (Keluaran 34:29) | Ditulis di dalam hati (Yeremia 31:33) |
Kemuliaannya bersifat sementara | Kemuliaannya bersifat kekal |
Berlaku untuk bangsa Israel | Berlaku bagi seluruh dunia |
Aplikasi Teologis bagi Orang Percaya
Dari eksposisi ini, kita bisa menarik beberapa pelajaran penting:
-
Keselamatan Tidak Bisa Diperoleh Melalui Hukum Taurat
- Tidak ada manusia yang bisa menaati hukum Allah secara sempurna (Roma 3:23).
- Satu-satunya jalan keselamatan adalah melalui iman kepada Kristus (Efesus 2:8-9).
-
Kemuliaan Injil Lebih Besar daripada Kemuliaan Hukum Taurat
- Musa membawa hukum yang menghukum, Kristus membawa Injil yang membenarkan.
- Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam anugerah Injil, bukan dalam ketakutan akan hukum Taurat.
-
Perjanjian Baru adalah Perjanjian yang Kekal
- Hukum Taurat hanya berlaku sementara, tetapi Injil berlaku selamanya (Ibrani 13:20).
- Oleh karena itu, kita harus berpegang teguh pada Injil yang kekal ini dan memberitakannya kepada dunia.
Kesimpulan
2 Korintus 3:9-11 menegaskan keunggulan Injil dibandingkan hukum Taurat.
Hukum Taurat membawa kemuliaan yang sementara, tetapi Injil membawa kemuliaan yang kekal.
Sebagai orang percaya, kita harus hidup dalam anugerah Injil, bukan di bawah kutukan hukum. Kita memiliki Kristus sebagai penggenapan hukum, dan kemuliaan Injil akan bertahan selamanya.