Nahum 2:3-6: Gambaran Kehancuran Niniwe

Pendahuluan
Kitab Nahum adalah kitab nubuat yang mengumumkan kehancuran Niniwe, pusat kekuasaan Asyur, bangsa yang pernah menjadi alat murka Allah terhadap Israel. Namun karena kesombongan dan kekejaman mereka, Asyur kini menjadi objek penghakiman Allah.
Nahum 2:3-6 melukiskan dengan detail adegan pertempuran yang membawa kehancuran atas kota besar itu. Melalui puisi penuh kekuatan ini, kita melihat:
-
Keadilan Allah yang dijalankan,
-
Kedaulatan-Nya atas bangsa-bangsa,
-
Peringatan bagi semua manusia,
-
Dan penghiburan bagi umat Allah.
Artikel ini akan membahas eksposisi ayat-ayat ini berdasarkan pendapat teolog Reformed seperti John Calvin, Matthew Henry, O. Palmer Robertson, C. H. Spurgeon, dan lainnya, sambil menarik aplikasi bagi gereja masa kini.
1. Membaca Nahum 2:3-6
Teks Nahum 2:3-6 (LAI-TB):
(3) "Perisai para pahlawannya berwarna merah, para prajuritnya berpakaian merah tua. Kereta-keretanya berkilat seperti api pada hari ia mengatur barisannya, dan pohon-pohon tombak bergoyang-goyang."(4) "Kereta-kereta itu melaju dengan deru di jalan-jalan, berpacu di lapangan-lapangan; keretanya nampak seperti suluh, meluncur cepat bagaikan kilat."(5) "Dipanggilnya para perwira pilihan, yang jatuh tersandung dalam perjalanannya; mereka cepat-cepat ke tembok kota, tetapi perisai perlindungan sudah ditegakkan."(6) "Pintu-pintu sungai dibuka, dan istana runtuh."
2. Eksposisi Nahum 2:3
a. "Perisai para pahlawannya berwarna merah"
Warna merah menunjukkan kesiapan untuk pertempuran dan bisa juga melambangkan darah yang akan ditumpahkan. Dalam konteks Nahum, ini menggambarkan kedahsyatan serangan yang akan datang.
John Calvin mengomentari:
"Gambaran ini menunjukkan kedahsyatan penghukuman Allah yang akan membasahi bumi dengan darah para pembela kota."
Warna merah juga bisa menunjukkan bahwa penghukuman ini adalah hasil dari murka kudus Allah yang tak terbendung.
b. "Para prajuritnya berpakaian merah tua"
Ada dua kemungkinan:
-
Mereka mengenakan baju perang berwarna merah,
-
Atau, pakaian mereka sudah ternoda darah.
O. Palmer Robertson menyebut ini sebagai "lambang visual kekerasan ilahi yang akan datang."
c. "Kereta-keretanya berkilat seperti api"
Kereta perang, lambang kekuatan militer Asyur, sekarang menjadi alat kehancuran bagi mereka sendiri. Kilatan seperti api menggambarkan:
-
Cepatnya kehancuran,
-
Ketidakberdayaan manusia melawan murka Allah.
Matthew Henry mencatat:
"Sama seperti api yang tak bisa dikendalikan, demikian juga penghukuman Allah terhadap kota-kota yang berdosa."
d. "Pohon-pohon tombak bergoyang-goyang"
Ini bisa menggambarkan dua hal:
-
Kegaduhan dan kekacauan pertempuran,
-
Ketakutan para tentara Asyur.
Calvin melihat ini sebagai lambang bahwa kekuatan Asyur — yang sebelumnya kokoh — kini terguncang oleh serangan Allah.
3. Eksposisi Nahum 2:4
a. "Kereta-kereta itu melaju dengan deru di jalan-jalan"
Visualisasi ini menunjukkan kekacauan total. Para penyerang dengan brutal menguasai kota.
Charles Spurgeon mengatakan:
"Saat murka Allah dilepaskan, tidak ada keanggunan; hanya kegaduhan, kekacauan, dan kehancuran."
b. "Berpacu di lapangan-lapangan"
Lapangan yang biasa digunakan untuk aktivitas damai kini menjadi arena perang. Ini menunjukkan bahwa tidak ada tempat aman di dalam Niniwe.
c. "Keretanya nampak seperti suluh, meluncur cepat bagaikan kilat"
Kereta-kereta musuh bergerak cepat, mengkilat, membakar apa yang mereka lewati. Ini menggambarkan kecepatan dan kehancuran mendadak.
O. Palmer Robertson mencatat:
"Gerakan yang secepat kilat menandakan bahwa kehancuran kota akan terjadi dengan kecepatan yang mengejutkan."
