Kemuliaan Allah dalam Masalah Kejahatan

Kemuliaan Allah dalam Masalah Kejahatan

Pendahuluan

Salah satu pertanyaan terbesar dalam teologi Kristen adalah: Jika Allah itu baik dan berkuasa, mengapa kejahatan dan penderitaan tetap ada di dunia? Pertanyaan ini telah menjadi perdebatan panjang dalam sejarah gereja dan sering menjadi batu sandungan bagi banyak orang.

Dari perspektif teologi Reformed, segala sesuatu, termasuk keberadaan kejahatan, terjadi dalam lingkup kedaulatan Allah. Para teolog seperti John Calvin, Jonathan Edwards, Herman Bavinck, dan R.C. Sproul menekankan bahwa bahkan dalam kejahatan yang paling mengerikan sekalipun, kemuliaan Allah tetap dinyatakan. Namun, bagaimana mungkin Allah yang kudus dan sempurna mengizinkan keberadaan dosa dan penderitaan dalam rencana-Nya?

Artikel ini akan menjelaskan bagaimana teologi Reformed memahami hubungan antara kemuliaan Allah dan masalah kejahatan. Kita akan melihat bagaimana Alkitab dan pemikiran para teolog Reformed membantu kita memahami bahwa bahkan dalam kejahatan yang tampaknya tidak masuk akal, Allah tetap berdaulat dan nama-Nya tetap dimuliakan.

1. Kejahatan dan Kedaulatan Allah dalam Alkitab

1. Allah Berdaulat atas Segala Sesuatu

Salah satu prinsip utama dalam teologi Reformed adalah doktrin kedaulatan Allah. Segala sesuatu terjadi sesuai dengan rencana-Nya yang kekal. Dalam Yesaya 46:10, Allah berkata:

"Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian, dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Rencana-Ku akan tetap terlaksana, dan segala kehendak-Ku akan Kulakukan."

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menegaskan bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi di luar kendali Allah:

"Tidak ada yang terjadi secara kebetulan atau di luar kehendak Allah. Bahkan penderitaan dan kejahatan berada di dalam rencana-Nya yang penuh hikmat."

Jika Allah berdaulat atas segala sesuatu, maka kejahatan pun berada di dalam kendali-Nya. Tetapi, apakah ini berarti Allah adalah penyebab kejahatan?

2. Allah Bukan Penyebab Kejahatan

Meskipun Allah mengizinkan keberadaan kejahatan, Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Dia tidak dapat dicobai oleh kejahatan, juga tidak mencobai siapa pun untuk berbuat dosa (Yakobus 1:13).

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa Allah bukan pencipta kejahatan, tetapi Dia mengizinkan kejahatan untuk tujuan yang lebih besar:

"Allah mengizinkan kejahatan bukan karena Dia menyukainya, tetapi karena Dia memiliki rencana yang lebih besar yang melaluinya kemuliaan-Nya akan semakin nyata."

Contoh terbaik dari prinsip ini dapat ditemukan dalam kisah Yusuf. Saudara-saudaranya menjual dia ke Mesir, tetapi Allah menggunakan kejahatan mereka untuk mendatangkan kebaikan yang lebih besar:

"Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan." (Kejadian 50:20).

Hal yang sama terjadi dalam peristiwa terbesar dalam sejarah—penyaliban Yesus Kristus.

2. Penyaliban Kristus: Kejahatan Tertinggi yang Menghasilkan Kemuliaan Tertinggi

1. Salib: Bukti Bahwa Allah Menggunakan Kejahatan untuk Kemuliaan-Nya

Tidak ada kejahatan yang lebih besar dalam sejarah daripada penyaliban Anak Allah yang tidak berdosa. Namun, melalui peristiwa yang tampaknya penuh kebrutalan dan ketidakadilan ini, Allah mendatangkan keselamatan bagi dunia.

Dalam Kisah Para Rasul 2:23, Petrus berkata:

"Dia yang diserahkan oleh keputusan dan rencana Allah yang sudah ditentukan, kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan orang-orang durhaka."

Jonathan Edwards dalam Freedom of the Will menulis:

"Salib Kristus menunjukkan dengan jelas bagaimana Allah dapat menggunakan tindakan jahat manusia untuk menggenapi rencana-Nya yang penuh kasih dan keadilan."

Jika Allah dapat menggunakan salib untuk menyatakan kemuliaan-Nya dan menyelamatkan umat manusia, maka kita dapat yakin bahwa segala kejahatan di dunia ini juga berada dalam rencana Allah yang lebih besar.

