Markus 15:1–6: Pengadilan Yesus dan Kedaulatan Allah

Markus 15:1–6: Pengadilan Yesus dan Kedaulatan Allah

Pendahuluan

Markus 15:1–6 merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam narasi sengsara (passion) Yesus Kristus. Dalam bagian ini, Yesus dihadapkan kepada Pilatus, dan proses yang tidak adil ini menjadi awal dari penderitaan-Nya menuju salib. Dalam perspektif teologi Reformed, bagian ini memperlihatkan percampuran antara dosa manusia dan kedaulatan Allah dalam menjalankan rencana keselamatan.

Teks Alkitab (AYT)

Markus 15:1Pagi-pagi sekali, imam-imam kepala mengadakan perundingan dengan para tua-tua, dan ahli-ahli Taurat, serta seluruh Majelis Besar. Mereka mengikat Yesus, membawa-Nya pergi, dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus.Markus 15:2Pilatus bertanya kepada Yesus, “Apakah Engkau Raja orang Yahudi?” Dia menjawab, “Engkau telah mengatakannya.”Markus 15:3Para imam kepala menuduh Yesus dengan berbagai tuduhan.Markus 15:4Sehingga Pilatus bertanya lagi kepada-Nya, “Apakah tidak ada jawaban yang ingin kamu sampaikan? Lihat, betapa banyak tuduhan yang diberikan terhadap kamu.”Markus 15:5Akan tetapi, Yesus tidak memberikan jawaban lagi sehingga Pilatus menjadi heran.Markus 15:6Pada Hari Raya Paskah, Pilatus biasa membebaskan bagi mereka seorang tahanan yang mereka minta.

I. Konteks Historis dan Teologis

A. Latar Belakang Injil Markus

Injil Markus menekankan penderitaan dan pengorbanan Yesus sebagai Hamba yang menderita (lih. Yesaya 53). Dalam pasal 15, Markus memperlihatkan klimaks dari penolakan publik terhadap Mesias. Herman Ridderbos menyatakan bahwa Injil Markus memperlihatkan kontras besar antara kemuliaan Yesus sebagai Anak Allah dan penghinaan yang Dia alami.

B. Konteks Pengadilan

Majelis Besar (Sanhedrin) secara resmi menyerahkan Yesus kepada kekuasaan Romawi karena mereka tidak mempunyai wewenang untuk menjatuhkan hukuman mati. Ini memperlihatkan manipulasi kekuasaan demi membunuh Yesus.

R.C. Sproul mencatat bahwa ini adalah ironi besar: Anak Allah yang suci diadili oleh manusia berdosa. Namun, ini semua bagian dari rencana penebusan Allah.

II. Eksposisi Per Ayat: Analisis Teologi Reformed

1. Markus 15:1 – "Pagi-pagi sekali..."

John Calvin dalam komentarnya atas ayat ini menekankan bahwa meskipun para pemimpin agama melakukan persekongkolan yang jahat, Allah tetap memegang kendali. Calvin menekankan misteri providensia Allah, di mana bahkan kejahatan manusia digunakan untuk menggenapi kehendak-Nya.

“Bukan karena mereka mengikat-Nya maka mereka menguasai-Nya, tetapi karena Dia menyerahkan diri-Nya.” — John Calvin

Poin Teologi:

  • Kedaulatan Allah tidak pernah tergoyahkan, bahkan dalam pengadilan yang tampaknya tidak adil.

  • Kristus tidak dikalahkan; Ia menyerahkan diri-Nya secara aktif sebagai bagian dari rencana keselamatan.

2. Markus 15:2 – "Apakah Engkau Raja orang Yahudi?"

Pertanyaan Pilatus berfokus pada klaim politik Yesus, bukan klaim mesianik spiritual. Yesus menjawab, “Engkau telah mengatakannya,” jawaban yang mengindikasikan kebenaran namun tetap misterius.

R.C. Sproul menyatakan bahwa Yesus tidak menolak klaim tersebut, karena Dia memang Raja, namun bukan dalam pengertian politis. Ini menyingkapkan kerajaan Allah yang bersifat rohani, bukan kekuasaan duniawi.

“Yesus bukan hanya Raja orang Yahudi, tetapi Raja atas segala raja, dan pengadilan ini adalah ironi ilahi di mana Raja segala sesuatu diadili oleh manusia.”

Poin Teologi:

  • Kristus adalah Raja yang sejati meskipun Ia tidak menunjukkan kekuatan duniawi.

  • Kerajaan Allah tidak berasal dari dunia ini (Yohanes 18:36), tetapi bersifat kekal dan adil.

3. Markus 15:3 – Tuduhan yang Dilontarkan

Para imam kepala menggunakan berbagai tuduhan palsu untuk menjerat Yesus. Tuduhan itu mencerminkan kebencian religius, bukan semata fakta hukum.

