Ibrani 3:8: Jangan Mengeraskan Hati Seperti di Masa Lalu

Pendahuluan
Surat Ibrani adalah kitab yang secara teologis kaya akan peringatan bagi umat Tuhan untuk tetap setia dan bertekun dalam iman. Dalam Ibrani 3:8, penulis mengingatkan kita tentang bahaya mengeraskan hati terhadap suara Tuhan.
"Janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman, seperti pada hari pencobaan di padang gurun," (Ibrani 3:8, AYT)
Ayat ini merupakan kelanjutan dari peringatan dalam Ibrani 3:7, di mana penulis mengutip Mazmur 95:7-11 untuk menunjukkan bahwa sejarah ketidaktaatan bangsa Israel harus menjadi pelajaran bagi kita. Eksposisi ini akan membahas makna ayat ini dalam terang teologi Reformed dengan merujuk pada pandangan beberapa ahli teologi.
1. Konteks Historis dan Teologis
Ibrani 3:8 merujuk kepada peristiwa pemberontakan bangsa Israel di padang gurun. Ini terjadi di tempat yang dikenal sebagai "Meriba" dan "Masa", sebagaimana disebutkan dalam Mazmur 95:8 dan Keluaran 17:1-7.
a. Apa yang Terjadi di Masa dan Meriba?
- Keluaran 17:1-7 – Bangsa Israel kehausan di padang gurun dan mulai bersungut-sungut serta mencobai Tuhan dengan berkata, "Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?" (ay. 7).
- Bilangan 20:2-13 – Musa dan Harun gagal menaati Tuhan ketika memukul batu untuk mengeluarkan air, akibatnya Musa tidak diizinkan masuk ke Tanah Perjanjian.
John Owen dalam komentarnya terhadap Ibrani menyatakan bahwa pemberontakan Israel di padang gurun bukan hanya soal kebutuhan fisik, tetapi ketidakpercayaan mendasar terhadap Allah. Mereka telah menyaksikan mukjizat besar seperti pembelahan Laut Merah, tetapi tetap tidak percaya kepada pemeliharaan Tuhan.
b. Mengapa Ini Relevan bagi Kita?
Penulis Ibrani memperingatkan bahwa kita bisa jatuh ke dalam pola yang sama—mengeraskan hati terhadap suara Tuhan. Seperti Israel yang tidak mempercayai janji Tuhan, orang percaya masa kini juga bisa tergoda untuk ragu akan pemeliharaan-Nya.
John Calvin dalam komentarnya menekankan bahwa hati yang keras adalah hasil dari ketidakpercayaan dan pemberontakan terhadap kedaulatan Allah. Oleh karena itu, ayat ini mengajarkan kita untuk selalu merespons suara Tuhan dengan iman dan ketaatan.
2. Makna "Mengeraskan Hati" dalam Alkitab
a. Apa Itu Hati yang Keras?
Dalam Alkitab, hati yang keras adalah hati yang menolak kebenaran, tidak bertobat, dan terus-menerus memberontak terhadap Tuhan.
R.C. Sproul dalam bukunya Chosen by God menyatakan bahwa hati yang keras adalah konsekuensi dari dosa yang terus-menerus. Ketika seseorang menolak kebenaran, hatinya menjadi semakin keras hingga akhirnya ia tidak bisa lagi merespons panggilan Tuhan.
b. Contoh Alkitabiah tentang Hati yang Keras
- Firaun (Keluaran 7-14) – Firaun berulang kali menolak peringatan Tuhan, hingga akhirnya Allah "mengokohkan" hatinya yang sudah keras (Keluaran 10:1).
- Bangsa Israel di Padang Gurun – Mereka telah menyaksikan mukjizat tetapi tetap tidak percaya (Mazmur 95:10).
- Orang Farisi – Mereka melihat Yesus melakukan mukjizat tetapi menolak-Nya (Markus 3:5).
Jonathan Edwards dalam khotbahnya Sinners in the Hands of an Angry God memperingatkan bahwa orang yang terus menolak anugerah Allah akan semakin sulit untuk bertobat karena hati mereka menjadi tidak peka terhadap panggilan Roh Kudus.
3. Mengapa Orang Bisa Mengeraskan Hati?
a. Ketidakpercayaan dan Keraguan
Ketidakpercayaan adalah akar dari hati yang keras. Ketika seseorang mulai meragukan janji-janji Tuhan, ia cenderung mengandalkan dirinya sendiri dan mengabaikan kehendak Allah.