2. Kejahatan Menunjukkan Kemuliaan Kasih Karunia Allah

Tanpa kejahatan dan dosa, kita tidak akan pernah memahami kedalaman kasih dan anugerah Allah. Roma 5:20 berkata:

"Di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah."

R.C. Sproul dalam The Holiness of God menjelaskan:

"Tanpa keberadaan dosa, kita tidak akan pernah bisa memahami sepenuhnya kemurahan dan keadilan Allah. Oleh karena itu, bahkan dalam keberadaan kejahatan, kemuliaan Allah tetap bersinar terang."

Dengan kata lain, jika tidak ada dosa, kita tidak akan pernah bisa melihat keagungan kasih Allah yang mengampuni, kesabaran-Nya terhadap manusia yang berdosa, dan kuasa-Nya yang menebus.

3. Mengapa Allah Mengizinkan Kejahatan?

1. Untuk Menggenapi Rencana-Nya yang Lebih Besar

Teologi Reformed menegaskan bahwa segala sesuatu yang terjadi, termasuk kejahatan, memiliki tujuan dalam rencana Allah yang lebih besar. Efesus 1:11 menyatakan:

"Di dalam Dia, yang sesuai dengan rencana Allah, kami dipilih, karena Dia yang melaksanakan segala sesuatu sesuai dengan maksud kehendak-Nya."

Jonathan Edwards mengilustrasikan ini dengan perumpamaan tentang lukisan besar:

"Dalam sebuah lukisan, warna gelap diperlukan untuk menonjolkan keindahan warna terang. Demikian juga, keberadaan kejahatan dalam dunia ini hanya membuat kemuliaan Allah semakin bersinar."

2. Untuk Menguji dan Memurnikan Orang Percaya

Penderitaan dan kejahatan sering kali menjadi alat yang digunakan Allah untuk membentuk karakter dan iman umat-Nya. Yakobus 1:2-3 mengatakan:

"Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu menghasilkan ketekunan."

John Calvin menjelaskan:

"Allah mengizinkan penderitaan bukan untuk menghancurkan kita, tetapi untuk membentuk kita agar semakin menyerupai Kristus."

Ketika kita mengalami penderitaan, kita belajar untuk semakin bersandar kepada Allah dan mempercayai rencana-Nya yang lebih besar.

4. Bagaimana Seorang Kristen Harus Menanggapi Kejahatan?

Jika kita memahami bahwa Allah berdaulat atas kejahatan, bagaimana seharusnya kita merespons ketika menghadapi penderitaan dan kejahatan di dunia ini?

1. Percaya pada Kedaulatan dan Kebaikan Allah

Roma 8:28 adalah ayat yang sering dikutip dalam menghadapi penderitaan:

"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia."

Kita harus mempercayai bahwa meskipun kita tidak memahami semua rencana Allah, Dia tetap memegang kendali dan akan membawa kebaikan dari segala sesuatu.

2. Berjuang Melawan Kejahatan dengan Kebaikan

Meskipun Allah berdaulat atas kejahatan, itu tidak berarti kita harus pasif terhadapnya. Roma 12:21 berkata:

"Janganlah kamu dikalahkan oleh kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan."

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi terang di tengah dunia yang gelap dan membawa kasih serta keadilan Allah kepada sesama.

3. Menantikan Pemulihan Penuh dalam Kerajaan Allah

Wahyu 21:4 memberikan pengharapan bagi semua orang percaya:

"Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama telah berlalu."

Hari akan tiba ketika kejahatan tidak lagi ada, dan kemuliaan Allah akan dinyatakan dalam kepenuhannya.

Kesimpulan

Masalah kejahatan adalah misteri yang sulit dipahami, tetapi teologi Reformed menegaskan bahwa Allah tetap berdaulat atas segala sesuatu. Bahkan dalam penderitaan dan dosa, Allah sedang mengerjakan rencana-Nya yang lebih besar untuk menyatakan kemuliaan-Nya.

Melalui salib Kristus, kita melihat bahwa Allah dapat menggunakan kejahatan terbesar untuk mendatangkan keselamatan terbesar. Kita mungkin tidak selalu memahami jalan-Nya, tetapi kita dapat percaya bahwa kemuliaan-Nya akan dinyatakan sepenuhnya pada waktunya.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk tetap teguh dalam iman, mempercayai rencana Allah, dan hidup dalam pengharapan akan pemulihan yang sempurna dalam Kristus.

Next Post Previous Post