Roma 6:21–23: Kontras Upah Dosa dan Karunia Allah

Pendahuluan: Momen Reflektif dalam Surat kepada Jemaat di Roma
Roma 6:21–23 merupakan puncak argumentasi Paulus dalam pasal keenam suratnya kepada jemaat di Roma, yang membahas transformasi hidup orang percaya. Ayat-ayat ini memperlihatkan kontras tajam antara dua gaya hidup: hidup dalam dosa yang menghasilkan maut, dan hidup dalam kebenaran yang menghasilkan kekudusan serta hidup kekal.
Paulus menutup pasal ini dengan sebuah kesimpulan yang tajam dan teologis: “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 6:23). Kalimat ini menjadi salah satu ayat yang paling sering dikutip dalam pemberitaan Injil dan penginjilan karena kejelasan serta kedalaman pesannya.
Dalam artikel ini, kita akan membahas bagian Roma 6:21–23 secara ekspositoris berdasarkan teologi Reformed dengan mengacu pada tafsiran beberapa teolog ternama seperti John Calvin, Charles Hodge, Martyn Lloyd-Jones, dan lainnya. Artikel ini juga disusun dengan prinsip penulisan SEO yang efektif.
I. Konteks Roma 6: Dosa dan Identitas Baru dalam Kristus
Sebelum membahas ayat 21–23, kita perlu memahami konteks pasal 6 secara keseluruhan. Paulus sedang menanggapi pemikiran keliru bahwa kasih karunia membolehkan seseorang hidup dalam dosa (Roma 6:1). Sebaliknya, ia menegaskan bahwa orang yang telah mati terhadap dosa seharusnya hidup dalam pembaruan oleh Kristus.
A. Baptisan sebagai Kesatuan dengan Kristus (Roma 6:3–4)
Paulus menyatakan bahwa melalui baptisan, orang percaya dipersatukan dengan kematian dan kebangkitan Kristus. Hal ini menjadi dasar untuk hidup dalam kebenaran, bukan dalam dosa.
B. Perbudakan terhadap Dosa atau Kebenaran (Roma 6:15–20)
Manusia tidak mungkin netral secara moral. Kita semua adalah hamba—entah kepada dosa atau kepada kebenaran. Di sinilah Paulus menunjukkan bahwa hidup dalam kebenaran adalah bukti dari transformasi rohani sejati.
II. Eksposisi Roma 6:21–23
Roma 6:21 – “Dan buah apakah yang kamu petik daripadanya waktu itu? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahannya ialah maut.”
Dalam ayat ini, Paulus mengajak pembacanya untuk merenungkan kehidupan mereka sebelum mengenal Kristus. Ia menanyakan: “Buah apa yang kamu hasilkan dari hidup lama itu?” Jawabannya: hanya rasa malu dan maut.
John Calvin menulis:
“Orang yang mengenal Kristus tidak akan merasa bangga terhadap kehidupan berdosa masa lalunya. Dosa hanya menghasilkan rasa malu dan kehancuran.”
Kalimat ini mencerminkan pemikiran penting dalam teologi Reformed, yaitu bahwa dosa bukan sekadar pelanggaran moral, tetapi pemberontakan terhadap Allah yang Kudus dan menghasilkan kematian spiritual serta kekal.
Kata “Buah” dalam Konteks Reformed
Kata "buah" di sini merujuk pada konsekuensi atau hasil dari tindakan kita. Dalam kerangka Reformed, manusia dalam natur lamanya tidak dapat menghasilkan buah yang menyenangkan Allah. Hanya oleh regenerasi dan karya Roh Kudus, buah kebenaran dapat dihasilkan (Gal. 5:22–23).
Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa buah dari kehidupan lama bukanlah netral:
“Dosa tidak hanya tidak memberi apa-apa, tetapi justru mengarah pada kematian. Itu adalah kebangkrutan total.”
Kematian dalam Konteks Teologi Reformed
Kematian yang dimaksud bukan hanya kematian fisik, tetapi juga keterpisahan kekal dari Allah—suatu kondisi yang layak diterima oleh setiap manusia berdosa. Inilah yang disebut sebagai maut dalam Alkitab, yaitu kematian kedua (Why. 20:14).
