Apakah Mazmur Mengandung Kesombongan Diri yang Benar?

Apakah Mazmur Mengandung Kesombongan Diri yang Benar?

Pendahuluan:

Kitab Mazmur adalah bagian dari Alkitab yang penuh dengan doa, pujian, dan renungan yang mendalam. Namun, ada beberapa bagian di dalamnya yang tampaknya menunjukkan pernyataan diri yang benar, seolah-olah pemazmur membanggakan kebaikannya sendiri di hadapan Tuhan. Contohnya, dalam Mazmur 18:20-24, Daud berkata:

"TUHAN telah membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku; sesuai dengan kesucian tanganku, Ia telah memberi upah kepadaku." (Mazmur 18:20, AYT)

Ayat-ayat seperti ini dapat menimbulkan pertanyaan: Apakah Mazmur mengandung kesombongan diri yang benar (self-righteous boasting)? Apakah pemazmur mengandalkan kebaikannya sendiri untuk mendapatkan pembenaran di hadapan Tuhan?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita akan meneliti kitab Mazmur dalam konteks teologi Reformed, yang sangat menekankan doktrin pembenaran oleh iman (sola fide) dan kebergantungan penuh kepada kasih karunia Allah (sola gratia).

1. Mazmur Sebagai Doa yang Jujur, Bukan Kesombongan Diri

Salah satu prinsip utama dalam memahami Mazmur adalah menyadari bahwa kitab ini berisi doa dan nyanyian yang mengungkapkan isi hati manusia di hadapan Tuhan. Pemazmur sering berbicara secara pribadi dan emosional, menyampaikan sukacita, penderitaan, permohonan, dan keyakinan mereka kepada Allah.

Dalam banyak ayat, pemazmur menyatakan integritasnya di hadapan Tuhan, seperti dalam Mazmur 26:1:

"Hakimilah aku, ya TUHAN, sebab aku telah hidup dalam ketulusan; aku telah percaya kepada TUHAN tanpa goyah."

Sekilas, ini tampak seperti pernyataan kesombongan. Namun, dalam konteksnya, pemazmur tidak menyatakan dirinya benar dalam arti mutlak, melainkan berbicara dalam kaitannya dengan kesetiaannya kepada Tuhan dibandingkan dengan orang fasik yang menolak Allah.

Teologi Reformed menekankan bahwa manusia tidak memiliki kebenaran di dalam dirinya sendiri. Kita semua telah jatuh dalam dosa (Roma 3:10-12), dan tidak ada yang benar di hadapan Tuhan berdasarkan usaha sendiri. Namun, ada perbedaan antara kesombongan diri yang menolak kasih karunia Allah dan pernyataan iman yang mengakui kesetiaan kepada-Nya.

Bagaimana ini diterapkan dalam kehidupan kita?

  • Kita dipanggil untuk hidup dengan integritas dan kesetiaan kepada Tuhan, tetapi bukan untuk membanggakan diri di hadapan-Nya.
  • Ketika kita menyatakan kebenaran kita, itu harus selalu dikaitkan dengan anugerah Tuhan, bukan dengan usaha manusia.
  • Dalam doa, kita boleh datang dengan kejujuran, tetapi selalu dengan kerendahan hati.

2. Kebenaran Pemazmur Berasal dari Anugerah Tuhan

Ketika pemazmur berbicara tentang kebenarannya, kita harus memahami bahwa dalam teologi Perjanjian Lama, konsep kebenaran sering dikaitkan dengan kesetiaan kepada perjanjian Allah.

Misalnya, dalam Mazmur 18:23, Daud berkata:

"Aku telah berlaku tidak bercela di hadapan-Nya, dan aku menjaga diri agar tidak melakukan kejahatan."

Apakah Daud sedang menyombongkan diri? Tidak. Dalam konteksnya, dia sedang berbicara tentang kesetiaannya kepada Tuhan dalam situasi tertentu, bukan menyatakan dirinya tanpa dosa secara mutlak.

Teologi Reformed mengajarkan bahwa kebenaran sejati hanya berasal dari Tuhan. Kita tidak memiliki kebenaran dalam diri kita sendiri, tetapi kita dibenarkan oleh kasih karunia Allah melalui iman kepada Kristus (Filipi 3:9). Bahkan dalam Perjanjian Lama, para pemazmur memahami bahwa mereka bergantung pada belas kasihan Tuhan, seperti yang terlihat dalam Mazmur 51:1-2:

"Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya belas kasihan-Mu, hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku."

