Yesus: Penguasa Segala Sesuatu – Ibrani 2:8

Yesus: Penguasa Segala Sesuatu – Ibrani 2:8

Pendahuluan

Ibrani 2:8 adalah salah satu ayat penting dalam Perjanjian Baru yang berbicara tentang pemerintahan Yesus atas segala sesuatu. Ayat ini mengutip Mazmur 8:6 dan menegaskan bagaimana Kristus, sebagai Manusia dan Allah, telah diberikan otoritas untuk memerintah atas seluruh ciptaan.

Ayat ini berbunyi:

"Segala sesuatu telah Kautaklukkan di bawah kaki-Nya." Sebab, ketika Ia menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, tidak ada sesuatu pun yang tidak ditaklukkan kepada-Nya. Akan tetapi, sekarang kita belum melihat segala sesuatu ditaklukkan kepada-Nya." (Ibrani 2:8, AYT)

Dalam artikel ini, kita akan membahas makna dari Ibrani 2:8 dalam konteks teologi Reformed dengan mengacu pada pandangan beberapa pakar teologi seperti John Calvin, John Owen, R.C. Sproul, dan Martyn Lloyd-Jones. Kita juga akan melihat implikasi ayat ini dalam pemahaman tentang pemerintahan Kristus dan bagaimana kebenaran ini berlaku dalam kehidupan Kristen saat ini.

1. Konteks Ibrani 2:8 dalam Surat Ibrani

Surat Ibrani secara keseluruhan bertujuan untuk menegaskan keunggulan Kristus atas segala sesuatu, termasuk para malaikat, nabi, dan sistem keimaman dalam Perjanjian Lama. Dalam pasal 2, penulis menunjukkan bagaimana Kristus sebagai Anak Allah datang ke dunia dalam bentuk manusia dan diberikan otoritas untuk memerintah atas seluruh ciptaan.

Ibrani 2:8 mengutip Mazmur 8:6 yang awalnya berbicara tentang bagaimana Allah memberikan otoritas kepada manusia untuk memerintah atas ciptaan. Namun, dalam konteks Ibrani, ayat ini diterapkan kepada Yesus sebagai "Manusia kedua" atau "Adam kedua" yang membawa pemulihan atas segala sesuatu.

2. Eksposisi Ibrani 2:8

a) "Segala sesuatu telah Kautaklukkan di bawah kaki-Nya."

Frasa ini menunjukkan bahwa Kristus memiliki otoritas penuh atas segala sesuatu dalam ciptaan.

Menurut John Owen, ayat ini tidak hanya berbicara tentang otoritas umum Allah atas dunia, tetapi secara khusus tentang bagaimana Kristus sebagai perwakilan umat manusia telah diberikan kekuasaan untuk memerintah atas segala sesuatu. Ini adalah penggenapan dari mandat budaya dalam Kejadian 1:26-28, di mana manusia diperintahkan untuk berkuasa atas bumi.

John Calvin menambahkan bahwa kedaulatan Kristus ini mencakup tidak hanya pemerintahan atas dunia fisik, tetapi juga atas gereja dan sejarah keselamatan. Kristus bukan hanya Raja atas ciptaan, tetapi juga Raja atas hati manusia, yang membawa pemulihan bagi mereka yang percaya kepada-Nya.

b) "Sebab, ketika Ia menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, tidak ada sesuatu pun yang tidak ditaklukkan kepada-Nya."

Bagian ini menegaskan bahwa tidak ada satu aspek pun dalam ciptaan yang berada di luar otoritas Kristus.

R.C. Sproul menekankan bahwa Kristus tidak hanya memerintah dalam aspek rohani, tetapi juga dalam semua bidang kehidupan: politik, ekonomi, budaya, dan sejarah. Tidak ada satu titik dalam keberadaan manusia yang tidak berada di bawah kedaulatan Kristus.

Martyn Lloyd-Jones dalam bukunya Great Doctrines of the Bible mengingatkan bahwa pengakuan terhadap kedaulatan Kristus harus diwujudkan dalam kehidupan orang percaya. Kita tidak bisa hanya mengakui Kristus sebagai Raja secara teori tetapi tetap hidup seolah-olah kita adalah tuan atas hidup kita sendiri.

c) "Akan tetapi, sekarang kita belum melihat segala sesuatu ditaklukkan kepada-Nya."

Bagian ini mengakui realitas bahwa meskipun Kristus telah diberikan otoritas penuh, dunia masih berada dalam keadaan yang rusak karena dosa.

Menurut John Owen, frasa ini menunjukkan adanya "ketegangan eskatologis" dalam pemerintahan Kristus. Secara teologis, kita bisa memahami ini dalam tiga tahap:

  1. Kristus telah menerima otoritas penuh setelah kebangkitan-Nya (Matius 28:18).
  2. Namun, dunia masih berada dalam proses penaklukan di mana kerajaan Allah sedang menyebar melalui Injil.
  3. Pada akhirnya, ketika Kristus datang kembali, seluruh ciptaan akan berada di bawah pemerintahan-Nya secara sempurna (Filipi 2:9-11).

