Nahum 1:3: Kesabaran dan Keadilan Allah dalam Keseimbangan Ilahi

Nahum 1:3: Kesabaran dan Keadilan Allah dalam Keseimbangan Ilahi

Pendahuluan

Kitab Nahum, meskipun singkat, menyampaikan pesan yang kuat tentang karakter Allah, khususnya dalam hal kesabaran dan keadilan-Nya. Nahum 1:3 menyatakan:

"TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa-Nya, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. TUHAN berjalan dalam badai dan puting beliung, dan awan-awan adalah debu kaki-Nya." — Nahum 1:3 (TB)

Ayat ini menyoroti dua atribut Allah yang tampaknya kontras: kesabaran dan keadilan. Dalam teologi Reformed, kedua atribut ini tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi dalam menyatakan kemuliaan Allah.

I. Konteks Historis dan Teologis Nahum 1:3

A. Latar Belakang Kitab Nahum

Kitab Nahum ditulis sebagai nubuat terhadap Niniwe, ibu kota Asyur, yang sebelumnya bertobat melalui pemberitaan Yunus tetapi kemudian kembali kepada kejahatan. Nahum menubuatkan kehancuran Niniwe sebagai penghakiman Allah atas kejahatan mereka.

B. Tema Utama: Kesabaran dan Keadilan Allah

Nahum 1:3 menekankan bahwa Allah adalah panjang sabar, namun tidak akan membebaskan orang yang bersalah dari hukuman. Ini menunjukkan bahwa kesabaran Allah bukanlah kelemahan, tetapi bagian dari kekuatan-Nya yang besar.

II. Eksposisi Nahum 1:3 dalam Teologi Reformed

A. "TUHAN itu panjang sabar"

Kesabaran Allah menunjukkan bahwa Ia memberikan waktu bagi manusia untuk bertobat. Namun, kesabaran ini tidak berarti bahwa Allah mengabaikan dosa.

Albert Barnes menjelaskan bahwa kesabaran Allah bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang memungkinkan-Nya untuk menahan murka-Nya hingga waktu yang tepat untuk menghukum datang.

B. "dan besar kuasa-Nya"

Kekuatan Allah tidak hanya terlihat dalam tindakan-Nya yang dahsyat, tetapi juga dalam kemampuan-Nya untuk bersabar. Kesabaran Allah adalah manifestasi dari kekuatan-Nya yang besar.

John Calvin menekankan bahwa Allah tidak segera menghukum bukan karena Ia lemah, tetapi karena Ia memiliki kuasa untuk menahan murka-Nya hingga waktu yang tepat.

C. "tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah"

Allah yang adil tidak akan membiarkan dosa tanpa hukuman. Meskipun Ia panjang sabar, keadilan-Nya menuntut bahwa dosa harus dihukum.

Matthew Henry menyatakan bahwa meskipun Allah panjang sabar, Ia akan menghukum orang fasik pada waktu-Nya. Kesabaran-Nya tidak boleh disalahartikan sebagai persetujuan terhadap dosa.

III. Manifestasi Kesabaran dan Keadilan Allah

A. Kesabaran Allah dalam Sejarah

Kesabaran Allah terlihat dalam sejarah Israel dan bangsa-bangsa lain. Ia memberikan waktu bagi mereka untuk bertobat sebelum menghukum.

B. Keadilan Allah dalam Penghakiman

Ketika kesabaran Allah habis, keadilan-Nya dinyatakan melalui penghakiman. Ini terlihat dalam kehancuran Niniwe dan bangsa-bangsa lain yang menolak untuk bertobat.

IV. Aplikasi Praktis bagi Orang Percaya

A. Menghargai Kesabaran Allah

Orang percaya harus menghargai kesabaran Allah dengan bertobat dan hidup dalam ketaatan, bukan menyalahgunakan kesabaran-Nya untuk terus berbuat dosa.

B. Mengandalkan Keadilan Allah

Dalam menghadapi ketidakadilan, orang percaya dapat mengandalkan bahwa Allah yang adil akan membalas kejahatan pada waktu-Nya.

Kesimpulan

Nahum 1:3 mengajarkan bahwa Allah adalah panjang sabar dan besar kuasa-Nya, tetapi Ia tidak akan membebaskan orang yang bersalah dari hukuman. Dalam teologi Reformed, ini menunjukkan bahwa kesabaran dan keadilan Allah bekerja bersama untuk menyatakan kemuliaan-Nya.

Next Post Previous Post