Kuasa Doa yang Sesuai Kehendak Allah: 1 Yohanes 5:14

Kuasa Doa yang Sesuai Kehendak Allah: 1 Yohanes 5:14

Pendahuluan

Doa adalah nafas kehidupan orang percaya. Namun, banyak orang Kristen bergumul dengan pertanyaan: Apakah doa saya didengar? atau Bagaimana saya tahu doa saya sesuai dengan kehendak Tuhan?

Ayat 1 Yohanes 5:14 memberikan jawaban yang luar biasa penuh penghiburan dan keyakinan:

“Dan, inilah keyakinan yang kita miliki di hadapan Dia, yaitu jika kita meminta apa pun yang sesuai dengan kehendak-Nya, Dia mendengar kita.” (1 Yohanes 5:14, AYT)

Dalam artikel ini, kita akan menelusuri makna ayat ini secara mendalam berdasarkan teologi Reformed, mengeksplorasi konteks historis, makna teologis, serta pandangan dari para tokoh seperti John Calvin, Louis Berkhof, Herman Bavinck, dan R.C. Sproul.

1. Konteks Historis dan Sastra Surat 1 Yohanes

Latar Belakang

Surat 1 Yohanes ditulis oleh Rasul Yohanes pada masa awal gereja yang sedang bergumul dengan ajaran sesat, terutama gnostisisme. Salah satu dampak ajaran sesat ini adalah keraguan di antara jemaat: apakah mereka benar-benar memiliki relasi dengan Allah? Apakah doa mereka masih berlaku?

Yohanes menulis dengan tujuan untuk meneguhkan iman jemaat, dan pasal 5 menjadi klimaks dari pesan tersebut: hidup kekal dimiliki oleh mereka yang percaya kepada Anak Allah (ayat 11–13), dan mereka dapat datang kepada-Nya dengan keyakinan dalam doa.

2. Eksposisi Ayat 1 Yohanes 5:14

Mari kita uraikan bagian demi bagian dari ayat ini, berdasarkan pemahaman teolog Reformed:

“Dan, inilah keyakinan yang kita miliki di hadapan Dia...”

a. Kata “keyakinan” (παρρησία - parresia)

Dalam bahasa Yunani, kata ini berarti kebebasan berbicara dengan penuh kepercayaan. Ini bukan sekadar optimisme, melainkan keyakinan yang kokoh bahwa kita diterima di hadapan Allah karena karya Kristus.

John Calvin menulis:

“We can freely present our prayers to God because Christ is our intercessor, and in Him we have boldness.”

Terjemahan: “Kita dapat dengan bebas mengajukan doa kepada Allah karena Kristus adalah perantara kita, dan di dalam Dia kita memiliki keberanian.”

b. “...yang kita miliki di hadapan Dia”

Dalam bahasa asli, ini menunjukkan bahwa kita berdiri di hadapan hadirat Allah. Orang percaya tidak datang kepada Allah sebagai musuh, tetapi sebagai anak-anak-Nya (bdk. Ibrani 4:16).

R.C. Sproul menjelaskan:

“Prayer is not a timid whisper into the void; it is a confident appeal before a loving Father.”

Terjemahan: “Doa bukanlah bisikan yang malu-malu ke dalam kekosongan; itu adalah permohonan yang penuh keyakinan di hadapan Bapa yang penuh kasih.”

“...jika kita meminta apa pun yang sesuai dengan kehendak-Nya...”

a. Konsep Doa dalam Kehendak Allah

Inilah kunci dari ayat ini. Teologi Reformed selalu menekankan bahwa Allah berdaulat penuh. Maka, doa yang efektif adalah doa yang selaras dengan kehendak-Nya.

Louis Berkhof menulis:

“True prayer does not seek to bend God's will to ours, but aligns our desires with His perfect purpose.”

Terjemahan: “Doa yang sejati tidak berusaha membengkokkan kehendak Allah ke arah kita, tetapi menyelaraskan keinginan kita dengan tujuan-Nya yang sempurna.”

b. Apa arti “kehendak-Nya”?
  • Kehendak dekretif (rahasia): Rencana Allah yang tak terungkap dan pasti terjadi.

  • Kehendak preseptif (terungkap): Apa yang Allah nyatakan dalam Firman-Nya—apa yang harus kita doakan, lakukan, dan percayai.

Doa yang sesuai dengan kehendak Allah berarti doa yang berlandaskan kebenaran Firman, bukan keinginan egois kita.

“...Dia mendengar kita.”

Frasa ini memberikan janji yang luar biasa: Allah mendengarkan doa orang percaya.