John Calvin juga menyoroti bahwa bagian ini mengajarkan kita untuk memiliki pengharapan. Meskipun saat ini kita masih melihat penderitaan, kejahatan, dan ketidakadilan, kita percaya bahwa pada akhirnya Kristus akan membawa pemulihan sempurna atas segala sesuatu.

3. Teologi Reformed tentang Pemerintahan Kristus

a) Kedaulatan Kristus atas Segala Sesuatu

Dalam teologi Reformed, doktrin tentang kedaulatan Allah adalah salah satu pilar utama. Ibrani 2:8 menegaskan bahwa Kristus tidak hanya memerintah di surga tetapi juga di bumi.

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa pemerintahan Kristus bersifat menyeluruh dan tidak terbatas pada aspek tertentu dalam kehidupan manusia. Setiap bidang kehidupan – dari gereja, pemerintahan, hingga dunia akademik – harus tunduk kepada otoritas Kristus.

R.C. Sproul dalam bukunya The Holiness of God juga menegaskan bahwa kita tidak bisa membatasi otoritas Kristus hanya dalam urusan rohani. Kristus adalah Raja atas segala sesuatu, dan kita sebagai umat-Nya dipanggil untuk hidup di bawah kedaulatan-Nya dalam setiap aspek kehidupan.

b) Already but Not Yet (Sudah tetapi Belum) dalam Pemerintahan Kristus

Konsep already but not yet sering digunakan dalam teologi Reformed untuk menjelaskan bagaimana kerajaan Allah telah datang tetapi belum sepenuhnya digenapi.

John Owen menjelaskan bahwa pemerintahan Kristus telah dimulai sejak kebangkitan-Nya, tetapi akan mencapai kepenuhannya saat kedatangan-Nya yang kedua. Ini berarti kita saat ini hidup dalam masa di mana kerajaan Allah sedang berkembang melalui gereja dan penyebaran Injil.

Martyn Lloyd-Jones juga menekankan bahwa kita tidak boleh kehilangan harapan. Meskipun dunia masih penuh dengan kejahatan dan penderitaan, kita harus percaya bahwa Kristus sedang bekerja untuk membawa pemulihan, dan pada akhirnya, setiap lutut akan bertelut di hadapan-Nya.

4. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen

a) Hidup dalam Ketaatan kepada Kristus

Jika Kristus adalah Raja atas segala sesuatu, maka kita harus hidup dalam ketaatan penuh kepada-Nya. Ini berarti bahwa kita tidak hanya mengakui Yesus sebagai Juruselamat tetapi juga sebagai Tuhan atas hidup kita.

John Calvin menegaskan bahwa iman sejati selalu menghasilkan ketaatan. Jika seseorang mengaku percaya kepada Kristus tetapi tetap hidup dalam pemberontakan, maka imannya belum sepenuhnya sejati.

b) Berpengharapan dalam Penggenapan Kerajaan Allah

Meskipun kita belum melihat segala sesuatu ditaklukkan kepada Kristus, kita harus memiliki iman bahwa pada akhirnya Dia akan menang.

R.C. Sproul mengingatkan bahwa meskipun dunia tampak semakin rusak, kita tidak boleh kehilangan iman. Kita dipanggil untuk tetap setia dalam iman dan percaya bahwa Kristus sedang bekerja untuk menggenapi rencana-Nya.

c) Berpartisipasi dalam Penyebaran Injil

Sebagai bagian dari pemerintahan Kristus, kita dipanggil untuk menjadi alat-Nya dalam membawa kerajaan Allah ke seluruh dunia. Ini berarti kita harus memberitakan Injil, melakukan pekerjaan baik, dan menunjukkan kasih Kristus dalam setiap aspek kehidupan kita.

Martyn Lloyd-Jones menegaskan bahwa setiap orang Kristen memiliki peran dalam memperluas kerajaan Allah. Kita tidak boleh pasif, tetapi harus aktif dalam membawa kebenaran Injil ke dunia.

Kesimpulan

Ibrani 2:8 mengajarkan bahwa Kristus memiliki otoritas penuh atas segala sesuatu, tetapi kita masih menantikan penggenapan penuh dari pemerintahan-Nya. Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini menegaskan kedaulatan Kristus, konsep already but not yet, dan pentingnya hidup dalam ketaatan kepada-Nya.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup di bawah pemerintahan Kristus, memiliki pengharapan dalam rencana-Nya, dan berpartisipasi dalam menyebarkan Injil kepada dunia.

Next Post Previous Post