How Not to Handle a Pastoral Succession: Pergantian Pemimpin Gereja

Pendahuluan
Pergantian kepemimpinan dalam gereja atau pastoral succession adalah momen yang sangat penting dan menentukan masa depan sebuah jemaat. Sayangnya, banyak gereja yang tidak siap atau bahkan gagal dalam menangani proses ini. Kegagalan dalam pergantian gembala sidang sering kali menimbulkan perpecahan, kehilangan visi pelayanan, bahkan kemunduran rohani dalam kehidupan jemaat.
Dalam tradisi teologi Reformed, pergantian pemimpin gereja bukan hanya persoalan manajemen atau strategi organisasi. Pergantian gembala berkaitan erat dengan prinsip-prinsip kedaulatan Allah, penatalayanan rohani, karakter kepemimpinan, dan keutuhan tubuh Kristus.
Artikel ini akan membahas kesalahan-kesalahan fatal dalam menangani pastoral succession berdasarkan pandangan beberapa pakar teologi Reformed seperti John Calvin, John Piper, Tim Keller, R.C. Sproul, dan Mark Dever, serta memberikan arahan bagaimana seharusnya gereja mempersiapkan dan melaksanakan proses pergantian pemimpin dengan sehat dan alkitabiah.
1. Mitos dan Kesalahan Umum dalam Pastoral Succession
Mitos 1: Pemimpin Gereja Tidak Pernah Boleh Diganti
Ada anggapan bahwa seorang gembala sidang adalah "bapa rohani seumur hidup" sehingga pergantian dipandang sebagai pengkhianatan.
Koreksi Teologi Reformed
Dalam Institutes of the Christian Religion, John Calvin menjelaskan bahwa pelayanan seseorang adalah anugerah Allah untuk sementara waktu, bukan selama-lamanya:
"Allah menetapkan pemimpin gereja untuk menggembalakan domba-Nya, tetapi semua pemimpin adalah hamba, bukan pemilik gereja."
Gereja adalah milik Kristus, bukan milik gembala tertentu.
Mitos 2: Pengganti Harus Sama Persis dengan Pemimpin Sebelumnya
Ini sering terjadi ketika jemaat menuntut agar pengganti memiliki gaya, visi, bahkan cara berkhotbah yang sama dengan gembala sebelumnya.
Koreksi Teologi Reformed
Tim Keller dalam Center Church mengingatkan bahwa:
"Kepemimpinan gereja harus berakar pada Injil dan relevan dengan konteksnya, bukan pada kepribadian pemimpinnya."
Kepemimpinan yang sehat bukan tentang cloning, melainkan tentang kesetiaan kepada Injil.
Mitos 3: Pergantian Pemimpin Gereja Hanya Masalah Organisasi
Ada gereja yang memperlakukan proses pastoral succession seperti pergantian CEO dalam perusahaan bisnis.
Koreksi Teologi Reformed
R.C. Sproul menegaskan bahwa gereja adalah tubuh Kristus, bukan perusahaan manusia. Karena itu, prinsip pergantian pemimpin gereja harus diwarnai oleh doa, penyelidikan firman, dan pengakuan akan kedaulatan Allah.
2. Kesalahan Fatal dalam Menangani Pastoral Succession
a. Tidak Ada Perencanaan Jangka Panjang
Menurut John Piper, salah satu penyebab utama kegagalan pergantian gembala adalah tidak adanya rencana suksesi sejak dini.
"Setiap pemimpin sejati tahu bahwa waktunya terbatas. Ia harus mempersiapkan generasi berikutnya."
Penerapan praktis:
-
Bangun tim pemimpin kedua (second line leadership).
-
Libatkan calon pemimpin muda dalam pelayanan strategis.
-
Latih pemimpin baru dalam doktrin dan karakter rohani.
b. Transisi Mendadak dan Tidak Transparan
Mark Dever, pendiri 9Marks Ministry, menekankan bahwa perubahan pemimpin gereja harus dilakukan dengan transparan dan penuh komunikasi.
"Ketertutupan dalam proses transisi membuka peluang bagi gosip, spekulasi, dan perpecahan."
Penerapan praktis:
-
Umumkan rencana transisi sejak awal.
