Terang Injil yang Menerangi Hati: 2 Korintus 4:3-6

Pendahuluan
Surat 2 Korintus adalah salah satu surat yang ditulis Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus untuk membela kerasulannya, menjelaskan penderitaan dalam pelayanan, dan menegaskan kemuliaan Injil yang ia beritakan. Dalam pasal 4, Paulus menekankan bahwa Injil memiliki kuasa untuk menerangi hati manusia yang telah dibutakan oleh dosa.
Dalam 2 Korintus 4:3-6, Paulus menulis:
2 Korintus 4:3 Bahkan, jika Injil kami masih tertutup juga, Injil itu tertutup untuk mereka, yang akan binasa,2 Korintus 4:4 yang di antaranya, ilah dunia ini telah membutakan pikiran mereka yang tidak percaya sehingga mereka tidak dapat melihat terang kemuliaan Injil Kristus, yang adalah gambaran Allah.2 Korintus 4:5 Sebab, kami tidak memberitakan tentang diri kami sendiri, melainkan Kristus Yesus sebagai Tuhan dan diri kami sendiri sebagai pelayan-pelayanmu karena Yesus.2 Korintus 4:6 Karena Allah, yang berfirman, “Biarlah terang bercahaya dari kegelapan,” telah bercahaya dalam hati kita untuk memberi terang pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang ada pada wajah Kristus Yesus. (AYT)
Bagian ini menegaskan bahwa manusia dalam keberdosaannya berada dalam kegelapan rohani, tetapi Allah, melalui Injil, memberikan terang yang membawa keselamatan. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi ayat-ayat ini berdasarkan pemikiran beberapa teolog Reformed serta makna teologisnya dalam kehidupan Kristen.
Konteks 2 Korintus 4:3-6
Surat 2 Korintus ditulis untuk menjawab tantangan yang dihadapi Paulus dalam pelayanannya. Beberapa orang menolak otoritasnya sebagai rasul dan mempertanyakan Injil yang ia ajarkan. Dalam pasal 3 dan 4, Paulus membandingkan kemuliaan perjanjian lama dengan perjanjian baru dalam Kristus.
Dalam 2 Korintus 4:1-2, Paulus berbicara tentang bagaimana ia dan para rasul tidak memalsukan firman Tuhan, tetapi memberitakan Injil dengan kesetiaan. Namun, dalam 2 Korintus 4:3-6, ia mengakui bahwa tidak semua orang menerima Injil karena mereka telah dibutakan oleh "ilah dunia ini" (Iblis).
Paulus menggunakan gambaran terang dan kegelapan untuk menunjukkan bagaimana Allah bekerja dalam hati manusia yang telah mati secara rohani untuk membawa mereka kepada pengenalan akan kemuliaan Kristus.
Eksposisi 2 Korintus 4:3-6 dalam Perspektif Teologi Reformed
1. Injil yang Tertutup bagi Mereka yang Binasa
“Bahkan, jika Injil kami masih tertutup juga, Injil itu tertutup untuk mereka, yang akan binasa.” (2 Korintus 4:3, AYT)
John Calvin dalam Commentary on Corinthians menyoroti bahwa ayat ini menunjukkan perbedaan antara mereka yang telah dipilih oleh Allah dan mereka yang tetap dalam kegelapan karena kebutaan rohani mereka. Calvin menekankan bahwa manusia dalam natur dosanya tidak dapat memahami Injil kecuali Allah sendiri membuka hati mereka.
Pandangan ini sesuai dengan doktrin Total Depravity dalam teologi Reformed, yang menyatakan bahwa manusia, dalam keadaan jatuh, tidak memiliki kemampuan untuk mencari atau memahami Allah tanpa anugerah-Nya (Roma 3:11).
R.C. Sproul dalam Chosen by God menegaskan bahwa Injil bukanlah sesuatu yang bisa diterima manusia secara alami karena hati manusia sudah keras terhadap kebenaran. Hanya melalui karya Roh Kudus seseorang dapat melihat kemuliaan Injil dan berbalik kepada Kristus.
2. Kebutaan Rohani oleh Ilah Dunia Ini
“Yang di antaranya, ilah dunia ini telah membutakan pikiran mereka yang tidak percaya sehingga mereka tidak dapat melihat terang kemuliaan Injil Kristus, yang adalah gambaran Allah.” (2 Korintus 4:4, AYT)
Ayat ini menunjukkan bahwa ada kekuatan jahat yang bekerja untuk menghalangi manusia memahami Injil. "Ilah dunia ini" mengacu pada Iblis, yang berusaha menjauhkan manusia dari kebenaran.
