Roma 2:4 – Kemurahan Allah dan Panggilan untuk Bertobat

Ayat Referensi:
"Atau, apakah kamu menganggap remeh kekayaan kemurahan-Nya, kelapangan hati-Nya, dan kesabaran-Nya, dengan tidak mengetahui bahwa kebaikan Allah bertujuan untuk membawa kamu kepada pertobatan?" (Roma 2:4, AYT)
Pendahuluan
Roma 2:4 adalah salah satu ayat yang kaya makna dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma. Ayat ini berbicara tentang kemurahan, kelapangan hati, dan kesabaran Allah yang bertujuan untuk membawa manusia kepada pertobatan. Dalam teologi Reformed, ayat ini sering dikaitkan dengan doktrin anugerah umum dan anugerah khusus, serta bagaimana kemurahan Tuhan tidak boleh disalahartikan sebagai izin untuk terus berbuat dosa.
Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam makna ayat ini berdasarkan eksposisi beberapa ahli teologi Reformed, seperti John Calvin, Charles Hodge, dan R.C. Sproul.
1. Konteks Roma 2:4 dalam Surat Paulus
Roma pasal 2 adalah kelanjutan dari Roma 1, di mana Paulus menggambarkan kebejatan moral umat manusia yang telah menolak kebenaran Allah. Di Roma 2, Paulus beralih untuk menegur orang-orang yang merasa diri lebih benar, khususnya orang-orang Yahudi yang mengandalkan hukum Taurat tetapi tetap berbuat dosa.
Dalam ayat 4, Paulus mengingatkan bahwa kemurahan dan kesabaran Allah bukan untuk dimanfaatkan secara salah. Sebaliknya, itu diberikan agar manusia bertobat. Ini adalah teguran bagi mereka yang merasa nyaman dalam dosa karena berpikir bahwa karena Allah murah hati, mereka tidak akan dihukum.
2. Eksposisi Roma 2:4 dalam Teologi Reformed
a. Kekayaan Kemurahan Allah
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa kemurahan Allah adalah manifestasi dari kasih-Nya yang berlimpah. Calvin berpendapat bahwa kemurahan Allah harus membawa manusia kepada pertobatan sejati, bukan kepada kelalaian moral.
"Mereka yang menolak kemurahan Allah sedang mengeraskan hati mereka sendiri, dan pada akhirnya mereka akan menghadapi penghakiman yang lebih besar." (Calvin, Commentary on Romans)
Charles Hodge, dalam komentarnya terhadap Roma, menambahkan bahwa "kekayaan kemurahan Allah" tidak hanya mengacu pada kebaikan materiil, tetapi juga pada kesabaran-Nya dalam menahan hukuman atas dosa-dosa manusia.
b. Kelapangan Hati dan Kesabaran Allah
Kelapangan hati Allah di sini menunjukkan ketidaksegeraan-Nya dalam menjatuhkan hukuman. R.C. Sproul dalam bukunya The Holiness of God menjelaskan bahwa kesabaran Allah bukan berarti ketidaktegasan-Nya terhadap dosa, tetapi adalah kesempatan yang diberikan kepada manusia untuk bertobat.
"Ketika Allah menunda penghakiman-Nya, itu bukan karena Dia tidak peduli terhadap dosa, tetapi karena Dia menginginkan orang-orang berdosa datang kepada-Nya dalam pertobatan." (Sproul, The Holiness of God)
John Murray juga menyoroti bahwa kesabaran Allah harus dipahami dalam konteks keadilan-Nya. Tidak ada manusia yang berhak atas belas kasihan Tuhan, tetapi dalam anugerah-Nya, Dia memberi waktu bagi orang-orang berdosa untuk berbalik kepada-Nya.
c. Tujuan Akhir: Pertobatan
Paulus menegaskan bahwa tujuan kemurahan Allah adalah membawa manusia kepada pertobatan (metanoia). Dalam teologi Reformed, pertobatan sejati melibatkan perubahan hati yang hanya bisa terjadi melalui karya Roh Kudus.
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa pertobatan terdiri dari dua aspek:
-
Kontrisi (Godly Sorrow) – Kesedihan yang mendalam atas dosa dan kesadaran akan pemberontakan terhadap Allah.
-
Konversi (Turning to God) – Perubahan hati yang nyata yang ditandai dengan iman kepada Kristus dan kehidupan yang baru.
John Owen menambahkan bahwa tanpa Roh Kudus, manusia tidak mungkin bertobat dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, kemurahan Allah yang ditunjukkan dalam Roma 2:4 harus dipahami dalam terang anugerah pilihan-Nya.
3. Aplikasi Teologis dan Praktis
a. Jangan Menyalahgunakan Kesabaran Allah
Banyak orang berpikir bahwa karena Allah itu penuh kasih dan sabar, mereka dapat terus hidup dalam dosa tanpa konsekuensi. Namun, ajaran Reformed menekankan bahwa kesabaran Allah harus dilihat sebagai kesempatan untuk bertobat, bukan sebagai alasan untuk tetap tinggal dalam dosa.
Jonathan Edwards dalam khotbah terkenalnya, Sinners in the Hands of an Angry God, memperingatkan bahwa kemurahan Allah tidak berarti bahwa manusia terbebas dari murka-Nya selamanya. Setiap orang yang menolak kemurahan Allah sedang menimbun murka atas dirinya sendiri (Roma 2:5).
b. Pertobatan Sejati Harus Dilakukan Sekarang
Paulus menekankan bahwa kemurahan Allah bertujuan untuk membawa manusia kepada pertobatan. Oleh karena itu, tidak boleh ada penundaan dalam pertobatan. Martin Lloyd-Jones menegaskan bahwa setiap kali seseorang menolak panggilan pertobatan, ia sedang mengeraskan hatinya dan semakin jauh dari keselamatan.
c. Keselamatan adalah Pekerjaan Allah
Dalam perspektif Reformed, pertobatan bukanlah usaha manusia semata, tetapi adalah hasil dari pekerjaan Roh Kudus. John Piper menekankan bahwa kemurahan Allah dalam membawa seseorang kepada pertobatan adalah bukti dari doktrin Irresistible Grace (Anugerah yang Tidak Dapat Ditolak).
"Ketika Allah menunjukkan kemurahan-Nya, Dia tidak hanya memberi kesempatan, tetapi Dia juga memberi kemampuan untuk bertobat melalui karya Roh Kudus." (Piper, Desiring God)
Kesimpulan
Roma 2:4 adalah ayat yang mengajarkan kita tentang kemurahan dan kesabaran Allah yang bertujuan untuk membawa manusia kepada pertobatan. Dalam terang teologi Reformed, ayat ini memperlihatkan bahwa:
-
Kemurahan Allah adalah pemberian-Nya yang berlimpah kepada manusia, yang seharusnya membawa mereka kepada pertobatan.
-
Kesabaran Allah bukan berarti Dia mengabaikan dosa, tetapi Dia memberi kesempatan bagi manusia untuk berbalik kepada-Nya.
-
Pertobatan sejati adalah hasil dari karya Roh Kudus dalam hati manusia dan harus diwujudkan dalam kehidupan yang baru.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk merespons kemurahan Allah dengan pertobatan sejati, bukan dengan menyalahgunakan anugerah-Nya. Setiap kesempatan yang diberikan adalah kesempatan untuk bertobat dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya.