Pelatihan Kedua Belas Murid Yesus

Pendahuluan
Pelayanan Yesus di dunia tidak hanya berfokus pada pengajaran dan mukjizat, tetapi juga pada melatih dua belas murid-Nya untuk menjadi pemimpin rohani yang akan membawa Injil ke seluruh dunia. Proses pelatihan ini bukan sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga transformasi karakter dan pembentukan rohani yang mendalam.
Rasul Paulus menulis dalam 2 Timotius 2:2:
"Apa yang telah engkau dengar dariku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain."
Yesus menerapkan prinsip ini dalam kehidupan dua belas murid-Nya, membentuk mereka bukan hanya sebagai pengikut, tetapi sebagai rasul yang dipersiapkan untuk misi besar setelah kebangkitan-Nya.
Dalam teologi Reformed, pelatihan yang diberikan Yesus kepada murid-murid-Nya menjadi dasar bagi konsep pemuridan dalam gereja. Teolog seperti John Calvin, Charles Spurgeon, Herman Bavinck, dan J.C. Ryle telah banyak membahas pentingnya pemuridan dalam kehidupan Kristen. Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana Yesus melatih dua belas murid-Nya, prinsip-prinsip yang diterapkan, dan bagaimana gereja masa kini dapat belajar dari pola pelatihan yang dilakukan oleh Yesus.
1. Pemanggilan dan Pemilihan Kedua Belas Murid
1.1. Murid-Murid Dipilih oleh Anugerah
Dalam Lukas 6:12-13, Yesus berdoa semalaman sebelum memilih dua belas murid-Nya:
"Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul."
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa pemilihan kedua belas murid bukan berdasarkan keunggulan mereka, tetapi berdasarkan anugerah Allah:
"Allah tidak memilih manusia berdasarkan kebaikan mereka, tetapi berdasarkan kasih karunia-Nya sendiri."
Murid-murid yang dipilih oleh Yesus bukanlah orang-orang dengan posisi tinggi dalam masyarakat, tetapi para nelayan dan pemungut cukai—orang-orang biasa yang diubah oleh kuasa Allah.
1.2. Dipanggil untuk Mengikut Yesus Secara Pribadi
Yesus tidak hanya memanggil mereka untuk menjadi murid, tetapi juga untuk hidup dalam persekutuan dengan-Nya. Markus 3:14 berkata:
"Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil."
J.C. Ryle menulis:
"Yesus tidak hanya ingin pengikut yang belajar doktrin-Nya, tetapi murid-murid yang berjalan bersama-Nya, melihat teladan-Nya, dan mengalami hidup bersama-Nya."
Pemuridan bukan hanya soal belajar teori, tetapi juga transformasi karakter melalui hubungan yang erat dengan Kristus.
2. Prinsip Pelatihan Yesus kepada Kedua Belas Murid
2.1. Mengajarkan Kebenaran dengan Otoritas
Yesus sering mengajar murid-murid-Nya dalam berbagai situasi, menggunakan perumpamaan, pengajaran langsung, dan contoh kehidupan.
-
Dalam Khotbah di Bukit (Matius 5-7), Yesus mengajarkan nilai-nilai kerajaan Allah.
-
Dalam perumpamaan-perumpamaan, Yesus menggunakan ilustrasi yang sederhana tetapi mendalam agar murid-murid-Nya memahami kebenaran rohani.
Herman Bavinck menulis:
"Yesus adalah Sang Guru yang mengajarkan bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan hidup-Nya sendiri."
Bagi murid-murid Yesus, doktrin bukan hanya teori, tetapi realitas yang harus diterapkan dalam kehidupan mereka.
2.2. Melatih Murid Melalui Pengalaman Nyata
Yesus sering membawa murid-murid-Nya dalam pengalaman pelayanan secara langsung.
-
Ia mengutus mereka berdua-dua untuk memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit (Lukas 10:1-12).
-
Ia menantang mereka untuk memberi makan 5.000 orang (Matius 14:13-21).
-
Ia membiarkan mereka mengalami badai di danau untuk menguji iman mereka (Markus 4:35-41).
Charles Spurgeon berkata:
"Yesus tidak hanya memberikan pelajaran teori, tetapi juga menguji iman murid-murid-Nya melalui tantangan kehidupan nyata."
Pelatihan rohani sejati terjadi di tengah kehidupan nyata, bukan hanya dalam ruang kelas teologis.
2.3. Mengajarkan Ketergantungan kepada Allah
Yesus sering mengajarkan murid-murid-Nya untuk tidak mengandalkan kekuatan mereka sendiri, tetapi bersandar sepenuhnya kepada Allah.
-
Dalam Matius 6:25-34, Yesus mengajarkan tentang kepercayaan kepada pemeliharaan Allah.
-
Dalam Yohanes 15:5, Ia berkata:
"Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa."
John Calvin menekankan bahwa iman sejati bukanlah sekadar percaya kepada fakta tentang Allah, tetapi bersandar sepenuhnya kepada-Nya dalam setiap aspek kehidupan.
3. Kegagalan dan Pemulihan Murid-Murid
Murid-murid Yesus tidak selalu memahami ajaran-Nya dan sering gagal dalam perjalanan iman mereka.
-
Petrus menyangkal Yesus tiga kali (Lukas 22:54-62).
-
Yakobus dan Yohanes berebut posisi tertinggi dalam kerajaan (Markus 10:35-45).
-
Semua murid melarikan diri ketika Yesus ditangkap (Markus 14:50).
Namun, Yesus tidak menyerah terhadap mereka. Ia mengampuni dan memulihkan mereka, seperti yang terlihat dalam pemulihan Petrus di Yohanes 21:15-19.
Charles Spurgeon menulis:
"Kesabaran Kristus terhadap murid-murid-Nya menunjukkan kasih-Nya yang besar. Dia tidak memilih orang yang sempurna, tetapi Dia menyempurnakan orang yang dipilih-Nya."
Pelatihan Yesus bukan tentang menjadikan murid-Nya sempurna secara instan, tetapi tentang transformasi bertahap melalui kasih karunia Allah.
4. Pengutusan Murid dan Dampaknya bagi Gereja
Setelah kebangkitan-Nya, Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk membawa Injil ke seluruh dunia dalam Amanat Agung (Matius 28:19-20):
"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu."
Dari sekelompok kecil murid, Injil kemudian tersebar ke seluruh dunia. Para murid yang dulunya penuh ketakutan menjadi pemberita Injil yang berani, karena mereka telah mengalami kuasa Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2).
Herman Bavinck menulis:
"Gereja tidak akan ada tanpa pelatihan dan pengutusan murid-murid oleh Yesus. Amanat Agung adalah panggilan untuk setiap generasi."
Kesimpulan
Pelatihan yang Yesus berikan kepada kedua belas murid-Nya adalah pola bagi pemuridan dalam gereja saat ini.
-
John Calvin menekankan bahwa pemilihan murid adalah anugerah Allah, bukan berdasarkan keunggulan mereka.
-
J.C. Ryle mengajarkan bahwa pemuridan adalah lebih dari sekadar belajar doktrin, tetapi hidup dalam hubungan dengan Kristus.
-
Charles Spurgeon menunjukkan bahwa pelatihan rohani melibatkan ujian iman di dunia nyata.
-
Herman Bavinck menegaskan bahwa pelatihan ini adalah dasar bagi misi gereja.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup sebagai murid Kristus dan membimbing orang lain dalam perjalanan iman mereka. Soli Deo Gloria!