Martin Lloyd-Jones dalam Spiritual Depression menyatakan bahwa banyak orang Kristen yang mengalami krisis iman bukan karena kurangnya bukti tentang Allah, tetapi karena mereka membiarkan keraguan menguasai hati mereka.
b. Dosa yang Terus-Menerus
Dosa yang tidak diakui dan dipelihara akan membuat hati seseorang semakin keras. Roma 1:28 menyatakan bahwa ketika manusia menolak Allah, akhirnya Allah menyerahkan mereka kepada pikiran yang terkutuk.
John MacArthur dalam The MacArthur Study Bible menulis bahwa orang yang hidup dalam dosa tanpa pertobatan akan menjadi semakin tidak peka terhadap suara Tuhan, sehingga akhirnya mereka benar-benar tuli secara rohani.
c. Penolakan terhadap Firman Tuhan
Hati yang keras sering kali muncul ketika seseorang secara sengaja menolak kebenaran firman Tuhan.
John Piper dalam bukunya Desiring God menegaskan bahwa seseorang tidak akan bisa mengalami sukacita sejati dalam Kristus jika ia terus-menerus menolak firman Tuhan. Ketaatan adalah bukti dari hati yang lembut dan responsif terhadap anugerah Allah.
4. Akibat dari Hati yang Keras
a. Tidak Bisa Masuk dalam Perhentian Tuhan
Ibrani 3:11 menyatakan bahwa generasi Israel yang keras hati tidak diizinkan masuk ke Tanah Perjanjian. Ini melambangkan bagaimana hati yang keras dapat menghalangi seseorang untuk mengalami damai sejahtera dan keselamatan dalam Kristus.
b. Penghakiman Allah
Mazmur 95:10-11 menyatakan bahwa Allah murka terhadap generasi yang keras hati dan bersumpah bahwa mereka tidak akan masuk ke dalam perhentian-Nya. Ini adalah peringatan bahwa ketidakpercayaan akan berujung pada penghakiman kekal.
Augustinus dalam Confessions menyatakan bahwa manusia diciptakan untuk menikmati Allah, tetapi hati yang keras membuat manusia menjauh dari-Nya dan akhirnya mengalami penderitaan kekal.
5. Bagaimana Menjaga Hati agar Tidak Menjadi Keras?
a. Bertobat dan Rendah Hati
Setiap kali kita mendengar firman Tuhan, kita harus merespons dengan pertobatan dan kerendahan hati.
Charles Spurgeon berkata, "Pertobatan adalah nafas pertama dari jiwa yang hidup." Jika kita ingin memiliki hati yang lembut, kita harus hidup dalam pertobatan setiap hari.
b. Bertekun dalam Iman
Hati yang keras muncul dari ketidakpercayaan, jadi cara terbaik untuk menghindarinya adalah dengan terus bertekun dalam iman.
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa iman sejati bukan hanya percaya kepada Tuhan sekali saja, tetapi terus-menerus bersandar kepada-Nya setiap hari.
c. Hidup dalam Firman dan Doa
Mazmur 119:11 berkata, "Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau." Firman Tuhan adalah alat utama yang dapat melembutkan hati kita.
R.C. Sproul dalam Knowing Scripture menyatakan bahwa semakin seseorang mendalami firman Tuhan, semakin ia peka terhadap suara-Nya dan semakin kecil kemungkinan hatinya menjadi keras.
d. Bersekutu dengan Orang Percaya
Ibrani 3:13 mengatakan bahwa kita harus saling menasihati agar tidak dikeraskan oleh tipu daya dosa. Hidup dalam komunitas Kristen yang sehat dapat membantu kita tetap setia kepada Tuhan.
John Piper menekankan bahwa kehidupan Kristen bukanlah perjalanan individu, tetapi harus dijalani dalam persekutuan dengan orang percaya lainnya.
Kesimpulan: Jangan Mengeraskan Hati terhadap Panggilan Tuhan
Ibrani 3:8 memberikan peringatan serius bahwa kita tidak boleh mengeraskan hati kita seperti bangsa Israel di padang gurun. Pelajaran utama dari ayat ini adalah:
- Hati yang keras berasal dari ketidakpercayaan dan pemberontakan terhadap Tuhan.
- Mengeraskan hati adalah dosa yang serius, yang dapat menghalangi seseorang untuk mengalami anugerah Allah.
- Kita harus selalu merespons firman Tuhan dengan iman, pertobatan, dan ketaatan.
- Firman Tuhan, doa, dan persekutuan dengan orang percaya adalah cara untuk menjaga hati agar tetap lembut terhadap Tuhan.
"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu." (Ibrani 3:8, AYT)