Jonathan Edwards dalam Freedom of the Will menjelaskan bahwa kebutaan rohani bukan hanya akibat pengaruh Iblis, tetapi juga karena hati manusia yang sudah terikat pada dosa. Ketika seseorang menolak Injil, itu bukan semata-mata karena pengaruh eksternal, tetapi karena natur berdosanya sendiri yang tidak mau tunduk kepada Tuhan.
John Piper dalam God’s Passion for His Glory menyoroti bahwa "terang kemuliaan Injil Kristus" adalah satu-satunya hal yang dapat membebaskan manusia dari kegelapan rohani. Namun, dosa dan kebutaan rohani membuat manusia tidak dapat melihat keindahan Kristus kecuali Tuhan sendiri membuka mata mereka.
Ini juga menunjukkan perlunya regenerasi oleh Roh Kudus (Sola Gratia), karena manusia tidak dapat melihat kemuliaan Injil tanpa pertolongan Tuhan.
3. Kristus sebagai Pusat Pemberitaan Injil
“Sebab, kami tidak memberitakan tentang diri kami sendiri, melainkan Kristus Yesus sebagai Tuhan dan diri kami sendiri sebagai pelayan-pelayanmu karena Yesus.” (2 Korintus 4:5, AYT)
Paulus menegaskan bahwa pemberitaan Injil tidak boleh berpusat pada manusia, tetapi pada Kristus. Teologi Reformed menekankan bahwa Injil adalah tentang Kristus, bukan tentang usaha manusia atau prestasi rohani seseorang.
Martin Lloyd-Jones dalam Preaching and Preachers mengingatkan bahwa banyak orang memberitakan Injil dengan menekankan pengalaman manusia atau moralitas, tetapi pemberitaan yang sejati haruslah tentang kemuliaan Kristus.
John MacArthur dalam The Gospel According to Jesus menekankan bahwa Kristus harus diberitakan sebagai Tuhan, bukan sekadar sebagai tokoh moral atau guru. Injil adalah tentang tunduk kepada pemerintahan Kristus dan menerima keselamatan yang Ia tawarkan.
4. Allah yang Menerangi Hati Manusia
“Karena Allah, yang berfirman, ‘Biarlah terang bercahaya dari kegelapan,’ telah bercahaya dalam hati kita untuk memberi terang pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang ada pada wajah Kristus Yesus.” (2 Korintus 4:6, AYT)
Ayat ini merujuk pada penciptaan dalam Kejadian 1:3, di mana Allah berkata, "Jadilah terang." Ini menunjukkan bahwa keselamatan adalah karya Allah yang sama dahsyatnya dengan penciptaan dunia.
John Calvin menekankan bahwa keselamatan adalah hasil dari pekerjaan ilahi, bukan usaha manusia. Sebagaimana Allah menciptakan terang di tengah kegelapan dunia, demikian pula Ia menerangi hati manusia yang mati secara rohani.
Charles Spurgeon dalam Sermons on Sovereignty menyatakan bahwa orang percaya harus menyadari bahwa iman mereka bukan berasal dari diri mereka sendiri, tetapi dari anugerah Allah yang telah membukakan mata mereka kepada kemuliaan Kristus.
Makna Teologis 2 Korintus 4:3-6 dalam Teologi Reformed
1. Keselamatan Adalah Karya Anugerah Allah
Manusia tidak dapat melihat kebenaran Injil kecuali Tuhan sendiri yang menerangi hatinya. Ini selaras dengan Sola Gratia (keselamatan hanya oleh anugerah).
2. Pemberitaan Injil Harus Berpusat pada Kristus
Paulus menegaskan bahwa ia tidak memberitakan dirinya sendiri, tetapi Kristus. Ini menekankan pentingnya Solus Christus, di mana hanya Kristus yang menjadi pusat keselamatan.
3. Kedaulatan Allah dalam Pemilihan Orang Percaya
Teologi Reformed menekankan bahwa Allah bekerja secara aktif dalam membawa umat pilihan-Nya kepada keselamatan. Ini sesuai dengan doktrin Unconditional Election dalam Lima Poin Calvinisme.
Kesimpulan
2 Korintus 4:3-6 menegaskan bahwa:
- Manusia dalam natur dosanya tidak dapat memahami Injil.
- Iblis bekerja untuk membutakan manusia agar tetap berada dalam kegelapan.
- Kristus adalah satu-satunya pusat pemberitaan Injil.
- Allah, dalam kedaulatan-Nya, menerangi hati manusia dan membawa mereka kepada keselamatan.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk tetap memberitakan Injil dengan setia, mengetahui bahwa hanya Tuhan yang dapat membuka mata mereka yang berada dalam kegelapan. Soli Deo Gloria!