5 Mitos tentang Bagaimana Kita Mendapatkan Alkitab

Pendahuluan:
Alkitab adalah firman Tuhan yang diilhamkan, yang menjadi otoritas tertinggi bagi iman dan kehidupan orang percaya. Namun, di sepanjang sejarah, banyak mitos dan kesalahpahaman yang muncul tentang bagaimana kita mendapatkan Alkitab.
Beberapa orang berpikir bahwa Alkitab hanyalah kumpulan cerita kuno, sementara yang lain mengklaim bahwa isinya telah banyak berubah dan tidak dapat dipercaya. Dalam teologi Reformed, kita percaya bahwa Alkitab adalah wahyu Allah yang diilhamkan, terjaga, dan berotoritas penuh bagi umat-Nya.
Para teolog Reformed seperti John Calvin, Jonathan Edwards, R.C. Sproul, John Piper, dan Wayne Grudem menekankan bahwa Alkitab bukanlah hasil rekayasa manusia, tetapi adalah firman Tuhan yang tetap terpelihara sepanjang zaman.
Dalam artikel ini, kita akan membahas 5 mitos umum tentang bagaimana kita mendapatkan Alkitab dan menjawabnya dari perspektif teologi Reformed.
Mitos #1: Alkitab Hanya Kumpulan Legenda Kuno yang Ditulis Jauh Setelah Peristiwa Terjadi
Fakta: Alkitab Ditulis oleh Saksi Mata dan Berdasarkan Sumber yang Dapat Dipercaya
Salah satu tuduhan yang sering diajukan adalah bahwa Alkitab hanyalah kumpulan legenda yang dikembangkan oleh orang-orang setelah Yesus dan peristiwa-peristiwa besar terjadi.
Namun, bukti sejarah dan internal dari Alkitab sendiri menunjukkan bahwa kitab-kitabnya ditulis oleh orang-orang yang memiliki akses langsung ke peristiwa yang mereka catat.
“Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar, itu yang kami beritakan kepadamu.” (1 Yohanes 1:3, AYT)
Kesaksian Para Rasul
John Piper menegaskan bahwa Perjanjian Baru ditulis oleh para rasul dan orang-orang yang hidup di zaman Yesus, sehingga mereka bukan sekadar menulis legenda, tetapi laporan sejarah yang akurat.
Mitos #2: Gereja Katolik yang Menentukan Kitab Mana yang Masuk dalam Alkitab
Fakta: Kanon Alkitab Terbentuk Berdasarkan Otoritas Ilahi, Bukan Keputusan Gereja
Beberapa orang mengklaim bahwa Alkitab adalah hasil keputusan gereja di abad ke-4, khususnya melalui Konsili Nicea (325 M) atau Konsili Hippo (393 M).
Namun, gereja tidak menciptakan kanon Alkitab—gereja hanya mengakui kitab-kitab yang sudah memiliki otoritas ilahi sejak awal.
“Seluruh Kitab Suci diilhamkan oleh Allah dan berguna untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2 Timotius 3:16, AYT)
Bagaimana Kanon Alkitab Ditetapkan?
- Ditulis oleh nabi atau rasul yang diilhami oleh Roh Kudus.
- Diakui oleh umat Allah sejak awal sebagai firman Tuhan.
- Konsisten dengan wahyu Allah sebelumnya (Perjanjian Lama dan ajaran Yesus).
R.C. Sproul menjelaskan bahwa kanonisasi bukan tentang memberi otoritas pada kitab-kitab tertentu, tetapi tentang mengakui otoritas yang telah Tuhan berikan kepada kitab-kitab tersebut sejak awal.
Mitos #3: Alkitab Telah Banyak Berubah Seiring Waktu dan Tidak Dapat Dipercaya
Fakta: Alkitab Terpelihara dengan Akurat Melalui Salinan Kuno yang Berlimpah
Banyak orang percaya bahwa Alkitab telah mengalami banyak perubahan sehingga tidak lagi sama dengan aslinya.