Dalam teologi Reformed, ini menunjukkan bahwa ketika waktunya tiba, penghakiman Allah akan datang dengan segera.
4. Eksposisi Nahum 2:5
a. "Dipanggilnya para perwira pilihan"
Penguasa Niniwe memanggil pasukan elit untuk bertahan. Ini menunjukkan putus asa mereka.
Namun:
-
Bahkan para perwira pilihan tersandung.
-
Mereka tidak mampu bertahan.
John Calvin menulis:
"Ketika Allah menghancurkan, bahkan yang paling kuat pun menjadi lemah."
b. "Yang jatuh tersandung dalam perjalanannya"
Ini menunjukkan kebingungan dan ketakutan yang luar biasa. Para prajurit elit, biasanya terlatih dan percaya diri, sekarang tidak berdaya.
Ini mengingatkan prinsip Reformed bahwa:
"Dalam hari murka Tuhan, tidak ada kekuatan manusia yang sanggup bertahan."
c. "Mereka cepat-cepat ke tembok kota, tetapi perisai perlindungan sudah ditegakkan"
-
Mereka berusaha mempertahankan tembok kota.
-
Namun perisai pelindung musuh sudah siap, menandakan kelebihan taktik lawan dan kejatuhan yang tak terhindarkan.
Matthew Henry:
"Ketika Allah berperang melawan suatu bangsa, usaha manusia menjadi sia-sia."
5. Eksposisi Nahum 2:6
a. "Pintu-pintu sungai dibuka"
Menurut sejarah, salah satu faktor kejatuhan Niniwe adalah meluapnya Sungai Tigris yang merusak sebagian tembok kota.
O. Palmer Robertson menghubungkan ini dengan campur tangan ilahi:
"Bukan semata kekuatan militer manusia, tetapi tangan Allah yang mengatur elemen alam untuk menghancurkan Niniwe."
Allah bisa menggunakan kekuatan alam — air, api, badai — sebagai instrumen penghakiman-Nya.
b. "Dan istana runtuh"
Istana raja, lambang kebanggaan dan kekuasaan Asyur, kini hancur. Ini penggenapan dari prinsip bahwa:
-
Allah meninggikan dan merendahkan bangsa-bangsa menurut kehendak-Nya (Daniel 2:21).
Calvin menggarisbawahi:
"Betapa sia-sianya kejayaan duniawi; dalam sekejap, istana termegah pun dapat runtuh di bawah tangan Tuhan."
6. Tema-Tema Teologi Reformed dalam Nahum 2:3-6
a. Kedaulatan Allah dalam Sejarah
Allah mengatur bahkan detail pertempuran dan bencana alam untuk menggenapi tujuan-Nya.
R.C. Sproul berkata:
"Tidak ada satu molekul pun di alam semesta ini yang bergerak tanpa izin dari Allah."
b. Kehancuran Kuasa Duniawi
Segala kekuatan manusia — militer, politik, ekonomi — tidak akan bertahan melawan murka Allah.
c. Realitas Penghakiman
Allah tidak hanya mengasihi, tetapi juga menghakimi. Kitab Nahum menekankan keseimbangan antara kasih dan keadilan Allah.
d. Penghiburan bagi Umat Allah
Bagi orang percaya, kehancuran Niniwe berarti pembebasan dari penindasan. Ini adalah janji bahwa Allah membela umat-Nya.
7. Aplikasi Praktis untuk Gereja Masa Kini
a. Hidup dengan Ketakutan yang Kudus
Karena Allah akan menghakimi dunia, kita harus hidup dengan hormat dan takut akan Tuhan (1 Petrus 1:17).
b. Jangan Mengandalkan Kekuatan Duniawi
Keselamatan tidak terletak pada kekuatan politik, ekonomi, atau militer, tetapi pada belas kasihan Allah semata.
c. Percaya pada Pemeliharaan Allah
Bahkan ketika dunia tampak kacau, Allah tetap memerintah, dan kehendak-Nya akan digenapi tepat pada waktunya.
d. Memberitakan Injil sebagai "Pembawa Berita Baik"
Sama seperti dalam Nahum 1:15, gereja dipanggil memberitakan kabar baik: keselamatan dalam Kristus sebelum hari penghakiman tiba.
Kesimpulan
Nahum 2:3-6 memperlihatkan:
-
Kekuasaan Allah atas sejarah,
-
Kerapuhan kekuatan manusia,
-
Dan jaminan bahwa kejahatan tidak akan bertahan selamanya.
Di tengah dunia yang bergolak, pesan Nahum tetap relevan: Allah yang kudus akan menghakimi kejahatan dan membela umat-Nya. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk:
-
Percaya kepada-Nya,
-
Berjaga-jaga secara rohani,
-
Dan mengabarkan Injil keselamatan.
Soli Deo Gloria!