1 Petrus 4:7: Menjalani Hidup di Ujung Zaman

Teks Alkitab (AYT)
“Akhir dari segala sesuatu sudah dekat. Karena itu, waspadalah dan berjaga-jagalah supaya dapat berdoa.”— 1 Petrus 4:7
Pendahuluan
Surat 1 Petrus ditulis untuk jemaat-jemaat Kristen yang tersebar di Asia Kecil, yang sedang menghadapi penganiayaan dan tekanan sosial karena iman mereka kepada Kristus. Dalam konteks inilah, Petrus menulis kata-kata yang kuat dan penuh urgensi: “Akhir dari segala sesuatu sudah dekat.”
Ayat ini bukan hanya pernyataan eskatologis (tentang akhir zaman), tetapi juga merupakan seruan praktis untuk kehidupan kudus, berdoa, dan berjaga-jaga. Dalam tradisi Reformed, eskatologi bukanlah spekulasi tentang masa depan, melainkan motivasi untuk kehidupan yang saleh di masa kini.
I. Konteks Historis dan Sastra
A. Surat Petrus dalam Latar Sejarah
1 Petrus ditulis sekitar tahun 62–64 M, menjelang penganiayaan besar oleh Kaisar Nero. Surat ini menekankan pengharapan dalam penderitaan dan pentingnya hidup sebagai orang asing di dunia.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menyatakan bahwa surat Petrus memperlihatkan bahwa kehidupan Kristen harus senantiasa terarah kepada kekekalan, bukan dunia yang sementara ini.
B. Struktur Teks
Kalimat dalam 1 Petrus 4:7 mengandung tiga unsur utama:
-
Pernyataan eskatologis: “Akhir dari segala sesuatu sudah dekat.”
-
Perintah moral: “Karena itu, waspadalah...”
-
Tujuan spiritual: “...supaya dapat berdoa.”
II. “Akhir dari segala sesuatu sudah dekat”: Pemahaman Eskatologis
A. Apa yang Dimaksud dengan “Akhir”?
Dalam bahasa Yunani, kata "akhir" adalah telos, yang tidak hanya berarti penghentian, tetapi juga pemenuhan tujuan. Maka, “akhir dari segala sesuatu” bukan sekadar kiamat, tetapi pencapaian tujuan Allah dalam sejarah.
John Calvin menjelaskan dalam komentarnya bahwa maksud Petrus adalah bahwa segala sesuatu sedang mengarah pada kesudahannya, yaitu penggenapan rencana Allah dalam Kristus.
“Rasul mengingatkan kita bahwa dunia ini fana, dan oleh karena itu, kita harus menempatkan harapan kita pada yang kekal.” — Calvin
B. Kedekatan Akhir Zaman
Frasa “sudah dekat” (Yunani: ēngiken) menunjukkan urgensi rohani, bukan semata-mata kronologis. Dalam pemikiran Reformed, kita sudah hidup dalam “zaman akhir” sejak kebangkitan Kristus (lih. Ibrani 1:2).
Louis Berkhof menjelaskan dalam Systematic Theology bahwa zaman gereja adalah masa “sudah tetapi belum”: janji-janji Allah telah digenapi dalam Kristus, tetapi pemenuhannya yang sempurna masih dinanti.
III. “Karena itu, waspadalah dan berjaga-jagalah”: Panggilan untuk Hidup Bijaksana
A. Waspada secara Rohani
Kata “waspadalah” dalam bahasa Yunani (sōphroneō) berarti berpikir dengan tenang, jernih, dan tidak dibutakan oleh emosi atau nafsu duniawi. Ini menunjuk pada gaya hidup yang sadar akan realitas kekal.
John Owen menyatakan bahwa kewaspadaan rohani adalah tanda orang yang dipenuhi Roh Kudus dan tidak tertidur secara rohani:
“Iblis tidak takut pada orang Kristen yang tertidur dalam kenyamanan duniawi, tetapi gemetar terhadap mereka yang berjaga dalam doa.”
