Matius 5:39: Kasih, Pengampunan, dan Respon terhadap Kejahatan

Pendahuluan
Matius 5:39 berbunyi:
“Namun, Aku mengatakan kepadamu jangan melawan yang jahat, melainkan siapa yang menamparmu pada pipi kanan, sodorkan kepadanya pipimu yang lain juga.” (AYT)
Ayat ini merupakan bagian dari Khotbah di Bukit, di mana Yesus mengajarkan standar moral dan etika Kerajaan Allah yang melampaui hukum Taurat.
Dalam teologi Reformed, ayat ini sangat penting karena berhubungan dengan kasih, pengampunan, kedaulatan Allah, dan bagaimana orang percaya merespons ketidakadilan.
Apakah ayat ini mengajarkan bahwa orang Kristen harus pasif terhadap kejahatan? Bagaimana pemahaman ini dikaitkan dengan keadilan dan kasih Kristen?
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi:
- Eksposisi mendalam Matius 5:39
- Pandangan para teolog Reformed tentang kasih dan pengampunan
- Bagaimana orang percaya menerapkan ayat ini dalam kehidupan sehari-hari
1. Konteks Matius 5:39 dalam Khotbah di Bukit
a. Latar Belakang Khotbah di Bukit
Khotbah di Bukit (Matius 5-7) adalah pengajaran Yesus tentang standar hidup bagi murid-murid-Nya. Dalam pasal 5, Yesus beberapa kali berkata:
“Kamu telah mendengar yang difirmankan…, tetapi Aku berkata kepadamu…”
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Yesus mengoreksi pemahaman yang salah tentang hukum Taurat, termasuk dalam hal pembalasan dan keadilan pribadi.
Dalam ayat sebelumnya (Matius 5:38), Yesus mengutip hukum “mata ganti mata, gigi ganti gigi” (Keluaran 21:24). Hukum ini awalnya diberikan untuk mencegah pembalasan yang berlebihan dan memastikan keadilan yang setara.
Namun, banyak orang Yahudi di zaman Yesus menggunakan hukum ini untuk membenarkan tindakan balas dendam pribadi.
Yesus kemudian mengajarkan bahwa murid-murid-Nya harus memiliki hati yang penuh kasih dan pengampunan, bukan membalas kejahatan dengan kejahatan.
2. Eksposisi Matius 5:39
a. “Namun, Aku mengatakan kepadamu jangan melawan yang jahat”
Yesus tidak mengajarkan kepasifan terhadap kejahatan, tetapi cara baru dalam menghadapi ketidakadilan.
John Calvin dalam Commentary on Matthew menjelaskan:
“Yesus tidak melarang kita mencari keadilan, tetapi Ia melarang kita membalas kejahatan dengan cara yang penuh dendam dan kebencian.”
Calvin menegaskan bahwa orang Kristen tidak boleh memiliki hati yang suka membalas dendam, tetapi harus menyerahkan keadilan kepada Allah (Roma 12:19).
b. “Siapa yang menamparmu pada pipi kanan, sodorkan kepadanya pipimu yang lain juga.”
Dalam budaya Yahudi, menampar pipi kanan bukan hanya tindakan kekerasan fisik, tetapi juga penghinaan besar.
Charles Hodge dalam Systematic Theology menjelaskan:
“Yesus menekankan bahwa murid-murid-Nya harus bersedia menanggung penghinaan dan ketidakadilan dengan kasih dan kelembutan.”
Menyerahkan pipi yang lain bukan berarti kita harus membiarkan diri diperlakukan dengan tidak adil terus-menerus, tetapi menunjukkan bahwa kasih Kristen lebih kuat daripada balas dendam.
Yesus sendiri adalah contoh sempurna dari ajaran ini. Ketika Ia dihina dan disiksa, Ia tidak membalas, tetapi menyerahkan segala sesuatu kepada Allah (1 Petrus 2:23).
3. Perspektif Teologi Reformed tentang Kasih dan Pengampunan
a. John Calvin: Kasih sebagai Prinsip Tertinggi
Calvin menegaskan bahwa pengampunan dan kasih adalah inti dari Injil.
Dalam Institutes of the Christian Religion, ia menulis:
“Kristus mengajarkan bahwa kasih lebih kuat daripada kebencian, dan pengampunan lebih berkuasa daripada pembalasan.”
Kasih tidak berarti mengesampingkan keadilan, tetapi menolak keinginan untuk membalas dengan kebencian.
b. Charles Hodge: Menyerahkan Keadilan kepada Allah
Hodge menekankan bahwa orang Kristen harus mempercayakan pembalasan kepada Allah.
Dalam Roma 12:19, Paulus berkata:
“Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah.”
Ini berarti bahwa balas dendam bukanlah bagian dari panggilan orang percaya, tetapi keadilan sejati ada di tangan Tuhan.
c. R.C. Sproul: Kesaksian Kristen dalam Menghadapi Kejahatan
Sproul menyoroti bahwa sikap pengampunan adalah kesaksian yang kuat bagi dunia.
Dalam The Holiness of God, ia menulis:
“Ketika orang Kristen merespons kejahatan dengan kasih, mereka menunjukkan kepada dunia bahwa mereka adalah murid Kristus.”
Yesus berkata dalam Yohanes 13:35:
“Dengan demikian semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jika kamu saling mengasihi.”
Dengan menanggapi kejahatan dengan kasih, kita menunjukkan bahwa kita hidup dalam terang Injil.
4. Implikasi Praktis bagi Orang Percaya
a. Menguji Diri: Apakah Saya Hidup dalam Kasih atau Kebencian?
Yesus memanggil kita untuk meninggalkan kebiasaan membalas kejahatan.
Tanyakan pada diri sendiri:
- Apakah saya cepat marah dan ingin membalas saat dihina?
- Apakah saya sudah belajar menyerahkan keadilan kepada Allah?
b. Menjadi Saksi Kristus dalam Dunia yang Penuh Kekerasan
Ketika dunia membalas kejahatan dengan kejahatan, kita dipanggil untuk membalas dengan kasih dan kelembutan.
Roma 12:21 berkata:
“Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan.”
c. Menyerahkan Keadilan kepada Tuhan
Kita dipanggil untuk percaya bahwa Allah akan membela kita pada waktu-Nya sendiri.
Mazmur 37:5-6 berkata:
“Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, maka Ia akan bertindak.”
d. Mengampuni dengan Kasih Kristus
Efesus 4:32 menegaskan:
“Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”
Kasih dan pengampunan bukanlah kelemahan, tetapi kekuatan yang berasal dari Kristus.
Kesimpulan
Matius 5:39 mengajarkan bahwa orang percaya harus menanggapi kejahatan dengan kasih, bukan balas dendam.
Para teolog Reformed seperti Calvin, Hodge, dan Sproul menekankan bahwa:
- Kasih dan pengampunan adalah inti dari kehidupan Kristen.
- Balas dendam bukan bagian dari panggilan kita sebagai anak-anak Allah.
- Menanggapi kejahatan dengan kasih adalah kesaksian yang kuat bagi dunia.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk:
- Menyerahkan keadilan kepada Allah.
- Mengampuni seperti Kristus telah mengampuni kita.
- Menjadi saksi kasih Kristus dalam dunia yang penuh kebencian.
“Berdoalah mohon Roh Kudus memberikan pengertian ketika kita melakukan studi Alkitab.”