5 Mitos tentang Keramahtamahan

Pendahuluan:
Keramahtamahan atau hospitality adalah salah satu nilai utama dalam Kekristenan. Dalam Alkitab, kita berulang kali diperintahkan untuk menunjukkan kasih kepada orang lain melalui keramahtamahan, baik kepada saudara seiman maupun orang asing. Namun, dalam praktiknya, banyak orang memiliki kesalahpahaman tentang konsep hospitality, sehingga mereka menganggapnya hanya sebagai tugas orang tertentu atau sekadar bentuk keramahan sosial.
Dalam teologi Reformed, keramahtamahan bukan hanya tentang menjamu tamu atau bersikap ramah, tetapi merupakan ekspresi nyata dari kasih Kristus dan Injil. Para teolog seperti John Calvin, Jonathan Edwards, R.C. Sproul, John Piper, dan Wayne Grudem menekankan bahwa hospitality adalah bagian dari panggilan Kristen untuk mencerminkan kasih Allah kepada dunia.
Artikel ini akan membahas 5 mitos umum tentang hospitality, serta bagaimana perspektif teologi Reformed menanggapi dan meluruskan pemahaman yang salah tentang hal ini.
Mitos #1: Keramahtamahan Hanya untuk Orang yang Memiliki Rumah Besar dan Sumber Daya Berlimpah
Fakta: Keramahtamahan Adalah Sikap Hati, Bukan Kemewahan Materi
Banyak orang berpikir bahwa hanya mereka yang memiliki rumah besar, makanan berlimpah, dan sumber daya keuangan yang mencukupi yang bisa menunjukkan keramahtamahan. Namun, Alkitab tidak pernah menghubungkan hospitality dengan kekayaan atau status sosial.
“Janganlah kamu lupa untuk menunjukkan keramahan kepada orang asing, karena dengan berbuat demikian beberapa orang tanpa sadar telah menjamu malaikat.” (Ibrani 13:2, AYT)
Keramahtamahan dalam perspektif Kristen bukanlah tentang kemewahan, tetapi tentang hati yang terbuka untuk menerima orang lain dengan kasih.
Pandangan Teologi Reformed
John Piper menegaskan bahwa hospitality bukan tentang seberapa banyak yang kita miliki, tetapi tentang seberapa rela kita berbagi kasih dan perhatian kepada orang lain.
Contoh Alkitabiah:
- Janda di Sarfat (1 Raja-Raja 17:8-16) yang hanya memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak, tetapi tetap menunjukkan hospitality kepada nabi Elia, dan Allah memberkatinya.
- Janda miskin di Bait Allah (Markus 12:41-44) yang memberikan dua keping uang logam, yang menunjukkan bahwa hospitality bukan tentang jumlah, tetapi tentang hati yang murah hati.
Mitos #2: Keramahtamahan Hanya Berlaku untuk Orang-Orang yang Kita Kenal
Fakta: Hospitality Juga Ditunjukkan kepada Orang Asing dan yang Membutuhkan
Banyak orang mengira bahwa keramahtamahan hanya berarti menjamu teman-teman dekat atau keluarga, tetapi Alkitab mengajarkan bahwa hospitality juga harus diberikan kepada orang asing, orang yang membutuhkan, dan mereka yang tidak dapat membalas kebaikan kita.
“Jika kamu berbuat baik kepada mereka yang berbuat baik kepadamu, apakah jasamu? Sebab orang berdosa pun melakukan hal yang sama.” (Lukas 6:33, AYT)
Yesus mengajarkan kasih yang melampaui batasan sosial dan relasional.
Pandangan Teologi Reformed
Jonathan Edwards menegaskan bahwa hospitality sejati adalah ketika kita menunjukkan kasih kepada mereka yang tidak dapat membalas kebaikan kita, karena itulah yang Kristus lakukan bagi kita.
Contoh Alkitabiah:
- Perumpamaan tentang Orang Samaria yang Baik Hati (Lukas 10:25-37) mengajarkan bahwa hospitality melampaui batas budaya dan harus diberikan kepada semua orang, termasuk orang yang berbeda latar belakang.
Mitos #3: Keramahtamahan Hanya Berarti Menyediakan Makanan dan Tempat Tinggal
Fakta: Hospitality Adalah Tentang Menunjukkan Kasih dalam Berbagai Bentuk
Banyak orang berpikir bahwa hospitality hanya berarti mengundang orang untuk makan bersama atau menyediakan tempat tinggal. Namun, hospitality dalam Alkitab lebih luas dari sekadar menjamu tamu.
