Kemurnian Injil dan Ajaran Sesat: Filipi 3:2

Kemurnian Injil dan Ajaran Sesat: Filipi 3:2

Pendahuluan

Filipi 3:2 berbunyi:"Waspadalah terhadap anjing-anjing, waspadalah terhadap para pelaku kejahatan, dan waspadalah terhadap mereka yang menyunat tubuh." (Filipi 3:2, AYT)

Ayat ini merupakan bagian dari surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi, di mana ia memperingatkan mereka tentang bahaya yang ditimbulkan oleh kelompok tertentu yang mengajarkan doktrin yang menyimpang dari Injil. Dalam artikel ini, kita akan mengeksposisi ayat ini berdasarkan pandangan beberapa ahli teologi Reformed, membahas konteks historis, teologis, dan aplikasinya dalam kehidupan Kristen saat ini.

1. Konteks Historis dan Latar Belakang Filipi 3:2

Rasul Paulus menulis surat kepada jemaat di Filipi sekitar tahun 60–62 M saat ia berada dalam penjara di Roma. Dalam pasal 3, ia memperingatkan jemaat tentang ajaran sesat yang berkembang di tengah-tengah mereka, khususnya dari kelompok Yudaisme yang disebut “kaum sunat” atau “Judaizer.”

Judaizer adalah kelompok yang mengajarkan bahwa keselamatan hanya dapat diperoleh melalui iman kepada Kristus ditambah dengan menjalankan hukum Taurat, terutama sunat. Paulus menentang keras ajaran ini karena bertentangan dengan kebenaran Injil yang mengajarkan bahwa manusia dibenarkan hanya oleh iman kepada Kristus (Efesus 2:8-9; Galatia 2:16).

John Calvin dalam Commentary on Philippians menyatakan bahwa Paulus menggunakan bahasa yang keras untuk menunjukkan betapa seriusnya ancaman ini. Calvin menekankan bahwa keselamatan hanya dapat diperoleh melalui anugerah, bukan usaha manusia.

2. Eksposisi Kata-kata Kunci dalam Filipi 3:2

a. “Anjing-anjing” (Κύνες - Kynes)

Dalam budaya Yahudi, anjing adalah simbol najis dan sering digunakan sebagai metafora bagi orang-orang yang dianggap hina atau tidak bertuhan (Mazmur 22:16; Yesaya 56:10-11). Ironisnya, orang Yahudi sering menyebut orang non-Yahudi sebagai "anjing" karena mereka tidak menjalankan hukum Taurat. Namun, dalam ayat ini, Paulus justru membalikkan istilah tersebut terhadap Judaizer, karena mereka adalah orang-orang yang merusak Injil dengan ajaran mereka.

Herman Ridderbos dalam bukunya Paul: An Outline of His Theology menjelaskan bahwa Paulus menyebut mereka “anjing” karena mereka bersikeras mempertahankan sunat sebagai syarat keselamatan, yang pada akhirnya menghambat pekerjaan Kristus di kayu salib. Sunat bukan lagi tanda kovenan bagi orang percaya di dalam Kristus, karena mereka telah disunat secara rohani dalam hati (Roma 2:29).

b. “Para pelaku kejahatan” (Κακοὺς ἐργάτας - Kakous Ergatās)

Frasa ini mengacu pada mereka yang berpikir bahwa perbuatan baik mereka dapat menambah keselamatan. Para Judaizer mengajarkan bahwa menjalankan hukum Taurat adalah bagian dari pembenaran di hadapan Allah.

John Murray dalam Redemption Accomplished and Applied menekankan bahwa pembenaran adalah tindakan Allah yang sepenuhnya berdasarkan kasih karunia, bukan hasil usaha manusia. Mereka yang mengajarkan bahwa perbuatan baik dapat menyelamatkan sebenarnya adalah pelaku kejahatan karena mereka menyangkal kecukupan karya Kristus.

c. “Mereka yang menyunat tubuh” (Τὴν κατατομήν - Ten Katatomen)

Paulus menggunakan istilah “katatome” yang berarti “mutilasi” alih-alih “peritome” yang biasanya digunakan untuk sunat. Dengan kata lain, ia merendahkan praktik sunat fisik yang dilakukan hanya sebagai ritual lahiriah tanpa makna rohani.

