Galatia 2:21: Anugerah Allah dan Kematian Kristus

Galatia 2:21: Anugerah Allah dan Kematian Kristus

Pendahuluan

Surat Galatia adalah salah satu tulisan Rasul Paulus yang paling tegas dalam mempertahankan doktrin pembenaran oleh iman dan menolak legalisme. Dalam Galatia 2:21, Paulus menyampaikan kebenaran fundamental tentang keselamatan, yaitu bahwa anugerah Allah tidak dapat dibatalkan, dan jika kebenaran datang melalui hukum Taurat, maka kematian Kristus menjadi sia-sia.

Berikut adalah teks dari Galatia 2:21 (AYT):

“Aku tidak membatalkan anugerah Allah karena jika kebenaran datang melalui Hukum Taurat, sia-sialah kematian Kristus!” (Galatia 2:21, AYT)

Ayat ini memiliki implikasi mendalam dalam teologi Reformed, karena menegaskan bahwa keselamatan adalah murni karena anugerah Allah dan bukan karena usaha manusia. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna Galatia 2:21 berdasarkan pemikiran para teolog Reformed seperti John Calvin, Martin Luther, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul.

1. Konteks Galatia 2:21

a. Surat Galatia dan Pergumulan dengan Legalism

Surat ini ditulis kepada jemaat di Galatia yang sedang menghadapi pengaruh ajaran sesat dari kelompok Yudaisme Kristen, yang mengajarkan bahwa keselamatan memerlukan ketaatan kepada hukum Taurat selain iman kepada Kristus.

John Calvin dalam Commentary on Galatians menegaskan bahwa:

“Paulus menulis surat ini untuk menghancurkan doktrin sesat yang mencoba menambahkan hukum Taurat sebagai syarat keselamatan. Jika hukum bisa menyelamatkan, maka Kristus mati tanpa alasan.”

b. Galatia 2:21 sebagai Puncak Argumen Paulus

Dalam Galatia 2, Paulus berbicara tentang pertemuannya dengan Petrus dan rasul-rasul lain di Yerusalem, di mana ia mempertahankan Injil anugerah melawan tuntutan hukum Taurat.

Sebelum ayat 21, Paulus berkata dalam Galatia 2:16:

“Seseorang tidak dibenarkan oleh perbuatan hukum Taurat, tetapi melalui iman dalam Yesus Kristus.”

Kemudian dalam ayat 21, ia menegaskan bahwa jika seseorang bisa menjadi benar melalui hukum, maka kematian Kristus tidak diperlukan.

2. “Aku Tidak Membatalkan Anugerah Allah” (Galatia 2:21a)

a. Anugerah Sebagai Dasar Keselamatan

Kata "anugerah" (charis) dalam bahasa Yunani berarti pemberian yang tidak layak diterima.

Efesus 2:8-9 menegaskan bahwa:

“Sebab oleh anugerah kamu diselamatkan melalui iman, dan itu bukan dari dirimu sendiri, itu adalah pemberian Allah, bukan hasil pekerjaanmu, supaya tidak ada seorang pun yang boleh memegahkan diri.”

Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa:

“Anugerah adalah dasar dari keselamatan Kristen. Setiap usaha manusia yang mencoba menambahkan sesuatu kepada anugerah itu sama saja dengan menolaknya.”

b. Membatalkan Anugerah: Bahaya Legalisme

Paulus mengatakan bahwa jika seseorang mencoba mencari pembenaran melalui hukum Taurat, maka ia sedang membatalkan anugerah Allah.

Martin Luther dalam The Bondage of the Will menegaskan bahwa:

“Setiap usaha manusia untuk memperoleh keselamatan melalui perbuatan hukum adalah bentuk penolakan terhadap anugerah Allah.”

Artinya, jika kita mencoba menyelamatkan diri kita sendiri melalui perbuatan baik, kita sedang menolak anugerah yang telah diberikan Kristus secara cuma-cuma.

3. “Jika Kebenaran Datang Melalui Hukum Taurat” (Galatia 2:21b)

a. Kebenaran Hanya Datang Melalui Iman

Paulus menggunakan kata "kebenaran" (dikaiosune), yang dalam konteks teologi berarti dibuat benar di hadapan Allah.

