6 Pelajaran yang Kita Dapat dari Pengakuan Iman Nicea (Nicene Creed)

6 Pelajaran yang Kita Dapat dari Pengakuan Iman Nicea (Nicene Creed)

Pendahuluan: Mengapa Pengakuan Iman Nicea Masih Relevan Hari Ini?

Di tengah dunia modern yang dilanda relativisme, sinkretisme, dan krisis identitas rohani, pengakuan iman menjadi fondasi penting bagi umat Kristen untuk kembali kepada inti ajaran yang benar. Salah satu pengakuan iman yang paling bersejarah dan fundamental adalah Pengakuan Iman Nicea (The Nicene Creed), yang disusun pada Konsili Nikea tahun 325 M dan disempurnakan di Konsili Konstantinopel 381 M.

Pengakuan ini tidak hanya penting secara historis, tetapi juga secara teologis, liturgis, dan apologetis. Bagi tradisi Reformed, pengakuan iman seperti Nikea adalah ekspresi tertulis dari ajaran Alkitab yang telah diakui secara universal, dan menjadi dasar ortodoksi Kristen.

Dalam artikel ini, kita akan menggali enam pelajaran utama dari Pengakuan Iman Nikea, dengan mengacu pada pemikiran dari beberapa teolog Reformed besar seperti John Calvin, Louis Berkhof, Herman Bavinck, R.C. Sproul, dan Michael Horton.

1. Allah itu Esa, Kudus, dan Bapa yang Kekal

Pengakuan Iman Nikea dimulai dengan pengakuan:

“Kami percaya kepada satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, dari segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.”

a. Doktrin Allah yang Esa (Monoteisme)

Pengakuan ini menegaskan monoteisme Kristen, yakni bahwa hanya ada satu Allah sejati, bukan banyak ilah. Ini sejalan dengan Ulangan 6:4, “Dengarlah, hai Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”

John Calvin menekankan dalam Institutes bahwa:

“Pengakuan terhadap Allah yang esa adalah dasar dari seluruh iman Kristen. Tanpa ini, segala bentuk penyembahan akan jatuh ke dalam penyimpangan.”

b. Allah Sebagai Pencipta dan Pemelihara

Selain esa, Allah juga adalah pencipta dan pemelihara seluruh alam semesta. Dalam terang teologi Reformed, ini mendasari pemahaman kita tentang kedaulatan Allah atas ciptaan.

Herman Bavinck menulis:

“Allah tidak hanya menciptakan dunia, tetapi terus memelihara dan mengarahkan sejarah untuk kemuliaan-Nya.”

2. Kristus adalah Allah Sejati dari Allah Sejati

Bagian terpenting dari Pengakuan Nikea berkaitan dengan doktrin Kristologi, yaitu siapa Yesus Kristus:

“Kami percaya kepada satu Tuhan, Yesus Kristus... Allah sejati dari Allah sejati, sehakikat dengan Bapa...”

a. Melawan Ajaran Sesat Arianisme

Pada abad ke-4, Arius mengajarkan bahwa Yesus adalah ciptaan tertinggi, bukan Allah yang sejati. Pengakuan Nikea disusun untuk melawan ajaran sesat ini dan menegaskan bahwa Yesus adalah sehakikat dengan Bapa (homoousios to Patri).

R.C. Sproul menyatakan:

“Jika Yesus bukan Allah sejati, maka penebusan kita batal. Hanya Allah yang dapat menyelamatkan.”

b. Kristus adalah Pribadi Kedua dari Tritunggal

Dalam teologi Reformed, Kristus dipahami sebagai pribadi kedua dari Tritunggal, yang kekal adanya dan setara dalam esensi dengan Allah Bapa dan Roh Kudus. Inilah dasar iman yang sejati kepada Kristus.

3. Inkarnasi Adalah Inti dari Keselamatan

Pengakuan Iman Nikea berkata:

“...yang telah turun dari surga demi kita manusia dan demi keselamatan kita, Ia menjadi daging oleh Roh Kudus dari Perawan Maria dan menjadi manusia.”

a. Kristus Benar-Benar Menjadi Manusia

Teologi Reformed mengajarkan bahwa inkarnasi bukan sekadar penampilan manusia, tetapi pengambilan natur manusia secara penuh oleh Putra Allah. Ia adalah 100% Allah dan 100% manusia.

Louis Berkhof menulis:

“Inkarnasi adalah jembatan antara kekekalan dan sejarah, antara kekudusan Allah dan kehancuran manusia.”

b. Inkarnasi Memungkinkan Penebusan

Tanpa menjadi manusia, Kristus tidak bisa menjadi wakil dan pengganti kita di salib. Inkarnasi adalah pintu masuk bagi karya penebusan, sebagaimana dijelaskan dalam Ibrani 2:17.