Menurut Herman Bavinck:

“God’s hearing does not mean mere awareness, but active engagement in response to His covenant children.”

Terjemahan: “Mendengar dari pihak Allah bukan hanya berarti mengetahui, tetapi keterlibatan aktif dalam menanggapi anak-anak perjanjian-Nya.”

Artinya, Allah bukan hanya ‘mendengar’ dalam arti pasif, tetapi Dia bertindak sesuai kasih dan hikmat-Nya.

3. Pandangan Para Teolog Reformed

a. John Calvin

Calvin sangat menekankan bahwa doa yang sejati harus didasarkan pada kehendak Allah, bukan keinginan manusia yang tidak dikuduskan. Dalam komentarnya, ia menulis:

“We ought to rest in the will of God and conform our petitions accordingly, knowing that His will is holy and good.”

Terjemahan: “Kita harus beristirahat dalam kehendak Allah dan menyesuaikan permohonan kita dengannya, karena kita tahu bahwa kehendak-Nya itu kudus dan baik.”

b. Louis Berkhof

Berkhof dalam Systematic Theology menyatakan:

“The privilege of prayer is grounded in the work of Christ and the indwelling of the Spirit, who teaches us to pray according to God’s will.”

Terjemahan: “Hak istimewa untuk berdoa didasarkan pada karya Kristus dan kehadiran Roh Kudus, yang mengajarkan kita untuk berdoa sesuai kehendak Allah.”

c. R.C. Sproul

Dalam bukunya “Does Prayer Change Things?”, Sproul menyampaikan:

“Prayer doesn’t change God’s mind, but it changes us and aligns us with His mind.”

Terjemahan: “Doa tidak mengubah pikiran Allah, tetapi doa mengubah kita dan menyelaraskan kita dengan pikiran-Nya.”

d. Herman Bavinck

Bavinck menekankan aspek perjanjian dalam doa:

“Prayer is a covenantal privilege; in it, God condescends to commune with His people and accomplishes His will through their supplication.”

Terjemahan: “Doa adalah hak istimewa perjanjian; dalam doa, Allah merendahkan diri untuk bersekutu dengan umat-Nya dan melaksanakan kehendak-Nya melalui permohonan mereka.”

4. Aplikasi Praktis dalam Kehidupan Doa Kristen

a. Keyakinan dalam Doa

Orang percaya tidak perlu takut untuk datang kepada Allah. Dalam Kristus, kita memiliki akses langsung ke takhta kasih karunia (Ibrani 4:16). Kita didengar bukan karena kelayakan kita, tetapi karena kebenaran Kristus yang menutupi kita.

b. Memahami Kehendak Allah Melalui Firman

Agar doa kita sesuai dengan kehendak-Nya, kita harus tertanam dalam Firman Allah. Kita belajar kehendak-Nya dari Alkitab dan meminta agar hati kita diselaraskan dengannya.

c. Menyelaraskan Keinginan Kita

Doa bukan alat untuk mengendalikan Allah, tetapi alat untuk membentuk dan mengarahkan hati kita. Ketika kita belajar berdoa sesuai kehendak-Nya, kita bertumbuh dalam keserupaan dengan Kristus.

d. Bersabar dalam Jawaban Allah

Kadang jawaban Tuhan tidak segera datang atau tidak seperti yang kita harapkan. Namun, orang percaya dapat percaya bahwa Allah selalu mendengar, dan Dia menjawab menurut waktu dan cara-Nya yang terbaik.

5. Relevansi di Era Modern

Di zaman modern yang serba instan dan berorientasi pada hasil, banyak orang Kristen menganggap doa sebagai alat manipulasi spiritual. Ayat ini mengoreksi paradigma tersebut.

1 Yohanes 5:14 mengajarkan bahwa doa bukan soal mendapatkan keinginan pribadi, tetapi tentang hidup dalam relasi dengan Allah yang berdaulat dan menyelaraskan hati kita dengan hati-Nya.

Kesimpulan

1 Yohanes 5:14 memberikan pengajaran yang sangat penting tentang doa:

  • Orang percaya memiliki keyakinan bahwa Allah mendengar doa mereka.

  • Doa yang dijawab adalah doa yang sesuai dengan kehendak Allah.

  • Keyakinan ini berakar dalam karya Kristus dan kebenaran Firman Tuhan.

  • Teologi Reformed memberikan fondasi yang kuat untuk memahami doa sebagai bagian dari relasi perjanjian antara Allah dan umat-Nya.

Next Post Previous Post