Roma 2:3-6: Keadilan Allah dalam Penghakiman
- Pendahuluan
- 1. Konteks Roma 2:3-6 dalam Surat Roma
- 2. “Apakah Engkau Mengira Bahwa Engkau Akan Luput dari Penghakiman Allah?” (Roma 2:3)
- 3. “Kebaikan Allah Menuntun Engkau kepada Pertobatan” (Roma 2:4)
- 4. “Engkau Sedang Menimbun Murka bagi Dirimu Sendiri” (Roma 2:5)
- 5. “Allah Akan Membalas Setiap Orang Menurut Perbuatannya” (Roma 2:6)
- 6. Aplikasi bagi Orang Percaya
- Kesimpulan: Hidup dalam Kesadaran akan Penghakiman Allah

Pendahuluan
Surat Roma adalah salah satu kitab paling teologis dalam Perjanjian Baru, di mana Paulus menguraikan dasar keselamatan, keadilan Allah, dan kondisi manusia yang berdosa. Dalam Roma 2:3-6, Paulus menegaskan bahwa penghakiman Allah bersifat adil dan tidak pandang bulu.
"Hai manusia, apakah engkau mengira bahwa engkau akan luput dari penghakiman Allah, jika engkau menghakimi orang-orang yang melakukan hal-hal itu, padahal engkau sendiri juga melakukannya? Atau, apakah engkau menganggap rendah kekayaan kebaikan-Nya, kesabaran-Nya, dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu bahwa kebaikan Allah menuntun engkau kepada pertobatan? Tetapi, oleh karena kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau sedang menimbun murka bagi dirimu sendiri pada hari kemurkaan dan penyataan penghakiman Allah yang adil, yang akan membalas setiap orang menurut perbuatannya." (Roma 2:3-6, AYT)
Ayat ini menyoroti kemunafikan manusia dalam menghakimi orang lain, kesabaran Allah yang memberikan kesempatan untuk bertobat, dan kepastian penghakiman Allah yang adil. Dalam eksposisi ini, kita akan membahas bagaimana para ahli teologi Reformed menafsirkan ayat-ayat ini serta relevansinya bagi kehidupan kita.
1. Konteks Roma 2:3-6 dalam Surat Roma
a. Konteks Historis dan Teologis
Surat Roma ditulis kepada jemaat di Roma yang terdiri dari orang Yahudi dan non-Yahudi. Dalam pasal 1, Paulus menjelaskan kebobrokan manusia yang menjauh dari Allah. Dalam pasal 2, ia beralih kepada orang-orang yang menganggap diri mereka benar karena memiliki hukum Taurat, tetapi pada kenyataannya tetap berdosa.
John MacArthur dalam The MacArthur New Testament Commentary menekankan bahwa Paulus sedang menegur orang-orang yang merasa lebih benar daripada orang lain, tetapi lupa bahwa mereka sendiri juga bersalah di hadapan Allah.
John Calvin dalam Commentary on Romans menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi pada saat itu berpikir bahwa mereka aman dari penghakiman Allah hanya karena mereka memiliki hukum Taurat. Namun, Paulus menunjukkan bahwa memiliki hukum tidak cukup; mereka harus mentaatinya secara sempurna.
2. “Apakah Engkau Mengira Bahwa Engkau Akan Luput dari Penghakiman Allah?” (Roma 2:3)
a. Penghakiman yang Adil untuk Semua Orang
Paulus menegur orang-orang yang menghakimi orang lain tetapi tetap melakukan dosa yang sama. Mereka menganggap bahwa karena mereka adalah orang Yahudi atau memiliki moralitas yang lebih baik, mereka akan terhindar dari murka Allah.
Jonathan Edwards dalam Sinners in the Hands of an Angry God menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa luput dari penghakiman Allah karena setiap manusia telah berdosa. Moralitas manusia tidak cukup untuk menyelamatkan mereka dari murka Tuhan.
b. Kemunafikan dalam Menghakimi Orang Lain
Yesus sendiri mengecam kemunafikan dalam Matius 7:3-5:
“Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, tetapi tidak menyadari balok di dalam matamu sendiri?”
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menjelaskan bahwa banyak orang lebih cepat melihat dosa orang lain daripada melihat dosa dalam dirinya sendiri. Tetapi Allah tidak akan membiarkan kemunafikan seperti ini lolos dari penghakiman-Nya.
