Allah Sang Sumber Anugerah

Lihatlah, Allah yang Penuh Anugerah! (Behold, the God of Grace!)
Artikel ini mengeksplorasi sifat Allah yang penuh anugerah (gracious), sesuai dengan ajaran teologi Reformed, dan didukung oleh pemikiran para tokoh Reformed seperti John Calvin, Jonathan Edwards, Herman Bavinck, R.C. Sproul, dan Louis Berkhof. Artikel ini menyajikan pandangan teologis, penjelasan Alkitabiah, serta aplikasi praktis yang meneguhkan iman umat Kristen kepada Allah yang kaya dalam kasih karunia.
1. Pendahuluan: Mengapa Kita Perlu Melihat kepada Allah yang Penuh Anugerah?
Dalam dunia yang penuh dengan penilaian, penghakiman, dan ketidakpastian, sangat mudah bagi orang Kristen untuk melihat Allah sebagai sosok yang jauh, keras, dan tak terjangkau. Namun Alkitab memanggil kita untuk “menatap” Allah bukan hanya sebagai Hakim, tapi sebagai Sumber Anugerah yang melimpah.
“Behold, the God of grace!”
(Lihatlah, Allah yang penuh anugerah!)
Kata "behold" dalam Kitab Suci sering digunakan untuk menarik perhatian serius terhadap kebenaran ilahi yang agung. Dalam konteks ini, kita diajak memandang dan merenungkan keindahan karakter Allah sebagai Allah yang penuh kasih karunia.
Teologi Reformed menempatkan anugerah (grace) sebagai pusat dari segala hal—keselamatan, pertobatan, iman, pengudusan, dan kemuliaan. Oleh karena itu, memahami Allah sebagai “God of Grace” adalah hal mendasar dan menyeluruh dalam kehidupan Kristen.
2. Apa Itu Anugerah? (Grace)
Anugerah adalah pemberian Allah yang diberikan secara cuma-cuma kepada orang berdosa, bukan karena mereka layak, tetapi karena kasih dan belas kasihan Allah.
Dalam bahasa Yunani, kata "karunia" atau "anugerah" adalah χάρις (charis), yang berarti "kebaikan yang tidak pantas diterima".
John Calvin menekankan dalam Institutes:
“Anugerah adalah dasar dari seluruh Injil—tanpa anugerah, tidak ada harapan bagi manusia.”
3. Allah Memperkenalkan Diri-Nya sebagai Allah yang Penuh Anugerah
Keluaran 34:6 (TB):
“TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih dan setia.”
Inilah momen penting di mana Allah menyatakan karakter-Nya sendiri kepada Musa. Perhatikan bahwa dua dari sifat utama-Nya adalah penyayang dan pengasih.
Louis Berkhof menjelaskan bahwa:
“Anugerah bukan hanya tindakan Allah, tapi bagian dari sifat-Nya yang kekal.”
Dengan kata lain, Allah tidak hanya melakukan anugerah—Dia adalah Allah yang penuh anugerah.
4. Kasih Karunia dalam Penciptaan dan Pemeliharaan
Sebelum manusia jatuh dalam dosa, kasih karunia Allah sudah dinyatakan melalui ciptaan yang baik dan pemberian hidup. Setelah kejatuhan, Allah tidak menghancurkan manusia secara langsung, melainkan memelihara dan menopang ciptaan-Nya.
Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menyatakan:
“Seluruh ciptaan berdiri di atas dasar belas kasihan dan pemeliharaan Allah—ini adalah bentuk awal dari kasih karunia umum.”
5. Kasih Karunia dalam Penebusan
Puncak dari anugerah Allah ditunjukkan dalam karya penebusan di dalam Yesus Kristus. Tidak ada ekspresi kasih karunia yang lebih agung selain salib Kristus.
Efesus 2:8-9 (TB):
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah…”
R.C. Sproul menegaskan:
“Anugerah bukanlah sesuatu yang kita minta. Itu datang dari hati Allah sendiri, yang memilih untuk menyelamatkan mereka yang tidak layak.”
Jonathan Edwards menambahkan:
“Tidak ada satu pun alasan dalam diri manusia yang dapat mendorong Allah untuk menyelamatkannya—semuanya berasal dari anugerah murni.”
6. Kasih Karunia dalam Pilihan (Election)
Dalam teologi Reformed, doktrin pemilihan (election) sangat terkait dengan anugerah. Allah memilih umat-Nya bukan berdasarkan kebaikan atau usaha mereka, tetapi berdasarkan rencana kasih karunia yang kekal.
