Markus 15:7-15: Gambaran Penebusan Kristus dan Kedalaman Dosa Manusia

Pendahuluan
Perikop Markus 15:7-15 merupakan bagian penting dalam narasi penyaliban Yesus. Bagian ini menampilkan kontras yang tajam antara Yesus yang tidak berdosa dan Barabas, seorang penjahat besar. Dalam terang teologi Reformed, bagian ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan cermin dari rencana penebusan Allah yang agung serta potret mendalam tentang kerusakan total manusia.
Artikel ini akan mengekspose teks Markus 15:7-15 sesuai pandangan teolog-teolog Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, William Hendriksen, Herman Ridderbos, dan Martyn Lloyd-Jones.
Eksposisi Ayat per Ayat
Markus 15:7 — Barabas: Cermin Manusia Berdosa
Menurut John Calvin, Barabas bukan sekadar tokoh sejarah, tetapi mewakili kondisi manusia pada umumnya. Kita adalah Barabas — pemberontak terhadap hukum Allah, layak menerima hukuman.
William Hendriksen dalam New Testament Commentary menjelaskan bahwa Barabas menggambarkan umat manusia yang memberontak terhadap otoritas Tuhan dan pantas mendapatkan maut.
Teologi Reformed menegaskan bahwa penebusan Kristus bersifat substitusi (pengganti). Barabas, orang berdosa, dibebaskan; Yesus yang kudus menggantikan tempatnya.
Markus 15:8-10 — Motivasi Pilatus dan Intrik Politik
Pilatus tahu bahwa Yesus tidak bersalah. Namun, dia berada dalam tekanan politik dan ingin memanfaatkan kesempatan untuk membebaskan Yesus (Markus 15:9).
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menyoroti bahwa tindakan Pilatus mencerminkan kompromi moral dan kelemahan manusia berdosa. Meskipun tahu kebenaran, Pilatus tidak memiliki integritas untuk menegakkan keadilan.
Calvin menambahkan bahwa tindakan Pilatus menunjukkan kecenderungan manusia yang lebih takut kepada manusia daripada kepada Allah.
Markus 15:11 — Peran Imam-Imam Kepala: Kerusakan Religius
Herman Ridderbos menyatakan bahwa imam-imam kepala dalam teks ini memperlihatkan kebobrokan spiritual yang mendalam. Mereka bukan hanya menolak Mesias, tetapi juga menghasut orang banyak untuk menuntut pelepasan seorang penjahat.
Ini adalah bukti nyata dari kerusakan total manusia (Total Depravity), di mana bahkan pemimpin rohani bisa digunakan untuk tujuan jahat.
Markus 15:12-14 — Teriakan “Salibkan Dia!”: Ekspresi Kebencian Dunia terhadap Allah
Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa teriakan massa ini adalah gambaran nyata permusuhan dunia terhadap Kristus.
Dalam teologi Reformed, ini berkaitan erat dengan enmity with God — bahwa hati manusia tanpa karya Roh Kudus senantiasa bermusuhan dengan Allah.
Pilatus bertanya, “Mengapa? Kejahatan apa yang telah Dia lakukan?” (Markus 15:14). Jawabannya bukan berdasarkan logika, tetapi kebencian buta.
Markus 15:15 — Yesus Disalibkan, Barabas Dibebaskan: Substitusi Penal
Ini adalah inti Injil. Hendriksen menyatakan bahwa tindakan ini adalah cerminan jelas dari penggantian penal (Penal Substitutionary Atonement). Yesus mati bukan karena kesalahan-Nya, tetapi menggantikan mereka yang bersalah — termasuk Barabas dan kita semua.
R.C. Sproul menyatakan bahwa dalam Injil, kita semua adalah Barabas: layak dihukum, tetapi dibebaskan karena Kristus menanggung hukuman kita.
Tema Teologi Reformed dalam Markus 15:7-15
1. Total Depravity: Kerusakan Total Manusia
Peristiwa ini menunjukkan bahwa manusia tidak hanya berdosa, tetapi juga secara aktif menolak kebenaran dan lebih memilih kejahatan.
Seperti yang dinyatakan dalam Roma 3:10-12, "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak."
Pilatus, imam kepala, dan orang banyak — semua menunjukkan bahwa tanpa anugerah Allah, manusia tidak mungkin mencari atau memilih kebenaran.
2. Substitusi Penal: Kristus Menggantikan Orang Berdosa
Ini adalah inti teologi Reformed. Kristus mati menggantikan kita. John Calvin menulis bahwa keselamatan hanya mungkin terjadi karena Kristus menanggung hukuman yang seharusnya menjadi milik kita.
Pelepasan Barabas adalah gambaran kuat dari doktrin ini.
3. Sovereignty of God: Kedaulatan Allah atas Sejarah
Walaupun tampaknya situasi ini penuh dengan ketidakadilan manusia, Allah tetap memegang kendali penuh atas sejarah.
Dalam Kisah Para Rasul 2:23, Petrus berkata bahwa Yesus "diserahkan menurut maksud dan rencana Allah."
Kedaulatan Allah menegaskan bahwa tidak ada kejadian, sekecil apapun, yang di luar kendali-Nya — bahkan keputusan Pilatus yang pengecut.
Aplikasi Praktis untuk Gereja dan Kehidupan Kristen
1. Mengakui Kondisi Dosa Kita
Kita perlu sadar bahwa secara alami, kita adalah Barabas — layak dihukum, tetapi dibebaskan karena karya Kristus.
Ini seharusnya membuat kita rendah hati dan bersyukur dalam kehidupan rohani kita.
2. Meneladani Kristus dalam Menghadapi Ketidakadilan
Kristus tidak membela diri. Ia menerima ketidakadilan sebagai bagian dari ketaatan-Nya kepada Bapa.
Sebagai murid Kristus, kita dipanggil untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi mempercayakan diri kepada Allah yang adil (1 Petrus 2:23).
3. Hidup dalam Pengakuan Kedaulatan Allah
Apapun yang terjadi dalam hidup ini — termasuk penderitaan, ketidakadilan, atau kesulitan — kita yakin bahwa Allah memegang kendali penuh.
Iman kepada kedaulatan Allah memberikan ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi dunia yang penuh ketidakpastian.
Kesimpulan
Eksposisi Markus 15:7-15 menampilkan kepada kita dua kebenaran besar dalam Injil:
-
Kerusakan total manusia tanpa Kristus — ditunjukkan melalui tindakan Pilatus, imam kepala, dan massa.
-
Kasih karunia Allah dalam penebusan Kristus — ditunjukkan melalui pelepasan Barabas dan penyaliban Yesus.
Sebagaimana ditekankan oleh para teolog Reformed, peristiwa ini adalah gambaran nyata dari Injil: Yesus menggantikan kita, orang berdosa, untuk memberikan kita hidup yang kekal.