B. Berjaga-jaga demi Doa
Frasa “berjaga-jagalah supaya dapat berdoa” (Yunani: nēpsate eis proseuchas) menunjukkan bahwa kehidupan doa yang efektif menuntut disiplin dan kejernihan rohani.
R.C. Sproul menggarisbawahi bahwa doa bukanlah tindakan ritual, tetapi sarana untuk bertahan dalam iman di tengah zaman yang jahat.
“Doa adalah garis hidup bagi orang Kristen dalam dunia yang menolak Allah.”
IV. Teologi Praktis dari 1 Petrus 4:7
A. Eskatologi yang Mendorong Etika
Berbeda dengan pendekatan futuristik yang spekulatif, teologi Reformed menekankan bahwa eskatologi harus mendorong pertobatan, pelayanan, dan kesalehan. Tidak ada tempat bagi ketidaksiapan rohani.
Herman Ridderbos menyatakan bahwa fokus gereja bukan mencari tahu “kapan”, melainkan “bagaimana kita hidup” dalam terang bahwa akhir sudah dekat.
B. Menolak Dunia dan Mencintai Allah
Kesadaran akan kefanaan dunia mendorong orang percaya untuk tidak mengikatkan diri pada hal-hal duniawi.
Jonathan Edwards, dalam khotbah-khotbahnya yang penuh kekuatan eskatologis, mendorong umat untuk hidup dengan kesadaran bahwa setiap hari bisa menjadi hari terakhir.
“Tinggallah di bumi seolah-olah kamu akan segera dipanggil ke kekekalan.”
V. Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Menata Hidup dengan Prioritas Kekal
Dalam dunia modern yang sibuk dan terobsesi dengan kenyamanan, perintah ini memanggil kita untuk mengatur hidup dengan kesadaran akan kekekalan. Keuangan, waktu, dan hubungan semuanya harus dipertimbangkan dalam terang akhir zaman.
2. Hidup dalam Komunitas yang Saling Mendorong
Surat 1 Petrus ditujukan kepada komunitas, bukan individu semata. Maka kewaspadaan dan doa bukan hanya praktik pribadi, tetapi harus dihidupi bersama dalam tubuh Kristus (gereja).
3. Doa Sebagai Nafas Kehidupan Kristen
Kesibukan dunia dan tekanan hidup dapat melumpuhkan kehidupan doa. Namun, Petrus mengingatkan bahwa hanya dengan doa, kita dapat bertahan di masa yang penuh pencobaan.
John Bunyan mengatakan:
“Iblis gemetar ketika orang percaya jatuh berlutut dalam doa.”
Kesimpulan: Menanti Akhir dengan Hidup yang Kudus
1 Petrus 4:7 adalah ayat pendek namun penuh kedalaman teologis dan kekuatan praktis. Dalam terang ajaran para teolog Reformed, kita dapat menyimpulkan beberapa prinsip utama:
-
Eskatologi bukan spekulasi, tetapi motivasi.
-
Kedekatan akhir zaman harus membentuk hidup yang penuh doa dan kewaspadaan.
-
Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang terus berjaga dan berdoa.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam kesadaran bahwa dunia ini sementara dan tujuan kita adalah kekekalan. Maka, setiap hari harus dijalani dengan sikap: “Tuhan, mampukan aku berjaga dan berdoa hari ini.”
Doa Penutup
Tuhan yang Mahakuasa, Engkau telah menyatakan bahwa akhir dari segala sesuatu sudah dekat. Tolong kami untuk hidup dengan kesadaran akan kekekalan, berjaga-jaga dan berdoa setiap hari. Kiranya Roh Kudus menuntun hati kami agar tidak terikat pada dunia yang fana ini, melainkan hidup dalam kesalehan, pengharapan, dan kasih. Dalam nama Yesus, Raja yang akan datang, kami berdoa. Amin.