Roma 11:5-6:
“Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan…”
John Calvin menyatakan:
“Pemilihan berdasarkan anugerah membuat semua pujian kembali kepada Tuhan semata. Tidak ada yang bisa dibanggakan oleh manusia.”
7. Anugerah yang Efektif (Effectual Grace)
Teologi Reformed membedakan antara anugerah umum (yang diterima semua manusia) dan anugerah khusus (yang diberikan kepada umat pilihan untuk keselamatan). Anugerah khusus ini disebut anugerah efektif, karena selalu berhasil membawa kepada pertobatan dan iman.
Yesus berkata:
“Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa yang mengutus Aku tidak menarik dia...”
(Yohanes 6:44)
Louis Berkhof menegaskan:
“Anugerah yang menyelamatkan tidak hanya menawarkan keselamatan, tetapi benar-benar menciptakan kehidupan rohani dalam hati yang mati.”
8. Anugerah dalam Pertobatan dan Iman
Bahkan pertobatan dan iman bukan hasil dari kehendak bebas manusia semata, tetapi buah dari anugerah Allah yang bekerja dalam hati.
Kisah Para Rasul 11:18:
“Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.”
Jonathan Edwards menulis:
“Kasih karunia tidak hanya memungkinkan keselamatan, tetapi memberikan hati baru yang dapat menerima keselamatan.”
9. Anugerah dalam Pengudusan
Anugerah Allah tidak berhenti setelah kita percaya. Roh Kudus bekerja dalam kita, mengubah kita hari demi hari agar serupa dengan Kristus. Ini disebut pengudusan, dan ini pun adalah karya anugerah.
Titus 2:11-12:
“Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan…”
R.C. Sproul menyebut ini sebagai “anugerah yang mendidik”—kasih karunia yang membentuk karakter dan hidup kudus.
10. Anugerah dalam Penghiburan dan Pemeliharaan
Saat kita jatuh, gagal, atau merasa lemah, anugerah Allah menopang kita. Bahkan dalam penderitaan, anugerah Allah menjadi cukup.
2 Korintus 12:9:
“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu…”
Herman Bavinck menulis:
“Tidak ada saat dalam hidup ini—baik dalam sukacita atau penderitaan—yang di luar jangkauan kasih karunia Allah.”
11. Anugerah yang Menuntun sampai Kemuliaan
Anugerah tidak hanya memulai perjalanan iman, tetapi juga menyempurnakan dan menyelesaikannya.
Filipi 1:6:
“Dia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu akan meneruskannya sampai pada akhirnya.”
Teologi Reformed menyebut ini sebagai “perseverance of the saints”—bukan karena kekuatan manusia, tetapi karena anugerah Allah yang menopang.
12. Lihatlah Anugerah Itu dalam Pribadi Yesus
Yesus Kristus adalah inkarnasi dari kasih karunia Allah.
Yohanes 1:14:
“Firman itu telah menjadi manusia... penuh kasih karunia dan kebenaran.”
Dalam setiap kata, mukjizat, dan penderitaan-Nya, Yesus menunjukkan siapa Allah yang penuh anugerah itu. Maka saat kita berkata, “Lihatlah, Allah yang penuh anugerah,” kita sedang memandang Kristus yang disalibkan dan dibangkitkan untuk kita.
13. Respon terhadap Anugerah: Hidup yang Dipenuhi Syukur
Anugerah Allah tidak boleh menjadi alasan untuk hidup sembarangan, tetapi justru mendorong hidup dalam ucapan syukur dan ketaatan.
Roma 6:1-2:
“Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya kasih karunia semakin berlimpah? Sekali-kali tidak!”
John Calvin menegaskan bahwa kasih karunia Allah harus melahirkan:
“Kehidupan yang saleh, kerendahan hati, dan pengabdian total kepada Tuhan.”
14. Panggilan untuk Memandang dan Memberitakan Allah yang Penuh Anugerah
Kita dipanggil bukan hanya untuk menerima kasih karunia itu, tetapi juga mewartakan Allah yang penuh anugerah kepada dunia yang haus dan rusak.
Tim Keller mengatakan:
“Injil bukan hanya untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, tapi menjadi pusat seluruh hidup orang percaya.”
Dunia butuh melihat bukan hanya agama, tapi Allah yang penuh anugerah.
Kesimpulan: Behold, the God of Grace!
Saat dunia mengecewakan, saat diri sendiri jatuh dalam dosa, dan saat hati meragukan kasih-Nya, lihatlah—Allah yang penuh anugerah!
Ia adalah:
-
Allah yang menciptakan karena kasih.
-
Allah yang menyelamatkan karena kasih karunia.
-
Allah yang memelihara dengan belas kasihan.
-
Allah yang akan memuliakan kita oleh kasih karunia yang sama.