1 Petrus 5:8: Waspadalah terhadap Musuhmu, Iblis

“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.”— 1 Petrus 5:8 (TB)
Pendahuluan: Seriusnya Ancaman Rohani
Ayat ini menjadi salah satu peringatan paling tajam dan dramatis dalam Perjanjian Baru mengenai bahaya nyata dari musuh rohani kita: Iblis. Dalam suratnya, Rasul Petrus tidak hanya menguatkan umat yang sedang menderita, tetapi juga mengingatkan mereka bahwa penderitaan bukanlah satu-satunya musuh — ada musuh yang lebih berbahaya, yaitu sang Iblis.
Teologi Reformed, yang mendasarkan semua doktrinnya pada otoritas Alkitab, memandang peringatan ini bukan sebagai metafora kosong, tetapi sebagai realitas rohani yang harus dihadapi oleh setiap orang percaya. Dalam artikel ini, kita akan mengupas makna dari 1 Petrus 5:8 berdasarkan studi kata, konteks historis, dan interpretasi dari para teolog Reformed ternama seperti John Calvin, R.C. Sproul, Martyn Lloyd-Jones, dan Joel Beeke.
I. Konteks Surat 1 Petrus
A. Penerima Surat: Umat yang Menderita
Surat ini ditujukan kepada orang-orang percaya yang tersebar di wilayah Asia Kecil, yang sedang menghadapi penderitaan karena iman mereka (1 Ptr. 1:6-7). Petrus ingin agar mereka tetap teguh dalam iman, hidup dalam kekudusan, dan tidak kehilangan harapan akan anugerah yang akan dinyatakan pada saat kedatangan Kristus.
B. Tema Utama: Penghiburan dan Peringatan
Petrus memberi penghiburan bagi umat yang dianiaya, namun juga menekankan pentingnya kewaspadaan rohani. Di tengah penderitaan eksternal, ada bahaya internal dan spiritual: musuh yang tidak kelihatan — Iblis.
II. Eksegesis Kata per Kata
1. "Sadarlah dan berjaga-jagalah!" (Nēpsate, grēgorēsate)
Kata kerja Yunani nēpsate (sadarlah) berasal dari akar kata yang berarti “bebas dari mabuk” — secara figuratif menunjuk pada keadaan kewaspadaan rohani. Sedangkan grēgorēsate berarti "tetap terjaga", seperti seorang penjaga malam yang tidak boleh tertidur.
John Calvin menulis:
“Petrus memerintahkan kita untuk berjaga, karena musuh tidak tidur. Ia tidak pernah berhenti mengincar kejatuhan orang-orang kudus.”
Panggilan untuk berjaga bukan hanya untuk para pemimpin rohani, tetapi untuk semua orang percaya. Ini adalah perintah aktif yang menunjukkan bahwa kekristenan bukanlah jalan santai, tetapi jalan peperangan rohani.
2. "Lawanmu, si Iblis" (ho antidikos hēmōn diabolos)
-
Antidikos berarti "penuduh hukum" atau "lawan dalam pengadilan". Ini menunjukkan bahwa Iblis bertindak seperti jaksa yang ingin menghancurkan orang percaya melalui tuduhan, penggodaaan, dan fitnah.
-
Diabolos adalah sebutan umum untuk Iblis, yang berarti "pemfitnah" atau "yang memecah belah".
R.C. Sproul menekankan bahwa Petrus menggambarkan Iblis sebagai musuh personal, bukan sebagai konsep atau kekuatan impersonal:
“Iblis adalah pribadi yang aktif, penuh siasat, dan sangat mengenal kelemahan umat Allah. Ia bukan sekadar kekuatan jahat, tapi musuh yang cerdas dan licik.”
3. "Berjalan keliling seperti singa yang mengaum-aum"
Metafora ini sangat kuat. Singa adalah binatang buas yang menakutkan, penuh kekuatan, dan licik dalam menyerang. Ia tidak datang sambil mengetuk pintu — ia mengendap-endap dan kemudian menyerang dengan keras.
Joel Beeke mencatat bahwa gambaran singa ini mengindikasikan bahwa Iblis:
-
Tidak beristirahat
-
Mempunyai tujuan tunggal: menelan umat Allah
-
Memanfaatkan saat-saat ketika kita paling lemah
Mengapa "mengelilingi"? Karena Iblis bukan saja menyerang satu dua orang secara acak, tapi aktif mencari kelemahan siapa saja di antara umat Tuhan.
4. "Mencari orang yang dapat ditelannya"
Istilah “ditelan” (katapinō) berarti dikonsumsi secara total — seperti binatang memangsa mangsanya. Tujuan Iblis bukan sekadar menggoda, tetapi menghancurkan iman umat Tuhan.
Martyn Lloyd-Jones menjelaskan bahwa:
“Pekerjaan Iblis adalah membawa orang percaya menjauh dari iman yang hidup kepada Allah, menuju ketidakpercayaan, keputusasaan, dan akhirnya kehancuran.”
III. Siapa Iblis Menurut Teologi Reformed?
A. Pribadi, Bukan Simbol
Teologi Reformed klasik, sebagaimana diajarkan dalam Pengakuan Iman Westminster dan tulisan-tulisan Calvin, mengakui bahwa Iblis adalah makhluk ciptaan yang telah jatuh, yang memiliki intelek, kehendak, dan tujuan. Ia bukan alegori, melainkan musuh rohani yang nyata.
