Melayani dengan Keramahtamahan yang Melampaui Dinding Gereja

Pendahuluan: Keramahtamahan Bukan Sekadar Sambutan Hangat
Di dunia yang semakin individualis dan penuh dengan ketakutan sosial, konsep keramahtamahan Kristen (Christian hospitality) menjadi sangat penting, tetapi seringkali terbatas pada ruang lingkup gereja. Banyak jemaat hanya memahami “keramahtamahan” sebagai menyambut tamu gereja atau menyediakan makanan dalam ibadah Minggu. Namun, menurut teologi Reformed, hospitality adalah ungkapan Injil secara nyata, dan harus melampaui dinding gereja.
“Jangan kamu lupa menunjukkan kasih kepada orang asing, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.”
(Ibrani 13:2)
Artikel ini menggali makna, dasar Alkitabiah, dan penerapan keramahtamahan Kristen menurut para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, Francis Schaeffer, Rosaria Butterfield, dan Tim Keller.
1. Apa Itu Keramahtamahan Kristen?
a. Definisi Alkitabiah
Kata Yunani untuk keramahtamahan adalah “philoxenia” yang berarti “cinta kepada orang asing”. Artinya:
-
Bukan sekadar menjamu orang dekat.
-
Tapi membuka hidup kita kepada orang asing, yang berbeda, yang terluka, bahkan yang tidak kita kenal.
b. Berbeda dengan Sekadar Kebaikan Sosial
Keramahtamahan Kristen adalah:
-
Bentuk cinta aktif yang bersumber dari kasih Allah.
-
Merangkul tanpa syarat, sambil mengarah kepada kebenaran Injil.
2. John Calvin: Keramahtamahan Adalah Kewajiban Kasih
Dalam komentarnya atas Ibrani 13:2, John Calvin menulis:
“Keramahtamahan adalah tanda kasih sejati, bukan pilihan opsional bagi orang percaya.”
Menurut Calvin:
-
Gereja harus dikenal karena kerelaannya menerima orang asing dengan kasih.
-
Sikap ini mencerminkan karakter Allah sendiri, yang menerima orang berdosa melalui anugerah.
3. Herman Bavinck: Mewujudkan Kasih Allah yang Universal
Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menegaskan:
“Kasih Allah yang menyelamatkan tidak mengenal batas etnis atau sosial, dan keramahtamahan adalah cerminan dari kasih universal tersebut.”
Implikasi:
-
Keramahtamahan melampaui komunitas internal gereja.
-
Itu adalah panggilan misi dan manifestasi dari doktrin anugerah umum dan khusus.
4. Louis Berkhof: Cinta Aktif Adalah Bukti Iman yang Hidup
Berkhof menjelaskan dalam Systematic Theology bahwa:
“Iman sejati akan memanifestasikan dirinya dalam kasih yang aktif terhadap sesama.”
Hospitality menjadi bukti dari:
-
Regenerasi yang nyata.
-
Pembaruan oleh Roh Kudus.
-
Identitas sebagai “garam dan terang dunia”.
5. Mengapa Harus Melampaui Dinding Gereja?
a. Karena Dunia Membutuhkan Injil dalam Bentuk Tindakan
“Karena Aku lapar, dan kamu memberi Aku makan...”
(Matius 25:35)
-
Dunia ingin melihat kasih yang dapat dirasakan, bukan hanya didengar.
-
Keramahtamahan membuka pintu untuk kesaksian Injil yang otentik.
b. Karena Kristus Menerima Kita saat Kita Masih Asing
“Kita adalah orang asing dan pendatang, tetapi sekarang telah menjadi anggota keluarga Allah.”
(Efesus 2:19)
Tim Keller:
“Kita memperlakukan orang asing bukan karena mereka pantas, tetapi karena kita dulu juga asing dan diterima oleh Kristus.”
6. Rosaria Butterfield: Keramahtamahan adalah Strategi Misi Paling Kuat
Mantan profesor yang menjadi penginjil Reformed ini berkata:
“Pintu rumah kita adalah senjata paling tajam dalam perang rohani.”
Dalam bukunya The Gospel Comes with a House Key, ia menunjukkan:
-
Bagaimana rumah tangga Kristen bisa menjadi tempat pertobatan, pelayanan, dan pengajaran.
-
Kehidupan sehari-hari yang terbuka jauh lebih efektif daripada program besar gereja.
7. Francis Schaeffer: Keramahtamahan sebagai Bentuk Apologetika
Schaeffer percaya bahwa:
“Kasih yang terlihat adalah argumen terkuat bahwa Injil itu benar.”
Dalam Konteks Budaya Modern:
-
Dunia yang skeptis terhadap kebenaran teologis bisa diyakinkan melalui kehidupan yang mencintai, membuka rumah, dan hadir bagi sesama.
8. Penerapan Praktis Keramahtamahan Reformed di Luar Gereja
a. Dalam Rumah
-
Buka meja makan untuk tetangga, teman sekantor, atau mahasiswa perantauan.
-
Rumah bukan tempat pelarian dari dunia, tetapi markas kasih Kristus.
b. Dalam Komunitas
-
Layani orang asing, imigran, atau mereka yang dikucilkan.
-
Tawarkan bantuan kepada keluarga non-Kristen di lingkungan sekitar.
c. Dalam Dunia Digital
-
Gunakan media sosial sebagai sarana untuk membangun, bukan memecah.
-
Undang diskusi yang terbuka dan penuh kasih, bukan debat yang memecah belah.
9. Hambatan terhadap Keramahtamahan dan Cara Mengatasinya
a. Takut Disalahgunakan
Solusi:
-
Tetap bijaksana, tapi jangan biarkan ketakutan membekukan kasih.
b. Budaya Individualisme
“Aku dan rumah tanggaku…” harus menjadi sarana pelayanan, bukan hanya tempat berlindung.
c. Terlalu Sibuk
“Janganlah kamu jemu-jemu berbuat baik.”
(Galatia 6:9)
Keramahtamahan memerlukan pengorbanan waktu dan kenyamanan, tetapi menjadi saluran berkat besar.
10. Kesatuan antara Injil dan Keramahtamahan
a. Keramahtamahan Bukan Terpisah dari Injil, Tapi Bagian dari Injil
Michael Horton menulis:
“Injil bukan hanya untuk diberitakan, tetapi juga untuk diwujudkan dalam kehidupan komunitas.”
b. Kita Menyambut Karena Kita Sudah Disambut
“Terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita.”
(Roma 15:7)
Kesimpulan: Keramahtamahan Adalah Misi
Dalam terang teologi Reformed, keramahtamahan:
-
Berakar dalam doktrin kasih karunia.
-
Bertujuan untuk menyatakan Kristus kepada dunia.
-
Tidak dibatasi oleh gedung gereja, tapi menyebar ke rumah, tempat kerja, dan komunitas sekitar.
“Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.”
(Ibrani 10:24)
Buka hidupmu, buka rumahmu, buka hatimu. Karena kasih Allah tidak pernah berhenti pada batas tembok gereja.