Namun, bukti tekstual menunjukkan bahwa Alkitab adalah salah satu dokumen kuno yang paling terjaga keasliannya dibandingkan dengan teks sejarah lainnya.
“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.” (Matius 24:35, AYT)
Bukti Keakuratan Alkitab
- Naskah Perjanjian Lama: Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls) menunjukkan bahwa teks Ibrani telah terjaga dengan luar biasa selama lebih dari 1.000 tahun.
- Naskah Perjanjian Baru: Ada lebih dari 5.800 manuskrip Yunani kuno yang membuktikan bahwa Alkitab yang kita miliki sekarang sangat akurat.
Wayne Grudem menegaskan bahwa perbedaan kecil dalam salinan manuskrip Alkitab tidak memengaruhi doktrin Kristen dan tidak ada perubahan besar dalam teks Alkitab selama ribuan tahun.
Mitos #4: Alkitab Bertentangan dengan Sains dan Sejarah
Fakta: Alkitab dan Sains Tidak Bertentangan, tetapi Saling Melengkapi
Banyak orang mengklaim bahwa Alkitab tidak dapat dipercaya karena bertentangan dengan sains dan sejarah.
Namun, sejarah dan arkeologi justru semakin banyak membuktikan keakuratan peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam Alkitab.
“Firman-Mu adalah kebenaran.” (Yohanes 17:17, AYT)
Bukti Arkeologi yang Mendukung Alkitab
- Keberadaan Raja Daud dibuktikan oleh Prasasti Tel Dan.
- Keberadaan Pilatus dikonfirmasi melalui Prasasti Pilatus di Kaisarea.
- Penghancuran Yerusalem tahun 70 M sesuai dengan nubuat Yesus dalam Matius 24.
John Calvin menegaskan bahwa Alkitab bukanlah buku sains, tetapi ketika berbicara tentang fakta sejarah atau fenomena alam, Alkitab tidak pernah keliru.
Mitos #5: Hanya Para Pemuka Agama yang Bisa Memahami Alkitab
Fakta: Alkitab Dapat Dipahami oleh Semua Orang dengan Bimbingan Roh Kudus
Beberapa orang berpikir bahwa Alkitab terlalu sulit untuk dipahami dan hanya dapat ditafsirkan oleh para pemuka agama.
Namun, dalam teologi Reformed, kita percaya bahwa Alkitab dapat dipahami oleh semua orang percaya yang dipimpin oleh Roh Kudus.
“Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu.” (Yohanes 14:26, AYT)
Bagaimana Orang Percaya Dapat Memahami Alkitab?
- Membaca dengan bimbingan Roh Kudus.
- Mempelajari konteks sejarah dan budaya Alkitab.
- Membandingkan ayat dengan ayat lain dalam Alkitab.
Jonathan Edwards menegaskan bahwa Allah memberikan hikmat kepada setiap orang percaya untuk memahami firman-Nya melalui Roh Kudus dan studi yang tekun.
Kesimpulan: Alkitab adalah Firman Allah yang Berotoritas dan Terpelihara
Setelah memahami mitos-mitos yang salah tentang bagaimana kita mendapatkan Alkitab, kita dapat menyimpulkan bahwa:
- Alkitab bukan legenda, tetapi ditulis oleh saksi mata dan berdasarkan fakta sejarah.
- Kanonnya ditetapkan oleh Allah, bukan oleh gereja.
- Alkitab tetap terpelihara dan dapat dipercaya keasliannya.
- Sejarah dan arkeologi mendukung banyak catatan dalam Alkitab.
- Setiap orang percaya dapat memahami Alkitab dengan bimbingan Roh Kudus.
Sebagaimana John Calvin berkata:
“Alkitab adalah satu-satunya sumber kebenaran yang sempurna, dan di dalamnya Allah berbicara kepada umat-Nya dengan otoritas ilahi.”
Marilah kita berpegang teguh pada Alkitab sebagai firman Allah yang hidup, berotoritas, dan tidak berubah!