Apakah Adil Jika Allah Mengeraskan Hati?

Pendahuluan
Salah satu doktrin yang sering menimbulkan kontroversi dalam Alkitab adalah kenyataan bahwa Allah mengeraskan hati manusia. Dalam Roma 9:18, Rasul Paulus menyatakan:
"Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Ia juga mengeraskan hati siapa yang dikehendaki-Nya."
Pernyataan ini menimbulkan pertanyaan mendalam: Jika Allah mengeraskan hati seseorang, apakah itu adil? Bukankah setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama untuk bertobat?
Dalam teologi Reformed, konsep ini dipahami dalam konteks kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia. John Calvin, R.C. Sproul, Jonathan Edwards, dan John Piper telah banyak membahas bagaimana Allah mengeraskan hati manusia tanpa melanggar keadilan-Nya. Artikel ini akan menguraikan pandangan Reformed tentang doktrin ini berdasarkan Alkitab dan argumen teologis dari para pakar Reformed.
1. Makna "Mengeraskan Hati" dalam Alkitab
Istilah "mengeraskan hati" muncul berkali-kali dalam Alkitab, terutama dalam kisah Firaun di Keluaran dan dalam pengajaran Rasul Paulus di Roma 9.
Dua Cara Allah Mengeraskan Hati
Dalam Alkitab, ada dua cara utama bagaimana hati seseorang menjadi keras:
-
Manusia mengeraskan hatinya sendiri
-
Keluaran 8:15 – "Ketika Firaun melihat bahwa telah ada kelegaan, ia tetap berkeras hati dan tidak mau mendengarkan mereka."
-
Ibrani 3:8 – "Janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman, pada waktu pencobaan di padang gurun."
-
-
Allah yang mengeraskan hati manusia
-
Keluaran 9:12 – "Tetapi TUHAN mengeraskan hati Firaun, sehingga ia tidak mendengarkan mereka."
-
Roma 9:18 – "Ia juga mengeraskan hati siapa yang dikehendaki-Nya."
-
Menurut John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion, Allah tidak menciptakan kejahatan dalam hati manusia. Sebaliknya, Allah membiarkan manusia dalam kondisi hatinya yang sudah berdosa dan menarik anugerah-Nya, sehingga manusia semakin menolak-Nya.
Jonathan Edwards dalam Freedom of the Will menjelaskan bahwa kehendak manusia selalu cenderung kepada dosa jika tidak dibimbing oleh kasih karunia Allah. Oleh karena itu, ketika Allah mengeraskan hati seseorang, Dia tidak menciptakan dosa di dalam hati mereka, tetapi hanya membiarkan mereka berjalan dalam kebebasan mereka sendiri yang sudah berdosa.
2. Apakah Allah Tidak Adil Jika Ia Mengeraskan Hati?
Pertanyaan besar yang muncul adalah apakah adil jika Allah memilih untuk mengeraskan hati seseorang?
Rasul Paulus sendiri menanggapi keberatan ini dalam Roma 9:19-21:
"Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: 'Mengapa engkau membentuk aku demikian?'"
Jawaban dari Perspektif Reformed
1. Allah Berdaulat dalam Hak-Nya atas Ciptaan
Allah sebagai Pencipta memiliki hak penuh atas ciptaan-Nya. Seperti seorang penjunan yang membentuk tanah liat, Allah berhak menentukan tujuan dari setiap manusia.
-
Roma 9:21 – "Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpalan yang sama satu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan yang lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?"
John Piper dalam The Justification of God menjelaskan bahwa Allah tidak wajib memberikan anugerah kepada siapa pun. Jika Allah memilih untuk menyelamatkan sebagian orang dan membiarkan yang lain dalam kondisi mereka yang berdosa, itu tetap adil karena semua orang sebenarnya layak menerima hukuman.
2. Semua Manusia Sudah Berdosa dan Layak Dihukum
-
Roma 3:23 – "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah."
-
Roma 6:23 – "Sebab upah dosa ialah maut."
Tidak ada satu pun manusia yang layak menerima keselamatan. Jika Allah memilih untuk menunjukkan belas kasihan kepada sebagian orang dan membiarkan yang lain dalam keadaan mereka yang berdosa, itu adalah tindakan kasih karunia, bukan ketidakadilan.
R.C. Sproul dalam Chosen by God menjelaskan bahwa jika Allah ingin berlaku sepenuhnya adil, maka semua manusia akan dihukum. Tetapi karena kasih-Nya, Dia memilih untuk menyelamatkan sebagian orang.
3. Mengapa Allah Mengeraskan Hati? Tujuan Ilahi dalam Kedaulatan-Nya
1. Untuk Menunjukkan Kuasa-Nya dan Kemuliaan-Nya
Allah mengeraskan hati untuk menunjukkan kuasa-Nya atas kejahatan dan membuktikan kemuliaan-Nya.
-
Roma 9:17 – "Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: 'Justru untuk inilah Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi.'"
-
Keluaran 14:4 – "Aku akan mengeraskan hati Firaun, supaya ia mengejar mereka. Maka Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku terhadap Firaun."
John Calvin menjelaskan bahwa Allah tidak mengeraskan hati tanpa tujuan, tetapi untuk menggenapi rencana-Nya dalam sejarah keselamatan.
2. Untuk Menunjukkan Kontras antara Anugerah dan Penghukuman
Dengan mengeraskan hati beberapa orang, Allah juga menunjukkan kebesaran kasih karunia-Nya kepada mereka yang Ia selamatkan.
-
Roma 9:22-23 – "Jika Allah untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya menanggung dengan sabar orang-orang yang harus dimurkai... justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas orang-orang yang dikasihi-Nya?"
John Owen dalam The Death of Death in the Death of Christ menjelaskan bahwa tanpa melihat murka Allah, kita tidak akan pernah mengerti betapa besar kasih karunia-Nya bagi kita.
4. Apa Respons Kita?
1. Rendah Hati dan Bersyukur
Jika kita adalah orang-orang yang telah menerima kasih karunia Allah, kita harus bersyukur dengan rendah hati karena kita tidak lebih baik dari mereka yang hatinya dikeraskan.
-
Efesus 2:8-9 – "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah."
2. Percaya Akan Kedaulatan Allah
Kita tidak selalu mengerti rencana Allah, tetapi kita dipanggil untuk mempercayai kedaulatan dan kebijaksanaan-Nya.
-
Ulangan 29:29 – "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita."
John Piper menekankan bahwa kita harus percaya bahwa Allah tidak pernah bertindak tidak adil, tetapi selalu sesuai dengan kebijaksanaan dan rencana-Nya yang baik.
Kesimpulan
Apakah Allah tidak adil jika Ia mengeraskan hati seseorang? Dalam perspektif teologi Reformed, jawabannya adalah tidak.
-
Allah memiliki hak penuh atas ciptaan-Nya.
-
Semua manusia sudah berdosa dan pantas menerima penghukuman.
-
Mengeraskan hati adalah bagian dari rencana-Nya untuk menyatakan kemuliaan-Nya.
Sebagai orang percaya, kita harus bersyukur atas kasih karunia Allah yang menyelamatkan kita, bukan karena kita lebih baik, tetapi murni karena anugerah-Nya.
Soli Deo Gloria!