Studi tentang Iman yang Menyelamatkan

Studi tentang Iman yang Menyelamatkan

Pendahuluan:

Iman yang menyelamatkan (saving faith) adalah konsep yang sangat penting dalam teologi Kristen. Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa manusia diselamatkan oleh iman di dalam Yesus Kristus, bukan oleh perbuatan mereka sendiri (Efesus 2:8-9). Namun, apa sebenarnya iman yang menyelamatkan itu? Apakah semua bentuk iman membawa keselamatan? Bagaimana iman yang sejati berbeda dari iman yang palsu?

Dalam tradisi teologi Reformed, iman yang menyelamatkan bukan hanya sekadar pengakuan intelektual atau emosi sesaat, tetapi merupakan anugerah Allah yang menghasilkan kehidupan yang diubahkan. Para teolog Reformed seperti Yohanes Calvin, John Owen, Herman Bavinck, dan Charles Spurgeon telah banyak menulis tentang topik ini.

Artikel ini akan mengeksplorasi konsep iman yang menyelamatkan dari perspektif teologi Reformed dan bagaimana hal itu berdampak pada kehidupan Kristen.

I. Apa Itu Iman yang Menyelamatkan?

1. Definisi Iman yang Menyelamatkan

Iman yang menyelamatkan adalah kepercayaan penuh kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, yang mengandalkan Dia sepenuhnya untuk keselamatan.

Dalam Institutes of the Christian Religion, Yohanes Calvin mendefinisikan iman yang menyelamatkan sebagai:

"Suatu pengetahuan yang pasti dan teguh tentang kasih Allah, yang dinyatakan dalam Kristus, dan yang diteguhkan oleh Roh Kudus."¹

Dengan kata lain, iman bukan hanya percaya bahwa Allah ada, tetapi juga mempercayakan diri sepenuhnya kepada Kristus dan karya keselamatan-Nya.

2. Iman sebagai Pemberian Anugerah Allah

Teologi Reformed menekankan bahwa iman bukanlah sesuatu yang bisa dihasilkan oleh manusia sendiri. Efesus 2:8-9 berkata:

"Sebab oleh kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, bukan hasil pekerjaanmu—jangan ada orang yang memegahkan diri." (AYT)

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa iman yang menyelamatkan adalah karunia dari Allah, bukan keputusan manusia yang dihasilkan oleh kehendak bebas mereka sendiri.²

II. Ciri-Ciri Iman yang Menyelamatkan

1. Iman yang Menyelamatkan Bersifat Trinitarian

Iman yang sejati melibatkan ketiga pribadi Allah:

  • Allah Bapa sebagai sumber keselamatan (Efesus 1:3-6).
  • Yesus Kristus sebagai perantara keselamatan (Yohanes 14:6).
  • Roh Kudus yang menerapkan keselamatan dalam hati orang percaya (Roma 8:9-11).

John Owen dalam The Holy Spirit menekankan bahwa tanpa pekerjaan Roh Kudus, seseorang tidak dapat memiliki iman yang sejati.³

2. Iman yang Menyelamatkan Bersandar pada Kristus Saja

Banyak orang memiliki iman dalam agama, gereja, atau bahkan diri mereka sendiri, tetapi iman yang menyelamatkan hanya bersandar kepada Kristus.

Roma 10:9 berkata:

"Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hatimu bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, kamu akan diselamatkan." (AYT)

Charles Spurgeon berkata:

"Kita tidak diselamatkan oleh kekuatan iman kita, tetapi oleh objek iman kita, yaitu Yesus Kristus."⁴

3. Iman yang Menyelamatkan Menghasilkan Perbuatan Baik

Iman yang sejati akan selalu menghasilkan kehidupan yang diubahkan. Yakobus 2:17 mengatakan:

"Demikian juga iman, jika tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya mati." (AYT)

Namun, penting untuk dicatat bahwa perbuatan baik bukanlah dasar keselamatan, tetapi bukti dari iman yang sejati.

Jonathan Edwards dalam Religious Affections menegaskan bahwa iman yang sejati akan membawa perubahan hati yang nyata, bukan hanya perubahan perilaku luar.⁵

4. Iman yang Menyelamatkan Bertahan hingga Akhir

Orang yang benar-benar memiliki iman yang menyelamatkan tidak akan murtad.

Filipi 1:6 berkata:

"Aku yakin akan hal ini: Dia yang telah memulai pekerjaan baik di dalam kamu akan meneruskannya sampai pada hari Kristus Yesus." (AYT)

Menurut teologi Reformed, ini disebut sebagai Perseverance of the Saints (Ketekunan Orang Kudus), yang berarti bahwa mereka yang benar-benar diselamatkan akan tetap setia kepada Kristus hingga akhir.

John Murray dalam Redemption Accomplished and Applied menjelaskan bahwa iman sejati bukanlah iman yang sementara, tetapi iman yang bertahan dalam ujian dan penderitaan.⁶

III. Perbedaan antara Iman yang Sejati dan Iman yang Palsu

1. Iman yang Sejati Berakar dalam Kasih kepada Allah

Banyak orang bisa memiliki iman intelektual, tetapi tidak benar-benar mengasihi Allah.

Matius 7:22-23 berkata:

"Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: 'Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu?' [...] Tetapi pada waktu itu Aku akan berkata kepada mereka dengan terus terang: 'Aku tidak pernah mengenal kamu!'" (AYT)

Martyn Lloyd-Jones dalam Spiritual Depression memperingatkan bahwa banyak orang merasa mereka memiliki iman, tetapi mereka hanya percaya secara intelektual tanpa hubungan pribadi dengan Kristus.⁷

2. Iman yang Sejati Memiliki Buah Roh

Galatia 5:22-23 menyebutkan bahwa iman yang sejati menghasilkan kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, dan penguasaan diri.

Thomas Watson dalam A Body of Divinity menjelaskan bahwa iman sejati tidak bisa dipisahkan dari kekudusan hidup.⁸

3. Iman yang Sejati Bertumbuh dalam Pencobaan

Yakobus 1:2-3 berkata:

"Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, saudara-saudaraku, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu menghasilkan ketekunan." (AYT)

Iman yang sejati tidak akan luntur dalam pencobaan, tetapi justru bertumbuh semakin kuat.

IV. Bagaimana Kita Dapat Memiliki Iman yang Menyelamatkan?

1. Bertobat dan Percaya kepada Kristus

Markus 1:15 berkata:

"Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah dalam Injil!" (AYT)

Bertobat dan percaya bukanlah dua hal yang terpisah, tetapi merupakan dua sisi dari satu koin.

2. Berdoa Memohon Anugerah Iman

Jika iman adalah anugerah, maka kita harus meminta kepada Allah. Dalam Markus 9:24, seorang ayah berdoa kepada Yesus:

"Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!" (AYT)

3. Bertekun dalam Firman dan Persekutuan

Roma 10:17 berkata:

"Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (AYT)

John Piper dalam Desiring God menegaskan bahwa iman yang sejati dipelihara melalui firman, doa, dan komunitas Kristen yang sehat.⁹

Kesimpulan: Iman yang Menyelamatkan adalah Anugerah Allah yang Mengubah Hidup

Iman yang menyelamatkan bukan sekadar percaya secara intelektual, tetapi kepercayaan penuh kepada Kristus yang menghasilkan kehidupan yang diubahkan. Iman ini adalah pemberian Allah, bukan usaha manusia, dan iman yang sejati akan bertahan hingga akhir.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk terus bertumbuh dalam iman dan memastikan bahwa kita memiliki iman yang sejati, bukan iman yang palsu.

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post