Kerajaan-Ku Bukan dari Dunia Ini – Yohanes 18:36

Pendahuluan
Ketika Yesus diinterogasi oleh Pontius Pilatus sebelum penyaliban, Ia mengucapkan pernyataan yang sangat penting tentang sifat Kerajaan-Nya:
“Yesus berkata, ‘Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini. Jika kerajaan-Ku dari dunia ini, pelayan-pelayan-Ku pasti akan melawan supaya Aku tidak diserahkan kepada orang-orang Yahudi. Akan tetapi, kerajaan-Ku bukanlah dari dunia ini.’” (Yohanes 18:36, AYT)
Ayat ini menjadi dasar bagi banyak perdebatan teologis mengenai sifat Kerajaan Allah, hubungan antara orang percaya dengan dunia, serta bagaimana pemerintahan Kristus seharusnya dipahami.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna Yohanes 18:36 berdasarkan perspektif teologi Reformed, dengan merujuk pada beberapa ahli teologi seperti John Calvin, R.C. Sproul, Martyn Lloyd-Jones, dan Herman Bavinck.
1. Konteks Historis dan Naratif Yohanes 18:36
Perkataan Yesus ini muncul dalam konteks persidangan-Nya di hadapan Pilatus. Orang-orang Yahudi telah menyerahkan Yesus kepada otoritas Romawi dengan tuduhan bahwa Ia menyebut diri-Nya Raja, sehingga menantang kekuasaan Kaisar (Lukas 23:2).
Pontius Pilatus, sebagai gubernur Romawi, perlu memastikan apakah Yesus benar-benar merupakan ancaman politis. Ketika Pilatus bertanya apakah Yesus adalah Raja orang Yahudi, Yesus menjawab dengan pernyataan yang luar biasa: Kerajaan-Nya bukan berasal dari dunia ini.
2. Kerajaan Kristus dalam Perspektif Teologi Reformed
A. John Calvin: Kerajaan Rohani yang Berdaulat
John Calvin menekankan bahwa perkataan Yesus ini menunjukkan bahwa Kerajaan-Nya bersifat rohani, bukan politis. Dalam Institutes of the Christian Religion, Calvin menulis:
“Kristus tidak mendirikan kerajaan duniawi yang bertumpu pada kekuatan senjata, tetapi kerajaan rohani yang menaklukkan hati manusia.”
Bagi Calvin, Kerajaan Kristus bukanlah tentang dominasi politik atau pemerintahan duniawi, tetapi tentang pemerintahan Kristus dalam hati dan kehidupan orang percaya melalui Roh Kudus.
B. Herman Bavinck: Kontras antara Kerajaan Dunia dan Kerajaan Allah
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa dunia memiliki sistem pemerintahan yang didasarkan pada kekuatan dan dominasi, sedangkan Kerajaan Allah dibangun di atas kasih karunia dan kebenaran.
“Kerajaan Allah tidak bersandar pada senjata dan kekerasan, tetapi pada kebenaran, kasih, dan kuasa Roh Kudus yang membaharui manusia.”
Dengan demikian, Bavinck menegaskan bahwa Kerajaan Kristus berlawanan dengan prinsip-prinsip dunia yang mengutamakan kuasa, kekayaan, dan pengaruh politik.
C. R.C. Sproul: Kristus sebagai Raja Sejati
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menyoroti bahwa walaupun Yesus mengatakan bahwa Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini, itu tidak berarti bahwa Ia bukan Raja. Sproul menulis:
“Yesus tidak berkata bahwa Ia bukan Raja, tetapi bahwa Kerajaan-Nya memiliki sifat yang berbeda dari kerajaan dunia ini.”
Kristus memang Raja, tetapi kerajaan-Nya tidak bergantung pada sistem politik atau militer duniawi.
3. Makna “Bukan dari Dunia Ini”
Ketika Yesus berkata bahwa Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan:
A. Bukan Berarti Tidak Ada di Dunia Ini
Yesus tidak mengatakan bahwa Kerajaan-Nya tidak ada di dunia ini, tetapi bahwa asal dan sifatnya berbeda.
