Obaja 1:5-6: Penghakiman Allah atas Edom

Pendahuluan
Kitab Obaja adalah kitab yang paling singkat dalam Perjanjian Lama, tetapi memiliki pesan yang kuat mengenai penghakiman Allah atas Edom dan pemulihan bagi Israel. Dalam Obaja 1:5-6, Allah berbicara tentang kehancuran Edom dengan menggunakan dua metafora: perampokan dan pemetikan buah anggur. Ayat-ayat ini menegaskan bahwa hukuman Allah atas Edom akan total dan tak terhindarkan.
Artikel ini akan mengeksplorasi eksposisi ayat-ayat ini berdasarkan pandangan beberapa ahli teologi Reformed seperti John Calvin, Matthew Henry, R.C. Sproul, dan John MacArthur. Kita akan membahas konteks historis, makna ayat, serta bagaimana pelajaran dari penghukuman Edom ini relevan bagi kehidupan orang percaya saat ini.
Teks Alkitab: Obaja 1:5-6
"Kalau perampok datang kepadamu pada malam hari betapa kamu akan dibinasakan! Akankah mereka hanya mencuri secukupnya saja? Jika pemetik buah anggur datang kepadamu, bukankah mereka akan meninggalkan sisa-sisa petikan?" (Obaja 1:5, AYT)
"Betapa kaum Esau digeledah, betapa harta bendanya yang tersembunyi akan dicari-cari!" (Obaja 1:6, AYT)
Konteks Historis: Mengapa Edom Dihukum?
Bangsa Edom adalah keturunan Esau, saudara kembar Yakub. Meskipun memiliki hubungan darah dengan Israel, Edom sering menjadi musuh Israel. Mereka menolak memberikan jalan bagi bangsa Israel saat keluar dari Mesir (Bilangan 20:14-21) dan berulang kali menunjukkan kebencian terhadap umat Allah.
Puncaknya terjadi saat Yerusalem dihancurkan oleh Babel pada 586 SM. Edom tidak hanya bersukacita atas kehancuran Israel, tetapi juga membantu musuh dan merampasi sisa-sisa kota Yerusalem (Mazmur 137:7, Yehezkiel 35:5). Karena dosa mereka, Allah menetapkan penghukuman yang total terhadap Edom.
Eksposisi Obaja 1:5-6 dalam Perspektif Teologi Reformed
1. Perbandingan dengan Perampokan dan Pemetikan Buah Anggur (Obaja 1:5)
a. Kehancuran Edom yang Lebih Parah daripada Perampokan Biasa
Dalam ayat 5, Allah membandingkan penghukuman Edom dengan perampokan dan panen buah anggur. Biasanya, pencuri hanya mengambil barang-barang berharga dan meninggalkan sebagian yang kurang penting. Demikian juga, pemetik anggur biasanya menyisakan beberapa buah di pohon.
Namun, penghukuman Allah atas Edom tidak seperti perampokan biasa—tidak akan ada sisa yang tertinggal! Ini menunjukkan keadilan Allah yang menyeluruh terhadap dosa mereka.
John Calvin dalam komentarnya menyoroti bagaimana dosa Edom yang terus-menerus menyebabkan kehancuran total. Calvin menulis bahwa "Tangan Tuhan akan bekerja lebih dahsyat daripada tangan pencuri—bukan hanya merampas, tetapi menghapuskan sama sekali."
b. Penghakiman Allah Bersifat Mutlak
R.C. Sproul menambahkan bahwa Allah sering menggunakan metafora dalam Kitab Suci untuk menggambarkan hukuman-Nya, tetapi dalam kasus Edom, hukuman ini lebih dari sekadar kiasan. Itu adalah penghakiman nyata yang menunjukkan murka Allah terhadap bangsa yang menentang-Nya.
Matthew Henry dalam tafsirannya menjelaskan bahwa "Tuhan tidak hanya mengambil harta Edom, tetapi juga menghancurkan kekuatan, kebanggaan, dan identitas mereka." Ini berarti bahwa Edom tidak akan bisa bangkit kembali setelah hukuman Tuhan dijatuhkan.