“Saling mengasihi sebagai saudara dan berlomba-lombalah dalam memberi hormat.” (Roma 12:10, AYT)
Hospitality dapat berupa:
- Mendengarkan orang yang sedang berduka
- Mendoakan dan menguatkan mereka yang lemah
- Menolong secara praktis, seperti membantu seseorang yang sedang mengalami kesulitan
Pandangan Teologi Reformed
R.C. Sproul menjelaskan bahwa hospitality sejati adalah ketika kita bersedia keluar dari zona nyaman kita untuk melayani orang lain, sebagaimana Kristus telah melayani kita.
Contoh Alkitabiah:
- Yesus dan perempuan Samaria di sumur (Yohanes 4:1-26) — Hospitality bukan hanya soal memberi makanan, tetapi juga tentang memberi perhatian, kasih, dan kebenaran firman Tuhan.
Mitos #4: Keramahtamahan Adalah Pilihan, Bukan Perintah
Fakta: Hospitality Adalah Perintah yang Harus Ditaati oleh Orang Percaya
Banyak orang berpikir bahwa keramahtamahan hanyalah tindakan opsional, tetapi dalam Alkitab, hospitality adalah perintah bagi semua orang percaya.
“Bersikaplah ramah satu sama lain tanpa bersungut-sungut.” (1 Petrus 4:9, AYT)
“Tetapi seorang penilik jemaat haruslah seorang yang suka memberi tumpangan.” (1 Timotius 3:2, AYT)
Keramahtamahan bukanlah sekadar saran, tetapi bagian dari kehidupan Kristen yang harus diterapkan oleh semua orang percaya.
Pandangan Teologi Reformed
Wayne Grudem menegaskan bahwa keramahtamahan adalah bagian dari kehidupan gereja yang sehat, karena melalui hospitality kita mencerminkan kasih Allah dan membangun komunitas yang kuat.
Contoh Alkitabiah:
- Orang Kristen mula-mula dalam Kisah Para Rasul 2:42-47 — Mereka hidup dalam kebersamaan, berbagi makanan, dan menunjukkan hospitality dalam kehidupan sehari-hari.
Mitos #5: Hanya Orang yang Memiliki Karunia Khusus yang Dipanggil untuk Hospitality
Fakta: Semua Orang Percaya Dipanggil untuk Menunjukkan Keramahtamahan
Ada pandangan yang mengatakan bahwa hanya mereka yang memiliki "karunia hospitality" yang perlu menjalankannya, tetapi Alkitab tidak mengajarkan demikian.
“Marilah kita berbuat baik kepada semua orang, terutama kepada mereka yang seiman.” (Galatia 6:10, AYT)
Semua orang percaya dipanggil untuk hidup dalam kasih dan menunjukkan hospitality dalam berbagai cara.
Pandangan Teologi Reformed
John Calvin menegaskan bahwa hospitality bukan hanya tugas orang tertentu, tetapi panggilan setiap orang percaya sebagai bentuk pelayanan kasih kepada sesama.
Contoh Alkitabiah:
- Gereja mula-mula dalam Kisah Para Rasul menunjukkan bahwa hospitality bukan hanya tugas pemimpin gereja, tetapi sesuatu yang dilakukan oleh seluruh jemaat.
Kesimpulan: Hospitality sebagai Ekspresi Kasih Kristus
Setelah memahami 5 mitos tentang hospitality, kita dapat menyimpulkan bahwa:
- Hospitality tidak bergantung pada kekayaan, tetapi pada hati yang murah hati.
- Hospitality harus ditunjukkan kepada semua orang, bukan hanya orang yang kita kenal.
- Hospitality bukan hanya soal makanan, tetapi juga kepedulian dan kasih.
- Hospitality adalah perintah Alkitabiah yang harus ditaati.
- Semua orang percaya dipanggil untuk menunjukkan hospitality.
Sebagaimana John Piper berkata:
“Hospitality bukan hanya tentang mengundang orang ke rumah kita, tetapi tentang mengundang mereka ke dalam hati kita.”
Marilah kita menjadikan hospitality sebagai bagian dari kehidupan Kristen kita, mencerminkan kasih Kristus kepada dunia!