Renungan Markus 15:33-36 - Kegelapan di Kalvari: Teriakan Sang Juruselamat

Renungan Markus 15:33-36 - Kegelapan di Kalvari: Teriakan Sang Juruselamat

Markus 15:33–36

"Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. Pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring, 'Eloi, Eloi, lama sabaktani?' yang berarti: 'Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?' Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata, 'Lihat, Ia memanggil Elia.' Maka berlari-larilah seseorang dan, setelah mencelupkan bunga karang dalam anggur asam, ia mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum, sambil berkata, 'Baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.'" (Markus 15:33–36, AYT)

1. Pengantar: Misteri di Tengah Kegelapan

Pagi ini kita diundang untuk masuk ke dalam salah satu momen paling menggetarkan dalam seluruh sejarah penebusan. Sebuah peristiwa yang tidak hanya mengguncangkan bumi secara harafiah, tetapi juga membuka lebar-lebar tabir surgawi: kegelapan melingkupi siang bolong, dan dari salib, Teriakan Sang Juruselamat menggema.
Teologi Reformed mengajarkan bahwa salib bukan sekadar tragedi moral atau kejahatan historis; itu adalah pusat rencana keselamatan Allah yang kekal, "the definite atonement" — penebusan pasti yang Kristus capai untuk umat pilihan-Nya.

Mengapa Yesus, yang adalah Anak Allah, harus mengalami keterpisahan ini?
Apa makna kegelapan itu?
Dan bagaimana seharusnya kita meresponi Teriakan Salib ini?

2. Eksposisi Teks: Memahami Markus 15:33-36

1. Kegelapan (Markus 15:33)

Markus mencatat bahwa "pada jam dua belas" — tengah hari yang seharusnya paling terang — kegelapan meliputi seluruh daerah. Ini bukan kegelapan biasa. Bukan sekadar gerhana matahari atau fenomena alam biasa.
Dalam konteks Perjanjian Lama, kegelapan melambangkan penghakiman ilahi (contoh: Keluaran 10:21-23, Yoel 2:1-2).
Di sini, kegelapan bukan hanya simbol; itu adalah tanda bahwa Allah sedang mengarahkan murka-Nya kepada Putra-Nya yang memikul dosa dunia.

Dalam tradisi Reformed, kita memahami bahwa Yesus pada saat itu benar-benar menanggung murka Allah (divine wrath) atas dosa umat pilihan-Nya. Bukan murka dunia, tetapi murka surgawi yang adil.

2. Teriakan Abandonmen (Markus 15:34)

Pada jam tiga, Yesus berseru, "Eloi, Eloi, lama sabaktani?" — kutipan langsung dari Mazmur 22:1.
Di sini Yesus tidak hanya mengutip ayat Alkitab secara kosong, tetapi menghidupi penderitaan utuh yang Mazmur itu nubuatkan: perasaan tertinggal, ditinggalkan, dipisahkan.

John Calvin menafsirkan bahwa Yesus merasakan "the full horror of separation from God" — kengerian penuh dari keterpisahan dari Allah — bukan karena Ia berdosa, melainkan karena Ia menjadi pengganti kita.

"Kristus bukan hanya mati secara fisik; Ia merasakan neraka, keterpisahan dari hadirat Allah sebagai akibat dosa kita." (Calvin, Institutes, II.16.10)

3. Kesalahpahaman Orang Banyak (Markus 15:35-36)

Reaksi orang banyak yang berpikir Yesus memanggil Elia menunjukkan ketidakmengertian mereka terhadap penderitaan-Nya.
Mereka berharap mukjizat spektakuler, namun gagal melihat realitas rohani yang sedang terjadi: Penebusan dosa melalui penderitaan Anak Allah.

3. Makna Teologis dalam Cahaya Reformed

1. Substitusi Penal (Penal Substitutionary Atonement)

Dalam tradisi Reformed, kita mengakui bahwa di salib, Yesus bertindak sebagai Substitusi Penal — pengganti yang menanggung hukuman.
Ia dihukum bukan karena kesalahan-Nya, tetapi karena dosa umat pilihan.
"Ia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." (2 Korintus 5:21)

Substitusi ini bukan hipotesis sentimental. Ini adalah transaksi keadilan ilahi: dosa-dosa kita dipindahkan kepada-Nya, kebenaran-Nya dipindahkan kepada kita.

2. Covenantal Theology: Pemenuhan Perjanjian

Dalam kerangka teologi perjanjian, Yesus adalah Penggenapan dari Perjanjian Anugerah.
Ia memenuhi kewajiban ketaatan dan menanggung kutukan kegagalan manusia terhadap perjanjian tersebut (Galatia 3:13).

Kegelapan itu adalah penghakiman yang seharusnya jatuh atas umat manusia yang berdosa, namun kini ditimpakan kepada Sang Wakil Perjanjian.

3. Theologia Crucis: Salib sebagai Pusat Segala Sesuatu

Dalam teologi Reformed, Salib bukan hanya satu bagian dari Injil. Salib adalah pusat realitas.
"We never move beyond the cross, only deeper into it." (Martin Luther)

Semakin kita memahami salib, semakin kita memahami Allah, manusia, keselamatan, gereja, bahkan dunia ini.

4. Aplikasi Pribadi: Menanggapi Teriakan Salib

1. Mengakui Kedalaman Dosa

Salib mengungkapkan betapa seriusnya dosa kita.
Jika keselamatan bisa dicapai dengan usaha manusia, Yesus tidak perlu disalibkan dalam kegelapan dan keterpisahan.
Renungkan: dosa kita begitu berat sehingga hanya darah Anak Allah yang tak bercacat dapat menebusnya.

2. Menghargai Besarnya Anugerah

Semakin kita menyadari betapa dalam penderitaan Kristus, semakin kita menghargai betapa dalamnya kasih-Nya.
Anugerah bukan murahan (cheap grace), tetapi darah mahal (costly grace).

"By grace you have been saved, and this is not from yourselves; it is the gift of God." (Efesus 2:8)

3. Menjalani Hidup Salib

Yesus berkata, "Siapa yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku." (Markus 8:34)
Panggilan untuk memikul salib berarti hidup dalam ketaatan, pengorbanan, dan penyangkalan diri — karena kita telah ditebus dengan harga yang mahal.

5. Refleksi: Tiga Pertanyaan Pagi Ini

  1. Apakah aku hidup dengan kesadaran mendalam akan kedalaman dosa dan kebutuhan akan Kristus setiap hari?

  2. Apakah kasih dan penderitaan Kristus memotivasi aku untuk mengasihi Allah dan sesama dengan lebih sungguh?

  3. Apakah aku membawa salibku dengan sukacita, ataukah aku masih mengejar kenyamanan dunia?

Doa Penutup

Ya Allah yang kudus,

Pada pagi ini, kami tunduk di hadapan salib-Mu.

Kami melihat Sang Anak menderita dalam kegelapan,
merasakan keterpisahan yang seharusnya kami tanggung.

Ajarlah kami untuk menghargai darah Kristus,
hidup dalam pertobatan setiap hari,
dan memikul salib kami dengan sukacita.

Kuatkanlah kami untuk tidak malu akan Injil,
tetapi memberitakan kasih dan keadilan-Mu di dunia ini.

Demi nama Yesus Kristus, Penebus kami.

Amin.

Next Post Previous Post