Lakukan Apa yang Membuatmu Bahagia

Lakukan Apa yang Membuatmu Bahagia

Pendahuluan

Di era modern ini, salah satu nasihat paling populer yang sering kita dengar adalah: "Lakukan apa yang membuatmu bahagia." Kalimat ini tampaknya memberi kebebasan kepada setiap orang untuk menentukan jalan hidup mereka sendiri, tanpa dibatasi oleh aturan atau ekspektasi dari luar.

Namun, apakah kebahagiaan yang berdasarkan kehendak pribadi merupakan tujuan utama dalam hidup manusia? Apakah Alkitab mendukung pemikiran ini? Dalam teologi Reformed, kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam pengejaran kesenangan duniawi, tetapi dalam mengenal dan menikmati Allah.

Artikel ini akan membahas perspektif teologi Reformed terhadap nasihat ini dengan membongkar lima aspek utama:

  1. Kebahagiaan Duniawi Bersifat Sementara dan Menyesatkan
  2. Tujuan Hidup Manusia adalah Memuliakan Allah, Bukan Sekadar Bahagia
  3. Pengejaran Kebahagiaan Tanpa Allah Berujung pada Kekosongan
  4. Kebahagiaan Sejati Ditemukan dalam Ketaatan kepada Kristus
  5. Allah Memanggil Kita untuk Menikmati Sukacita dalam Kebenaran-Nya

Dengan memahami prinsip-prinsip ini, kita akan melihat bahwa kebahagiaan sejati bukanlah tentang mengikuti keinginan pribadi, tetapi tentang hidup dalam kebenaran yang Tuhan tetapkan.

1. Kebahagiaan Duniawi Bersifat Sementara dan Menyesatkan

Dunia mendefinisikan kebahagiaan sebagai perasaan senang, puas, dan tanpa beban. Banyak orang berpikir bahwa kebahagiaan dapat ditemukan dalam uang, kesuksesan, hubungan, atau kebebasan untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan. Namun, Alkitab dengan jelas memperingatkan bahwa kebahagiaan duniawi bersifat sementara dan dapat menyesatkan.

A. Alkitab Memperingatkan tentang Kebahagiaan yang Palsu

Amsal 14:12 berkata:

"Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut."

Tidak semua yang tampaknya membawa kebahagiaan akan menghasilkan kehidupan yang baik. Banyak hal yang tampak menyenangkan pada awalnya, tetapi akhirnya membawa penderitaan dan kehancuran.

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menegaskan bahwa hati manusia cenderung menciptakan berhala-berhala yang menggantikan Allah, termasuk pencarian kebahagiaan yang tidak berpusat pada-Nya.

B. Dunia Tidak Bisa Memberikan Kepuasan yang Sejati

Pengkhotbah 2:10-11 menceritakan bagaimana Raja Salomo, yang memiliki segala sesuatu yang diinginkan manusia, akhirnya menyimpulkan:

"Segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin."

Salomo menikmati kekayaan, kehormatan, dan kesenangan duniawi, tetapi semuanya ternyata kosong tanpa Allah.

Kesimpulan

Jika kita mendasarkan hidup kita pada kebahagiaan yang bersumber dari dunia, kita akan kecewa. Hanya Allah yang bisa memberikan kepuasan sejati.

2. Tujuan Hidup Manusia adalah Memuliakan Allah, Bukan Sekadar Bahagia

Teologi Reformed menegaskan bahwa manusia diciptakan bukan untuk mengejar kebahagiaan pribadi, tetapi untuk memuliakan Allah.

A. Katekismus Westminster: Tujuan Utama Hidup Manusia

Katekismus Westminster Pertama bertanya:

"Apakah tujuan utama manusia?"

Jawabannya:

"Tujuan utama manusia adalah untuk memuliakan Allah dan menikmati Dia selamanya."

Ini berarti bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa ditemukan ketika kita hidup sesuai dengan rancangan Allah.

B. Yesus Tidak Memanggil Kita untuk Hidup Nyaman, tetapi untuk Mengikut Dia

Matius 16:24 berkata:

"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku."