Louis Berkhof mencatat bahwa penolakan terhadap Yesus bukan karena kurangnya bukti, tetapi karena hati yang keras. Ini memperlihatkan total depravity, atau kerusakan total manusia dalam memahami dan menerima kebenaran Allah.

“Kebencian terhadap terang adalah bukti dari kebutaan rohani total.” — Louis Berkhof

Poin Teologi:

  • Penolakan terhadap Yesus bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, tetapi oleh pemberontakan hati manusia.

  • Kejatuhan manusia membuatnya menolak Mesias, walaupun bukti kebenaran begitu jelas.

4. Markus 15:4–5 – Yesus Diam

Yesus tidak menjawab tuduhan yang dilontarkan kepada-Nya. Ini bukan karena ketidakmampuan, tetapi karena penggenapan nubuat (Yesaya 53:7 – "Ia tidak membuka mulut-Nya").

Herman Bavinck menekankan bahwa kesunyian Yesus adalah bentuk ketundukan aktif dan ketundukan pasif terhadap kehendak Bapa.

“Yesus diam bukan karena kalah, tetapi karena Ia tahu saat-Nya telah tiba untuk menyerahkan diri sebagai korban.”

John Owen melihat diamnya Yesus sebagai lambang dari kesempurnaan korban penebus:

“Sebagai Anak Domba yang tidak bercela, Yesus berdiri dalam keheningan dan ketaatan penuh.”

Poin Teologi:

  • Diamnya Yesus adalah tanda ketaatan dan kerendahan hati yang sempurna.

  • Ia memikul penderitaan dengan kesadaran penuh demi rencana keselamatan umat manusia.

5. Markus 15:6 – Tradisi Pembebasan Tahanan

Pilatus mencoba mencari cara untuk membebaskan Yesus dengan menggunakan tradisi Paskah. Namun, hal ini juga menunjukkan kompromi politik daripada keadilan sejati.

R.C. Sproul melihat tindakan Pilatus sebagai contoh dari ketakutan manusia dan kepengecutan moral. Ia tahu Yesus tidak bersalah, tetapi tetap menyerah pada tekanan publik.

Poin Teologi:

  • Pengadilan Yesus menunjukkan ketidakmampuan sistem dunia untuk menegakkan keadilan sejati.

  • Dalam semua ini, Allah sedang bekerja untuk menyatakan keadilan-Nya yang sempurna melalui salib.

III. Kaitan dengan Teologi Salib (Theologia Crucis)

Markus 15:1–6 membuka jalan menuju penyaliban. Dalam teologi Reformed, salib bukanlah kegagalan, melainkan kemenangan dalam bentuk yang paradoks.

Martin Luther menyebut pendekatan ini sebagai Theologia Crucis — Allah menyatakan kemuliaan-Nya dalam penderitaan. Kemenangan ilahi diperoleh melalui kekalahan duniawi.

IV. Aplikasi Pastoral dan Spiritualitas Reformed

A. Yesus Sebagai Raja yang Tersalib

Dalam dunia yang mencari pemimpin kuat dan karismatik, Injil menampilkan Yesus sebagai Raja yang diam, dihina, dan disalibkan. Ini menantang pola pikir manusia dan menuntut kita untuk memahami bahwa kerendahan hati dan pengorbanan adalah esensi kepemimpinan Kristiani.

B. Ketundukan kepada Kedaulatan Allah

Yesus tidak berusaha melawan, karena Dia tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana Bapa. Ini mengajarkan kita untuk percaya kepada providensia Allah bahkan ketika segala sesuatu tampak tidak masuk akal.

C. Realitas Dosa dan Anugerah

Tuduhan palsu dan pengadilan yang tidak adil menggambarkan kedalaman dosa manusia. Namun, dalam konteks itulah anugerah Allah bersinar paling terang. Ia memilih untuk menanggung penderitaan yang bukan milik-Nya.

Kesimpulan

Markus 15:1–6 adalah narasi awal dari penderitaan Kristus, tetapi juga merupakan proklamasi kemuliaan-Nya. Melalui tuduhan palsu, kesunyian yang penuh makna, dan kepasrahan yang ilahi, kita melihat:

  • Ketaatan sempurna Yesus

  • Kerusakan total manusia

  • Kedaulatan Allah dalam penderitaan

  • Kemenangan melalui salib

Dalam terang teologi Reformed, bagian ini memperkuat keyakinan kita bahwa keselamatan bukanlah hasil dari usaha manusia, tetapi karya Allah semata yang dinyatakan dalam pengorbanan Kristus.

Penutup

Kiranya perenungan atas Markus 15:1–6 membuat kita semakin memahami betapa dalamnya kasih Kristus yang rela menanggung penghinaan dan ketidakadilan demi keselamatan kita. Dalam setiap ketidakadilan yang kita alami, kita memiliki teladan agung: Kristus yang diam tetapi menang.

Next Post Previous Post