Sebuah Risalah tentang Hukum dan Injil

Sebuah Risalah tentang Hukum dan Injil

Pendahuluan

Perdebatan tentang hubungan antara hukum dan Injil telah menjadi salah satu isu sentral dalam sejarah teologi Kristen. Bagaimana hukum Allah yang dinyatakan dalam Perjanjian Lama berhubungan dengan anugerah Injil dalam Perjanjian Baru? Apakah hukum masih berlaku bagi orang percaya, ataukah telah dibatalkan oleh karya Kristus?

Dalam teologi Reformed, perbedaan antara hukum dan Injil sangat ditekankan, tetapi keduanya tetap memiliki hubungan yang erat dalam rencana keselamatan Allah. Teolog-teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul telah memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana hukum dan Injil harus dipahami dalam kehidupan orang percaya.

Artikel ini akan membahas hubungan antara hukum dan Injil berdasarkan perspektif teologi Reformed, menjelaskan fungsi hukum dalam kehidupan manusia, bagaimana Injil melengkapi hukum, serta bagaimana kedua konsep ini diterapkan dalam kehidupan Kristen.

1. Pengertian Hukum dan Injil

A. Hukum Allah

Dalam Alkitab, hukum Allah merujuk pada perintah-perintah-Nya yang mengatur bagaimana manusia harus hidup dalam ketaatan kepada-Nya. Hukum Allah dinyatakan dalam berbagai bentuk, tetapi secara umum dapat dibagi menjadi tiga kategori utama:

  1. Hukum Moral – Dinyatakan dalam Sepuluh Perintah Allah (Keluaran 20:1-17). Hukum ini bersifat universal dan tetap berlaku bagi semua manusia.

  2. Hukum Seremonial – Berhubungan dengan aturan-aturan ibadah dalam Perjanjian Lama, termasuk sistem korban di Bait Suci. Hukum ini telah digenapi dalam Kristus (Ibrani 10:1-10).

  3. Hukum Sipil – Aturan hukum yang diberikan kepada bangsa Israel sebagai bangsa teokratis. Hukum ini tidak lagi mengikat orang percaya secara harfiah, tetapi prinsip-prinsipnya masih relevan.

B. Injil Kristus

Injil adalah kabar baik tentang keselamatan yang diberikan oleh Allah melalui Yesus Kristus. Injil bukanlah hukum baru yang harus ditaati, tetapi janji anugerah Allah yang menawarkan pengampunan dosa dan kehidupan kekal kepada mereka yang percaya.

Efesus 2:8-9 menyatakan:

"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menegaskan bahwa hukum menunjukkan standar kekudusan Allah dan kebutuhan kita akan Kristus, sementara Injil menyatakan bagaimana kita dibenarkan di hadapan Allah melalui iman kepada Kristus.

2. Fungsi Hukum dalam Teologi Reformed

Teologi Reformed secara historis membagi fungsi hukum ke dalam tiga kegunaan utama:

A. Hukum sebagai Cermin (Usus Theologicus atau Usus Elenchticus)

Hukum Allah pertama-tama berfungsi sebagai cermin yang menunjukkan dosa manusia dan kebutuhan mereka akan Juruselamat.

Roma 3:20 mengatakan:

"Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa."

John Calvin menjelaskan bahwa hukum menyadarkan manusia akan keadaannya yang berdosa, sehingga mereka akan mencari keselamatan dalam Kristus.

B. Hukum sebagai Penjaga Ketertiban (Usus Civilis atau Usus Politicus)

Hukum juga berfungsi untuk menahan kejahatan dan menjaga ketertiban dalam masyarakat.

1 Timotius 1:9 menyatakan:

"Kita tahu bahwa hukum itu baik kalau orang menggunakannya secara wajar, yaitu dengan keinsafan bahwa hukum itu bukanlah bagi orang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang pemberontak."

Hukum ini penting dalam konteks pemerintahan sipil, karena memberikan standar keadilan yang mencerminkan keadilan Allah.

C. Hukum sebagai Panduan Hidup Kristen (Usus Normativus atau Usus Didacticus)

Bagi orang percaya, hukum tidak lagi menjadi alat penghukuman, tetapi menjadi panduan hidup yang menyenangkan hati Allah.

Mazmur 119:105 berkata:

"Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."

Louis Berkhof dalam Systematic Theology menegaskan bahwa hukum tetap relevan bagi orang percaya, tetapi bukan sebagai alat pembenaran, melainkan sebagai standar kehidupan yang mengalir dari kasih kepada Allah.

3. Bagaimana Injil Melengkapi Hukum?

Salah satu pertanyaan besar dalam teologi Kristen adalah bagaimana hukum berhubungan dengan Injil. Apakah Injil menggantikan hukum, ataukah melengkapinya?

A. Kristus Menggenapi Hukum

Yesus berkata dalam Matius 5:17:

"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya."

Kristus menggenapi hukum dengan dua cara:

  1. Ketaatan-Nya yang sempurna → Ia hidup tanpa dosa dan menaati seluruh hukum Allah dengan sempurna (Ibrani 4:15).

  2. Korban-Nya di kayu salib → Ia menanggung hukuman hukum bagi kita sehingga kita dibenarkan oleh iman (Galatia 3:13).

B. Hukum Menuntut, Injil Memberi

Hukum berkata: "Lakukan ini dan kamu akan hidup."
Injil berkata: "Kristus telah melakukannya, percayalah kepada-Nya dan kamu akan hidup."

R.C. Sproul dalam The Holiness of God menekankan bahwa hukum menunjukkan standar kekudusan Allah yang tidak bisa kita capai, tetapi Injil membawa kita kepada Kristus yang telah memenuhi standar itu bagi kita.

4. Apakah Orang Percaya Masih Terikat oleh Hukum?

Dalam teologi Reformed, orang percaya tidak lagi berada di bawah hukum sebagai alat penghukuman, tetapi tetap dipanggil untuk hidup dalam ketaatan kepada Allah.

Roma 6:14 mengatakan:

"Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia."

Namun, ini tidak berarti bahwa kita bebas untuk hidup sesuka hati. Kasih karunia mengubah hati kita agar mengasihi hukum Allah dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya (Roma 8:4).

John Piper dalam Desiring God menjelaskan bahwa hukum tetap penting dalam kehidupan Kristen, bukan sebagai alat untuk mendapatkan keselamatan, tetapi sebagai bukti dari keselamatan yang telah kita terima.

Kesimpulan: Hukum dan Injil dalam Keselamatan

Hukum dan Injil bukanlah dua konsep yang bertentangan, tetapi saling melengkapi dalam rencana keselamatan Allah.

  1. Hukum menyingkapkan dosa, Injil memberikan solusi.

  2. Hukum menuntut ketaatan, Injil menawarkan anugerah.

  3. Hukum tidak dapat menyelamatkan, hanya Injil yang dapat.

Sebagai orang percaya, kita harus memahami bahwa hukum adalah pedoman hidup kita, tetapi hanya Injil yang membawa kita kepada keselamatan. Dengan demikian, kita hidup bukan untuk mencari keselamatan melalui hukum, tetapi sebagai respon kasih kepada Allah yang telah menyelamatkan kita melalui Kristus.

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post