Seperti yang dijelaskan oleh Martyn Lloyd-Jones:
“Kerajaan Kristus hadir di dunia ini, tetapi tidak berasal dari dunia ini. Ia beroperasi dengan prinsip-prinsip yang berbeda dan bertujuan membawa pembaruan bagi ciptaan.”
Ini berarti bahwa Kerajaan Allah telah hadir melalui Yesus Kristus, tetapi belum digenapi sepenuhnya sampai kedatangan-Nya yang kedua.
B. Bukan Berarti Orang Percaya Harus Menarik Diri dari Dunia
Beberapa orang salah memahami pernyataan ini sebagai alasan untuk menarik diri dari dunia dan menghindari keterlibatan dalam aspek sosial dan politik. Namun, teologi Reformed menekankan keseimbangan antara hidup sebagai warga Kerajaan Allah sambil tetap berada di dalam dunia ini.
Abraham Kuyper, seorang teolog Reformed, menekankan bahwa setiap aspek kehidupan ada di bawah kedaulatan Kristus:
“Tidak ada satu inci pun dalam kehidupan manusia di mana Kristus tidak berkata, ‘Ini milik-Ku.’”
Dengan kata lain, meskipun Kerajaan Allah tidak berasal dari dunia ini, umat-Nya tetap dipanggil untuk membawa pengaruh Kerajaan Allah dalam semua aspek kehidupan.
4. Implikasi Bagi Orang Percaya
A. Hidup dengan Nilai-nilai Kerajaan Allah
Karena Kerajaan Allah memiliki prinsip yang berbeda dari dunia, orang percaya dipanggil untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan-Nya:
-
Mengutamakan kasih dan pengampunan dibandingkan balas dendam (Matius 5:44).
-
Mengutamakan pelayanan dibandingkan kekuasaan (Markus 10:45).
-
Mengutamakan kebenaran dibandingkan kompromi duniawi (Roma 12:2).
B. Menghadapi Penganiayaan dengan Keteguhan Iman
Karena orang percaya adalah bagian dari Kerajaan yang berbeda, mereka akan mengalami penolakan dari dunia ini, sebagaimana Yesus telah mengalaminya.
“Jika dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku.” (Yohanes 15:18)
Namun, seperti yang dikatakan oleh John Piper, penderitaan di dunia ini adalah bagian dari panggilan kita sebagai warga Kerajaan Allah:
“Hidup sebagai warga Kerajaan Kristus berarti siap untuk menderita demi kebenaran, karena kemenangan sejati telah dijamin oleh Kristus.”
C. Menantikan Penggenapan Kerajaan Allah
Teologi Reformed menekankan bahwa Kerajaan Allah telah hadir (already), tetapi belum digenapi sepenuhnya (not yet).
“Kerajaan dunia telah menjadi kerajaan Tuhan kita dan Kristus-Nya, dan Ia akan memerintah selama-lamanya!” (Wahyu 11:15)
Orang percaya hidup dalam ketegangan antara Kerajaan yang sudah datang melalui Kristus, tetapi juga menantikan kepenuhannya pada akhir zaman.
Kesimpulan
Pernyataan Yesus dalam Yohanes 18:36 mengajarkan kepada kita bahwa:
-
Kerajaan Kristus bukan berasal dari dunia ini, tetapi hadir untuk mengubah dunia dengan kuasa Roh Kudus.
-
Yesus adalah Raja yang sejati, tetapi Kerajaan-Nya tidak beroperasi dengan cara duniawi yang mengandalkan kekuasaan dan senjata.
-
Orang percaya dipanggil untuk hidup dengan nilai-nilai Kerajaan Allah, meskipun itu berarti mengalami penolakan dan penderitaan.
-
Kerajaan Allah telah hadir, tetapi akan digenapi sepenuhnya pada kedatangan Kristus yang kedua kali.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup sebagai warga Kerajaan Allah, membawa terang dan kebenaran Kristus di tengah dunia yang gelap, sambil menantikan kepenuhan janji-Nya.