Dalam Institutes of the Christian Religion, Calvin menjelaskan bahwa sunat dalam Perjanjian Lama adalah bayangan dari sunat hati yang digenapi dalam Kristus. Oleh karena itu, orang percaya tidak perlu lagi disunat secara fisik untuk diterima oleh Allah.

Martyn Lloyd-Jones dalam Studies in the Sermon on the Mount juga menekankan bahwa ritual tanpa perubahan hati tidak ada gunanya. Orang percaya sejati adalah mereka yang telah disunat dalam hati oleh Roh Kudus (Roma 2:29).

3. Implikasi Teologis Filipi 3:2 dalam Teologi Reformed

a. Keselamatan oleh Anugerah Melalui Iman

Salah satu prinsip utama dalam teologi Reformed adalah Sola Gratia (keselamatan hanya oleh anugerah) dan Sola Fide (hanya oleh iman). Filipi 3:2 memperingatkan kita terhadap bahaya legalisme, di mana manusia mencoba memperoleh keselamatan dengan usaha sendiri.

Jonathan Edwards dalam Religious Affections menulis bahwa keselamatan bukanlah hasil dari tindakan manusia, tetapi sepenuhnya pekerjaan Allah. Kepercayaan pada hukum Taurat sebagai syarat keselamatan adalah penghinaan terhadap anugerah Kristus.

b. Pentingnya Sunat Hati

Dalam Perjanjian Lama, sunat adalah tanda perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Namun, Perjanjian Baru mengajarkan bahwa sunat sejati adalah sunat hati, yaitu transformasi rohani yang dilakukan oleh Roh Kudus (Kolose 2:11).

Sinclair Ferguson dalam The Whole Christ menekankan bahwa sunat hati berarti hidup dalam ketaatan sejati kepada Allah, bukan sekadar menjalankan ritual. Legalistis dapat melakukan ibadah eksternal tanpa mengalami perubahan hati yang sejati.

c. Melawan Ajaran Sesat

Paulus menunjukkan pentingnya menjaga kemurnian Injil. Teologi Reformed juga sangat menekankan perlunya membedakan ajaran yang benar dari yang sesat.

J. Gresham Machen dalam Christianity and Liberalism menulis bahwa ajaran yang menambahkan syarat lain di luar iman kepada Kristus adalah bentuk legalisme yang harus ditolak. Kita harus terus berpegang teguh pada Injil yang murni, yang mengajarkan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah.

4. Aplikasi Filipi 3:2 dalam Kehidupan Kristen

a. Hati-hati Terhadap Legalistik

Di era modern, masih banyak ajaran yang menekankan perbuatan baik sebagai syarat keselamatan. Kita harus berhati-hati terhadap bentuk legalisme yang mengalihkan fokus dari anugerah Kristus.

b. Jaga Kemurnian Injil

Sebagai orang percaya, kita harus memahami dan mempertahankan doktrin keselamatan yang benar. Filipi 3:2 mengajarkan kita untuk tidak membiarkan Injil dikaburkan oleh ajaran manusia.

c. Bersandar pada Karya Kristus

Keselamatan kita sepenuhnya tergantung pada karya Kristus di kayu salib. Kita harus hidup dalam kebebasan Injil, bukan dalam belenggu aturan manusia.

Kesimpulan

Filipi 3:2 adalah peringatan keras dari Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi agar mereka waspada terhadap ajaran sesat yang menekankan sunat dan hukum Taurat sebagai syarat keselamatan. Berdasarkan eksposisi teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Ridderbos, John Murray, dan Martyn Lloyd-Jones, kita melihat bahwa ayat ini mengajarkan bahwa keselamatan hanya oleh anugerah melalui iman kepada Kristus.

Sebagai orang percaya, kita harus tetap berpegang pada kemurnian Injil dan menjauhi legalisme yang mencoba menggantikan karya Kristus dengan usaha manusia. Filipi 3:2 mengingatkan kita bahwa keselamatan adalah anugerah, bukan hasil usaha manusia.

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post