3. “Kebaikan Allah Menuntun Engkau kepada Pertobatan” (Roma 2:4)
a. Kesabaran Allah Memberikan Kesempatan untuk Bertobat
Paulus mengingatkan bahwa Allah menunjukkan kesabaran-Nya bukan untuk disalahgunakan, tetapi untuk memberikan kesempatan kepada manusia untuk bertobat.
2 Petrus 3:9 menyatakan:
“Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, seperti yang dianggap oleh beberapa orang sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.”
Martyn Lloyd-Jones dalam Romans: The Righteous Judgment of God menekankan bahwa banyak orang salah memahami kesabaran Allah sebagai tanda bahwa Dia tidak peduli terhadap dosa, padahal itu adalah anugerah untuk memberi kesempatan bertobat.
b. Jangan Menganggap Murah Kasih Karunia Allah
Tim Keller dalam Romans for You menjelaskan bahwa banyak orang berpikir bahwa mereka bisa menunda pertobatan karena mereka belum mengalami hukuman Allah secara langsung. Namun, ini adalah kesalahan fatal.
Paulus mengajarkan bahwa kesabaran Allah bukan untuk dieksploitasi, tetapi untuk membawa kita kepada pertobatan yang sejati.
4. “Engkau Sedang Menimbun Murka bagi Dirimu Sendiri” (Roma 2:5)
a. Dosa yang Tidak Bertobat Akan Mendatangkan Murka Allah
Frasa "menimbun murka" menunjukkan bahwa setiap kali seseorang menolak untuk bertobat, mereka sedang mengumpulkan penghukuman bagi diri mereka sendiri yang akan dinyatakan pada hari penghakiman.
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa orang yang terus hidup dalam dosa tanpa bertobat sebenarnya sedang menumpuk hukuman bagi dirinya sendiri. Ini adalah pengingat serius bahwa penghakiman Allah itu pasti dan tidak dapat dielakkan.
b. Kerasnya Hati yang Menolak Pertobatan
Paulus menegaskan bahwa hati yang keras dan tidak mau bertobat adalah penyebab utama murka Allah.
Jonathan Edwards dalam The Justice of God in the Damnation of Sinners menjelaskan bahwa setiap kali seseorang menolak panggilan Tuhan, hatinya menjadi semakin keras, dan semakin sulit baginya untuk bertobat.
5. “Allah Akan Membalas Setiap Orang Menurut Perbuatannya” (Roma 2:6)
a. Penghakiman Allah Berdasarkan Kebenaran
Frasa ini mengingatkan kita pada Mazmur 62:13:
“Sebab Engkau akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.”
Paulus menegaskan bahwa Allah tidak hanya melihat penampilan luar, tetapi juga hati dan motivasi manusia.
John MacArthur menegaskan bahwa Allah akan membalas manusia bukan hanya atas perbuatan lahiriah mereka, tetapi juga atas sikap hati mereka.
b. Keselamatan Bukan Berdasarkan Perbuatan, tetapi Iman yang Menghasilkan Buah
Roma 3:28 menyatakan bahwa keselamatan adalah oleh iman, bukan perbuatan. Namun, iman sejati selalu menghasilkan perbuatan yang benar (Yakobus 2:26).
R.C. Sproul dalam Grace Unknown menegaskan bahwa perbuatan tidak menyelamatkan kita, tetapi perbuatan adalah bukti bahwa seseorang benar-benar telah diselamatkan.
6. Aplikasi bagi Orang Percaya
a. Jangan Merasa Lebih Baik dari Orang Lain
Kita harus selalu mengingat bahwa kita semua adalah orang berdosa yang membutuhkan anugerah Allah.
b. Jangan Menganggap Remeh Kesabaran Allah
Kesabaran Tuhan bukan untuk disalahgunakan, tetapi untuk dimanfaatkan dengan bertobat dan hidup dalam ketaatan.
c. Hidup dalam Kekudusan sebagai Buah dari Iman
Sebagai orang percaya, kita harus hidup dalam ketaatan sebagai respons terhadap kasih karunia Allah.
Kesimpulan: Hidup dalam Kesadaran akan Penghakiman Allah
Roma 2:3-6 mengajarkan bahwa:
- Allah akan menghakimi setiap orang dengan adil.
- Kesabaran Allah adalah kesempatan untuk bertobat, bukan alasan untuk hidup dalam dosa.
- Hati yang keras akan mendatangkan murka Allah.
- Keselamatan adalah oleh iman, tetapi iman yang sejati akan menghasilkan perbuatan yang benar.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam pertobatan dan ketaatan kepada Allah, bukan dalam kemunafikan atau penghakiman terhadap orang lain.