4. Penyaliban, Kebangkitan, dan Kenaikan: Fondasi Injil

Pengakuan ini melanjutkan:

“Ia disalibkan bagi kita... Ia bangkit pada hari ketiga... Ia naik ke surga... dan akan datang kembali.”

a. Salib sebagai Karya Penebusan

Dalam teologi Reformed, salib Kristus adalah karya penebusan yang sempurna dan final. Ia menanggung murka Allah yang seharusnya jatuh atas kita (doktrin penebusan substitusi).

Michael Horton menyebut ini sebagai:

“Ekspresi terbesar dari kasih dan keadilan Allah bertemu dalam satu titik: salib Kristus.”

b. Kebangkitan dan Kenaikan sebagai Penggenapan

Tanpa kebangkitan, salib tidak ada artinya. Pengakuan Nikea mengingatkan bahwa Injil mencakup seluruh karya Kristus, dari kematian sampai kenaikan dan pengharapan akan kedatangan-Nya kembali.

5. Roh Kudus adalah Allah, dan Ia Aktif dalam Gereja

Dalam versi yang disempurnakan (381 M), ditambahkan:

“Kami percaya kepada Roh Kudus, Tuhan yang menghidupkan, yang keluar dari Bapa dan Anak... Ia berbicara melalui para nabi.”

a. Roh Kudus adalah Pribadi Ilahi

Roh Kudus bukan kekuatan impersonal, melainkan Pribadi ketiga dari Tritunggal, sama kekal dan sehakikat dengan Bapa dan Anak.

Herman Bavinck menegaskan:

“Tanpa Roh Kudus, tidak ada penerapan keselamatan. Dialah yang membuat karya Kristus menjadi nyata dalam hidup kita.”

b. Roh Kudus Bekerja melalui Gereja dan Firman

Teologi Reformed sangat menekankan sarana anugerah (means of grace)—Firman, sakramen, dan doa—di mana Roh Kudus bekerja.

6. Pengharapan akan Kebangkitan dan Hidup Kekal

Bagian akhir dari pengakuan:

“Kami menantikan kebangkitan orang mati dan hidup di dunia yang akan datang.”

a. Eskatologi Kristen yang Berpengharapan

Pengakuan ini menegaskan bahwa iman Kristen adalah iman yang berorientasi pada masa depan, yaitu kebangkitan tubuh dan hidup kekal bersama Allah.

John Calvin menulis:

“Iman sejati selalu memandang ke depan, kepada penggenapan janji Allah dalam kekekalan.”

b. Anti-Dualisme

Dalam banyak filsafat kuno, tubuh dianggap jahat dan hanya roh yang diselamatkan. Namun pengakuan ini menegaskan bahwa Allah akan memulihkan seluruh keberadaan manusia—tubuh dan roh.

Mengapa Ini Penting untuk Gereja Masa Kini?

a. Menjaga Kemurnian Ajaran

Pengakuan iman seperti Nikea membantu gereja untuk berdiri teguh dalam ortodoksi, melawan penyimpangan seperti teologi liberal, ajaran palsu, atau sinkretisme agama.

b. Menjadi Jembatan Ekumenis yang Sejati

Pengakuan Nikea diakui oleh berbagai tradisi Kristen: Protestan, Katolik, Ortodoks. Dalam konteks Reformed, ini menunjukkan bahwa kita berdiri dalam garis panjang warisan iman gereja universal.

c. Mendidik Jemaat dalam Doktrin yang Hidup

Pengakuan iman bukan sekadar hafalan, tetapi alat pendidikan rohani, menolong orang percaya memahami dan menghidupi kebenaran Alkitab.

Kesimpulan: Berakar, Bertumbuh, dan Bertahan dalam Iman yang Sejati

Enam pelajaran dari Pengakuan Iman Nikea menolong kita untuk:

  1. Mengenal Allah sebagai Bapa yang esa dan pencipta.

  2. Mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan yang sejati dan penyelamat.

  3. Memahami inkarnasi sebagai dasar keselamatan.

  4. Berdiri di atas karya salib, kebangkitan, dan pengharapan akan kedatangan Kristus.

  5. Mengalami karya Roh Kudus yang nyata dalam hidup dan gereja.

  6. Menantikan kebangkitan dan kehidupan kekal.

Di dunia yang terus berubah, pengakuan iman menjadi jangkar yang teguh, dan bagi tradisi Reformed, ia adalah warisan yang tak ternilai.

Next Post Previous Post