Mengikut Kristus sering kali berarti meninggalkan kenyamanan dan kebahagiaan duniawi untuk mendapatkan sesuatu yang jauh lebih berharga: hubungan dengan Allah.

Jonathan Edwards dalam tulisannya The End for Which God Created the World menegaskan bahwa kebahagiaan sejati manusia hanya bisa ditemukan dalam kemuliaan Allah.

Kesimpulan

Tujuan utama kita bukanlah mencari kebahagiaan pribadi, tetapi hidup untuk kemuliaan Allah.

3. Pengejaran Kebahagiaan Tanpa Allah Berujung pada Kekosongan

Banyak orang berpikir bahwa mereka bisa menemukan kebahagiaan tanpa Allah, tetapi Alkitab menunjukkan bahwa ini adalah ilusi.

A. Pengejaran Duniawi Tidak Pernah Cukup

Yesaya 55:2 berkata:

"Mengapa kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan?"

Pengejaran terhadap kesenangan duniawi seperti air laut—semakin banyak diminum, semakin haus.

B. Tanpa Allah, Manusia Terjebak dalam Siklus Dosa dan Ketidakpuasan

Roma 1:21-22 berkata:

"Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya, pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap."

R.C. Sproul menegaskan bahwa manusia yang mencari kebahagiaan di luar Allah akan berakhir dalam keputusasaan, karena hanya Allah yang bisa memenuhi kebutuhan terdalam manusia.

Kesimpulan

Kebahagiaan tanpa Allah hanyalah fatamorgana yang membawa kepada kehampaan.

4. Kebahagiaan Sejati Ditemukan dalam Ketaatan kepada Kristus

Alkitab mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukan ditemukan dalam kebebasan untuk melakukan apa saja, tetapi dalam hidup yang taat kepada Kristus.

A. Ketaatan kepada Allah Membawa Sukacita yang Sejati

Mazmur 1:1-2 berkata:

"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN."

Orang yang hidup dalam ketaatan kepada Allah akan mengalami sukacita yang lebih dalam daripada kebahagiaan duniawi.

B. Roh Kudus Memberikan Sukacita yang Kekal

Roma 14:17 berkata:

"Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus."

John Piper dalam bukunya Desiring God menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam kesenangan sementara, tetapi dalam mengejar Allah dan menikmati Dia.

Kesimpulan

Kebahagiaan sejati ditemukan dalam hidup yang selaras dengan kehendak Allah, bukan dalam mengikuti keinginan sendiri.

5. Allah Memanggil Kita untuk Menikmati Sukacita dalam Kebenaran-Nya

Tuhan tidak menentang kebahagiaan, tetapi Dia ingin kita menemukan kebahagiaan dalam diri-Nya.

A. Yesus Menawarkan Sukacita yang Tidak Bisa Diberikan Dunia

Yohanes 15:11 berkata:

"Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh."

Kristus tidak hanya memberikan hidup, tetapi juga sukacita sejati.

B. Hidup yang Berpusat pada Allah Membawa Kepuasan yang Kekal

Mazmur 16:11 berkata:

"Di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa."

Jonathan Edwards menekankan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa ditemukan ketika kita bersukacita dalam kemuliaan Allah.

Kesimpulan

Allah tidak hanya ingin kita menaati-Nya, tetapi juga menikmati sukacita dalam hadirat-Nya.

Kesimpulan Akhir: Kebahagiaan Sejati dalam Kristus

Kebahagiaan duniawi bersifat sementara dan bisa menyesatkan.
Tujuan utama manusia adalah memuliakan Allah, bukan sekadar bahagia.
Pengejaran kebahagiaan tanpa Allah berujung pada kehampaan.
Kebahagiaan sejati ditemukan dalam ketaatan kepada Kristus.
Allah memanggil kita untuk menikmati sukacita dalam kebenaran-Nya.

Jadi, daripada hidup dengan prinsip "Lakukan apa yang membuatmu bahagia," marilah kita hidup dengan prinsip "Lakukan apa yang memuliakan Allah," karena di situlah kebahagiaan sejati ditemukan.

Next Post Previous Post