Roma 3:20 berkata:

“Sebab tidak ada seorang pun yang akan dibenarkan di hadapan-Nya oleh karena melakukan hukum Taurat.”

John Calvin menegaskan bahwa:

“Hukum Taurat diberikan bukan untuk menyelamatkan, tetapi untuk menunjukkan dosa dan membawa manusia kepada Kristus.”

b. Hukum Taurat Mengungkapkan Dosa, tetapi Tidak Menyelamatkan

Dalam Roma 7:7, Paulus berkata bahwa hukum Taurat diberikan untuk menyadarkan manusia akan dosanya, tetapi bukan sebagai sarana keselamatan.

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menegaskan bahwa:

“Kebenaran sejati bukanlah hasil usaha manusia, tetapi pemberian Allah yang diterima melalui iman dalam Kristus.”

Artinya, tidak ada satu pun manusia yang dapat memenuhi standar hukum Taurat dengan sempurna, kecuali Kristus sendiri.

4. “Sia-sialah Kematian Kristus” (Galatia 2:21c)

a. Jika Hukum Bisa Menyelamatkan, Kristus Mati Tanpa Alasan

Pernyataan Paulus di sini sangat tajam: jika seseorang bisa mencapai kebenaran melalui hukum Taurat, maka kematian Kristus tidak diperlukan.

Yesus sendiri berkata dalam Matius 26:39 bahwa jika ada cara lain untuk menyelamatkan manusia, maka cawan penderitaan itu tidak perlu Ia minum.

John MacArthur dalam The Gospel According to Jesus menegaskan bahwa:

“Mengatakan bahwa keselamatan dapat diperoleh melalui hukum Taurat adalah sama dengan mengatakan bahwa kematian Kristus adalah kesalahan besar.”

b. Kematian Kristus adalah Pusat Injil

Paulus menegaskan dalam 1 Korintus 15:3-4 bahwa kematian Kristus adalah inti dari Injil, dan tanpa kematian serta kebangkitan-Nya, tidak ada harapan bagi manusia.

R.C. Sproul dalam The Truth of the Cross menekankan bahwa:

“Salib adalah bukti terbesar bahwa manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Jika hukum bisa menyelamatkan, maka salib menjadi tidak berarti.”

Oleh karena itu, hanya melalui kematian dan kebangkitan Kristus, kita memperoleh keselamatan.

5. Implikasi Galatia 2:21 dalam Kehidupan Kristen

a. Menolak Legalism dan Mengandalkan Anugerah

Sebagai orang percaya, kita harus menolak setiap bentuk legalisme yang mencoba menambahkan persyaratan hukum kepada Injil.

Paulus berkata dalam Galatia 5:1:

“Karena itulah Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu, berdirilah teguh dan janganlah lagi tunduk pada kuk perhambaan.”

b. Hidup dalam Sukacita karena Anugerah

Anugerah membawa kebebasan sejati. Kita tidak lagi hidup dalam ketakutan akan hukuman, tetapi dalam kasih dan kepastian keselamatan.

c. Memusatkan Iman pada Kristus, Bukan Diri Sendiri

Setiap usaha manusia untuk mencari keselamatan di luar Kristus adalah sia-sia. Kita harus selalu kembali kepada salib dan anugerah Allah sebagai dasar kehidupan kita.

Titus 3:5 menegaskan bahwa:

“Ia menyelamatkan kita bukan karena perbuatan benar yang telah kita lakukan, tetapi karena belas kasihan-Nya.”

Kesimpulan

Dari eksposisi ini, kita belajar bahwa:

  1. Anugerah Allah tidak dapat dibatalkan oleh usaha manusia.
  2. Hukum Taurat diberikan untuk menunjukkan dosa, bukan sebagai jalan keselamatan.
  3. Jika keselamatan bisa diperoleh melalui hukum, maka kematian Kristus sia-sia.
  4. Sebagai orang percaya, kita harus hidup dalam anugerah dan menolak legalisme.

Keselamatan adalah pemberian Allah yang cuma-cuma melalui iman kepada Kristus, bukan hasil usaha manusia.

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post