Ini menunjukkan bahwa meskipun pemazmur berbicara tentang kebenarannya, mereka tetap menyadari kebutuhan mereka akan kasih karunia Tuhan.

Bagaimana ini diterapkan dalam kehidupan kita?

  • Jangan mengandalkan perbuatan baik untuk mendapatkan keselamatan, tetapi percayalah pada kebenaran Kristus.
  • Tetaplah hidup dalam kesetiaan kepada Tuhan, sambil tetap mengakui bahwa kita semua bergantung pada kasih karunia-Nya.
  • Ingatlah bahwa kebenaran kita hanyalah pantulan dari kebenaran Kristus yang diberikan kepada kita oleh iman.

3. Mazmur Memperlihatkan Kontras antara Orang Benar dan Orang Fasik

Kitab Mazmur sering kali membedakan antara orang benar dan orang fasik. Orang benar adalah mereka yang takut akan Tuhan dan hidup dalam perjanjian-Nya, sementara orang fasik adalah mereka yang memberontak melawan Tuhan.

Misalnya, dalam Mazmur 1:6 dikatakan:

"Sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan."

Ketika pemazmur berbicara tentang kebenarannya, mereka tidak sedang mengklaim kesempurnaan moral. Sebaliknya, mereka menyatakan bahwa mereka adalah bagian dari umat perjanjian Tuhan yang berusaha hidup dalam takut akan Tuhan, berbeda dengan orang fasik yang menolak Allah.

Teologi Reformed menegaskan bahwa perbedaan antara orang benar dan orang fasik bukan terletak pada usaha manusia, tetapi pada kasih karunia Allah yang memilih dan membenarkan umat-Nya (Efesus 2:8-9).

Bagaimana ini diterapkan dalam kehidupan kita?

  • Hidup dalam perbedaan yang jelas dengan dunia, menunjukkan kesetiaan kita kepada Tuhan.
  • Jangan merasa lebih baik dari orang lain, tetapi tetaplah rendah hati dan bersyukur atas anugerah Tuhan.
  • Pahami bahwa hidup benar bukan tentang kesempurnaan kita, tetapi tentang kebergantungan kita pada Tuhan.

4. Kebenaran Pemazmur Digenapi dalam Kristus

Sebagai orang Kristen yang hidup setelah kedatangan Kristus, kita memahami bahwa semua kebenaran dalam Perjanjian Lama akhirnya digenapi dalam Yesus Kristus. Yesus adalah satu-satunya manusia yang benar-benar bisa mengatakan bahwa Dia tidak bercela di hadapan Allah.

Paulus menegaskan dalam 2 Korintus 5:21:

"Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa bagi kita, supaya dalam Dia kita menjadi kebenaran Allah."

Ini berarti bahwa setiap kali kita membaca Mazmur yang berbicara tentang orang benar, kita harus melihat kepada Kristus sebagai pemenuhan dari semua janji tersebut. Kebenaran yang kita miliki bukanlah hasil usaha kita, tetapi adalah kebenaran yang diberikan kepada kita melalui Kristus.

Bagaimana ini diterapkan dalam kehidupan kita?

  • Pandanglah Yesus sebagai teladan sempurna dalam hidup benar di hadapan Tuhan.
  • Jangan membanggakan kebenaran diri sendiri, tetapi selalu bersandar pada kebenaran Kristus.
  • Pahami bahwa keselamatan kita sepenuhnya adalah anugerah, bukan hasil usaha kita sendiri.

Kesimpulan

Jadi, apakah kitab Mazmur mengandung kesombongan diri yang benar? Tidak. Mazmur tidak menampilkan kesombongan rohani, tetapi justru menunjukkan doa yang jujur, kesetiaan kepada perjanjian Tuhan, serta pengakuan akan kebutuhan manusia akan kasih karunia-Nya.

Kesimpulan berdasarkan teologi Reformed:

  1. Mazmur bukanlah ungkapan kesombongan diri, tetapi doa yang jujur di hadapan Tuhan.
  2. Kebenaran yang dinyatakan dalam Mazmur adalah hasil dari kasih karunia Tuhan, bukan usaha manusia.
  3. Mazmur menunjukkan kontras antara orang benar dan orang fasik, tetapi kebenaran sejati berasal dari Allah.
  4. Semua kebenaran yang dinyatakan dalam Mazmur digenapi dalam Kristus, yang adalah satu-satunya yang benar-benar tidak bercela di hadapan Tuhan.

Sebagai orang percaya, kita tidak boleh sombong dalam kebaikan kita, tetapi selalu bersandar pada kasih karunia Tuhan yang membenarkan kita melalui iman kepada Kristus. Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post