2. Harta Edom yang Digeledah (Obaja 1:6)
Ayat ini berbicara tentang bagaimana harta Edom akan diambil sepenuhnya, termasuk barang-barang yang tersembunyi.
a. Simbolisme Penggeledahan Edom
John MacArthur mencatat bahwa dalam dunia kuno, bangsa-bangsa sering menyimpan kekayaan mereka di tempat tersembunyi, seperti gua atau benteng pegunungan. Edom, yang tinggal di wilayah berbatu dan memiliki benteng alami di Petra, merasa aman dan tak terkalahkan. Namun, Allah menegaskan bahwa tidak ada tempat yang cukup tersembunyi untuk lolos dari penghukuman-Nya.
Ini mengingatkan kita pada Mazmur 139:7-8, yang menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa melarikan diri dari hadirat Allah.
b. Kesombongan yang Membawa Kehancuran
Edom dikenal karena kesombongannya. Mereka berpikir bahwa letak geografis mereka yang strategis akan melindungi mereka dari musuh. Namun, dalam Amsal 16:18, kita diingatkan bahwa "kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan."
R.C. Sproul mengingatkan bahwa kesombongan spiritual adalah salah satu dosa yang paling berbahaya. Edom adalah contoh nyata bagaimana kesombongan dapat menyesatkan seseorang hingga berpikir bahwa mereka tidak membutuhkan Allah—dan akhirnya berakhir dalam kehancuran.
Pelajaran Teologis dari Obaja 1:5-6
1. Allah adalah Hakim yang Adil
Doktrin kedaulatan Allah dalam teologi Reformed menegaskan bahwa Tuhan tidak akan membiarkan dosa tak dihukum. Sama seperti Edom dihukum karena pengkhianatan mereka, setiap bangsa atau individu yang menentang Tuhan akan menghadapi penghakiman-Nya.
Roma 2:6 mengatakan, "Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya." Ini mengingatkan kita bahwa tidak ada dosa yang tersembunyi di hadapan Allah.
2. Jangan Mengandalkan Kekuatan Sendiri
Edom berpikir bahwa mereka aman karena wilayah mereka yang berbatu dan kaya akan sumber daya. Namun, Yeremia 9:23-24 memperingatkan:
"Janganlah orang bijaksana bermegah karena hikmatnya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya. Tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah ia bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku."
Allah ingin kita mengandalkan-Nya, bukan mengandalkan sumber daya atau keamanan duniawi.
3. Penghukuman Edom dan Injil Kristus
Dalam perspektif teologi Perjanjian Baru, hukuman Edom adalah gambaran dari penghakiman terakhir yang akan datang atas semua orang yang menolak Allah.
Namun, bagi mereka yang percaya kepada Kristus, ada pengharapan akan keselamatan. Roma 5:8 menyatakan bahwa Kristus mati bagi kita sementara kita masih berdosa. Ini berarti bahwa meskipun kita layak menerima hukuman seperti Edom, kasih karunia Allah memberikan jalan keselamatan melalui Kristus.
Seperti yang John Calvin tegaskan, "Di dalam Kristus, kita menemukan perlindungan dari murka Allah, karena hanya di dalam Dia kita memiliki kebenaran sejati."
Kesimpulan
Obaja 1:5-6 adalah peringatan serius tentang keadilan Allah dan konsekuensi dari kesombongan serta pengkhianatan terhadap umat-Nya. Melalui eksposisi ini, kita belajar bahwa:
-
Allah adalah hakim yang adil—tidak ada dosa yang bisa luput dari penghakiman-Nya.
-
Mengandalkan kekuatan sendiri adalah kesalahan fatal—keamanan sejati hanya ada dalam Tuhan.
-
Penghakiman Allah mengarah pada kebutuhan akan Injil—Kristus adalah satu-satunya perlindungan dari murka Allah.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam kerendahan hati dan ketergantungan kepada Tuhan, bukan dalam kesombongan seperti Edom. Semoga kita semakin memahami dan menghargai kasih karunia-Nya, yang telah menyelamatkan kita dari kehancuran yang kita layak terima.