John Calvin dalam Institutes menulis:
“Setan tidak hanya menggoda secara umum, tetapi menargetkan individu, menyesuaikan godaan sesuai kelemahan masing-masing.”
B. Dikuasai oleh Allah
Salah satu doktrin Reformed yang penting adalah kedaulatan Allah. Meski Iblis aktif dan berbahaya, ia tetap tunduk pada kedaulatan Tuhan. Ia tidak dapat mencobai kecuali diizinkan, seperti yang kita lihat dalam kisah Ayub.
R.C. Sproul menyebut ini sebagai “leashed lion” — singa yang terikat rantai. Ia buas, tapi tidak bebas.
IV. Strategi Iblis Menurut Kitab Suci
-
Penyesatan Doktrin (2 Korintus 11:14-15)
-
Ia menyamar sebagai malaikat terang untuk membawa orang percaya menjauh dari Injil sejati.
-
-
Pencobaan Moral (Matius 4:1-11)
-
Seperti mencobai Yesus di padang gurun, ia menggunakan keinginan alami manusia untuk melawan kehendak Allah.
-
-
Penindasan Emosional (Efesus 6:16)
-
Ia meluncurkan “panah api” berupa rasa takut, kesalahan, dan keputusasaan.
-
-
Fitnah terhadap Orang Percaya (Wahyu 12:10)
-
Iblis disebut sebagai “pendakwa saudara-saudara kita”.
-
V. Taktik Bertahan: Bagaimana Orang Percaya Melawan?
A. Kesadaran dan Kewaspadaan
Panggilan untuk “sadar dan berjaga” adalah panggilan untuk hidup dalam kesadaran rohani setiap hari. Ini berarti:
-
Menyadari bahwa godaan selalu mungkin datang
-
Menghindari area-area kelemahan
-
Menghidupi hidup dalam disiplin rohani
Sinclair Ferguson menyatakan:
“Kehidupan Kristen bukan tentang ‘zona nyaman’, tapi kesadaran akan bahaya dan keyakinan pada kekuatan Tuhan.”
B. Perlindungan melalui Firman
Efesus 6 menggambarkan senjata orang percaya sebagai “pedang Roh, yaitu firman Allah.” Saat Yesus dicobai, Ia selalu melawan dengan kutipan Alkitab.
Oleh karena itu, mempelajari, menghafalkan, dan merenungkan Firman adalah salah satu bentuk “berjaga-jaga”.
C. Doa dan Komunitas
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan” (Matius 26:41).
Orang percaya tidak hanya berjaga secara individu, tetapi juga bersama komunitas iman. Gereja lokal adalah tempat perlindungan dari serangan-serangan Iblis melalui pengajaran, pembinaan, dan saling menasihati.
VI. Aplikasi Praktis 1 Petrus 5:8
1. Jangan Naif terhadap Dunia Rohani
Iblis bukan hanya bekerja dalam aktivitas okultisme, tetapi dalam kesibukan harian, kompromi kecil, dan sikap acuh tak acuh. Ia suka menyerang saat orang percaya sedang lelah, kecewa, atau menyendiri.
2. Waspadai Serangan dalam Penderitaan
Dalam konteks surat 1 Petrus, Iblis seringkali menggunakan penderitaan untuk menggoda orang percaya agar meragukan kasih Allah. Ketika kita menderita, ia berbisik: “Jika Allah mengasihimu, mengapa kamu mengalami ini?”
Petrus mengingatkan: penderitaan tidak berarti Allah meninggalkan kita. Sebaliknya, sering kali justru dalam penderitaanlah kita belajar berjaga-jaga.
3. Lawan dengan Teguh dalam Iman
Ayat selanjutnya (1 Ptr. 5:9) memerintahkan kita untuk “melawan dia dengan iman yang teguh.” Ini bukan iman umum, melainkan iman yang bersandar pada karakter Allah, janji-janji-Nya, dan karya salib Kristus.
VII. Kutipan Teolog Reformed Tentang 1 Petrus 5:8
John Calvin:
“Kita tidak dapat melawan Setan dengan kekuatan kita sendiri. Hanya dengan bersandar pada Allah dan mengenakan perlengkapan rohani dari-Nya kita dapat bertahan.”
R.C. Sproul:
“Ketika Petrus menggambarkan Iblis sebagai singa yang mengaum, ia sedang memperingatkan kita bahwa peperangan rohani adalah kenyataan — bukan mitos, bukan alegori.”
Joel Beeke:
“Singa tidak menyerang dari jauh. Ia datang dekat. Maka dari itu, berjaga-jagalah setiap saat. Doa, Firman, dan Gereja adalah pertahananmu.”
Kesimpulan: Siapakah yang Menang?
Meskipun 1 Petrus 5:8 menggambarkan musuh yang menakutkan, Injil memberikan kepastian bahwa Iblis sudah dikalahkan melalui salib dan kebangkitan Kristus (Kolose 2:15). Orang percaya tidak berjaga dalam ketakutan, melainkan dalam kemenangan.
Tugas kita bukan menciptakan kemenangan, tetapi menghidupi kemenangan yang sudah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus. Kita melawan bukan dari posisi kalah, tetapi dari posisi yang telah menang dalam Kristus.