-
Libatkan seluruh anggota jemaat dalam proses pergumulan doa.
-
Adakan pertemuan khusus untuk menjelaskan alasan dan proses transisi.
c. Mengabaikan Kualifikasi Rohani Pemimpin Baru
Dalam 1 Timotius 3 dan Titus 1, Paulus menegaskan bahwa pemimpin gereja harus memiliki karakter rohani, bukan sekadar kompetensi administratif.
R.C. Sproul memperingatkan:
"Kegagalan utama gereja modern adalah lebih mengutamakan kemampuan manajerial daripada kesalehan rohani."
Penerapan praktis:
-
Pastikan calon pemimpin diuji dalam hal doktrin.
-
Telusuri kehidupan keluarganya.
-
Lihat rekam jejak pelayanannya.
d. Menjadikan Pemimpin Sebagai Pusat Segala Sesuatu
Bahaya kultus individu atau pemujaan pemimpin menjadi penyebab utama gereja sulit melanjutkan visi pelayanan saat pemimpin tersebut pergi.
John Calvin mengingatkan:
"Gereja yang sehat selalu memandang Kristus sebagai Kepala satu-satunya."
Penerapan praktis:
-
Tekankan kehidupan komunitas dan ketaatan pada Firman, bukan pada pribadi tertentu.
-
Bangun sistem pelayanan berbasis tim.
3. Prinsip Teologi Reformed dalam Menangani Pastoral Succession
Prinsip 1: Pengakuan Akan Kedaulatan Allah
John Piper menulis:
"Allah tidak bergantung pada satu pemimpin pun untuk menggenapkan misi-Nya."
Karena itu, pergantian pemimpin harus dilihat sebagai bagian dari karya Allah memelihara gereja-Nya.
Prinsip 2: Kepemimpinan Adalah Amanat, Bukan Hak Pribadi
Tim Keller berkata:
"Seorang gembala hanya dipinjamkan oleh Allah untuk satu musim tertentu."
Pemimpin yang sehat akan menyerahkan tongkat estafet dengan sukacita, bukan dengan keterpaksaan.
Prinsip 3: Doa dan Ketergantungan pada Firman
Proses pastoral succession harus didasarkan pada doa bersama dan penyelidikan firman Allah, bukan hanya perhitungan manusiawi.
Mark Dever mengingatkan:
"Tidak ada strategi yang lebih kuat dari ketergantungan kepada Firman Allah dan doa."
4. Studi Kasus Alkitab tentang Pergantian Pemimpin
Musa ke Yosua (Ulangan 31)
Musa tidak memaksakan kepemimpinannya terus berjalan, tetapi menyerahkan tongkat kepada Yosua atas perintah Tuhan.
"TUHAN, Allahmu, Dialah yang akan menyeberang di depanmu." (Ulangan 31:3)
Elia ke Elisa (2 Raja-Raja 2)
Elia menyiapkan Elisa dalam pelayanan secara intensif sebelum ia diangkat ke surga.
Paulus ke Timotius (2 Timotius)
Paulus dengan sadar melatih Timotius dan menyerahkan warisan iman serta doktrin kepada generasi berikutnya.
5. Rekomendasi Praktis dalam Pastoral Succession ala Reformed
-
Rancang rencana suksesi sejak awal pelayanan.
-
Latih pemimpin masa depan secara rohani dan doktrinal.
-
Bangun komunikasi yang terbuka dengan jemaat.
-
Pastikan proses transisi dipimpin oleh doa dan Firman.
-
Jaga keutuhan gereja dengan meneguhkan Kristus sebagai Kepala.
Kesimpulan: Kesehatan Gereja Lebih Penting dari Nama Besar Pemimpin
Teologi Reformed mengajarkan bahwa gereja harus terus bergerak maju dalam misi Allah, bukan bergantung pada manusia tertentu. Pergantian pemimpin gereja harus dilihat sebagai proses yang alkitabiah, penuh hikmat, dan dilakukan dalam takut akan Tuhan.
Gereja yang menangani pastoral succession dengan baik adalah gereja yang sadar bahwa segala sesuatu berasal dari Dia, oleh Dia, dan untuk Dia.