Roma 6:22 – “Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.”
Ayat ini menunjukkan kontras terang dengan ayat sebelumnya. Di sini terdapat tiga aspek penting:
-
Pembebasan dari dosa
-
Menjadi hamba Allah
-
Buah menuju pengudusan dan hidup kekal
A. “Dimerdekakan dari dosa”
Dalam pandangan Reformed, pembebasan dari dosa adalah karya anugerah Allah melalui pembenaran dan regenerasi. Manusia tidak membebaskan dirinya sendiri, tetapi dibebaskan oleh Allah (Ef. 2:1–5).
Charles Hodge mengatakan:
“Kebebasan orang percaya bukanlah kebebasan untuk berdosa, tetapi kebebasan dari kuasa dosa dan untuk taat kepada Allah.”
B. “Menjadi hamba Allah”
Konsep menjadi “hamba Allah” bertolak belakang dengan menjadi hamba dosa. Namun, dalam teologi Reformed, ini bukan perbudakan legalistik, melainkan perhambaan sukarela yang timbul dari kasih dan kasih karunia.
Jonathan Edwards menyatakan bahwa kehendak manusia dibentuk oleh natur barunya—ia ingin taat karena ia telah diubahkan.
C. “Buah yang membawa kepada pengudusan dan hidup yang kekal”
Ini menandakan proses sanctification (pengudusan)—proses bertumbuh dalam kekudusan. Hidup orang percaya menghasilkan buah, bukan karena usaha manusia, melainkan karena pekerjaan Roh Kudus.
Westminster Shorter Catechism menyatakan bahwa pengudusan adalah pekerjaan kasih karunia Allah yang berkelanjutan.
Roma 6:23 – “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Ayat ini merupakan ringkasan dan puncak dari seluruh argumen dalam Roma 6. Di sini, Paulus membandingkan dua jalan hidup secara mutlak:
Hidup dalam dosa | Hidup dalam Kristus |
---|---|
Upah | Karunia |
Dosa | Kebenaran |
Maut | Hidup kekal |
A. “Upah dosa ialah maut”
Kata “upah” (opsōnia dalam bahasa Yunani) menggambarkan gaji yang layak diterima. Ini menunjukkan bahwa maut adalah konsekuensi yang wajar dan adil dari dosa.
R.C. Sproul menekankan:
“Maut adalah bukan sekadar konsekuensi alamiah, melainkan hukuman ilahi yang sah terhadap pelanggaran terhadap hukum Tuhan.”
B. “Tetapi karunia Allah...”
Kontrasnya luar biasa. Di sisi dosa ada "upah", tetapi di sisi Allah ada “karunia” (charisma), yaitu pemberian cuma-cuma dari kasih karunia Allah.
Ini menekankan prinsip utama dalam soteriologi Reformed: keselamatan adalah 100% anugerah, bukan hasil perbuatan manusia.
John Murray menegaskan bahwa keselamatan dalam Kristus adalah “hadiah yang tidak bisa dibeli, diperjuangkan, atau dihasilkan oleh manusia, melainkan semata-mata karena inisiatif Allah.”
C. “...hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”
Hidup kekal bukan sekadar hidup tanpa akhir, tetapi hidup dalam persekutuan abadi dengan Allah. Dan itu hanya ada "dalam Kristus Yesus". Artinya, tidak ada keselamatan di luar Dia.
Teologi Reformed menekankan bahwa union with Christ (persatuan dengan Kristus) adalah pusat dari keselamatan. Hidup kekal adalah hasil dari persatuan ini, bukan dari usaha manusia.
III. Aplikasi Praktis: Hidup sebagai Hamba Kebenaran
1. Mengingat Asal Usul: Malu terhadap Dosa Lama
Paulus mendorong jemaat untuk tidak membanggakan masa lalu berdosa. Dalam zaman sekarang, banyak orang “bernostalgia” terhadap dosa. Namun Injil memanggil kita untuk merasa malu dan sadar akan kehancuran dosa itu.
2. Menyadari Identitas Baru: Hamba Allah
Kita bukan hamba dosa lagi, tetapi milik Allah. Hidup kita tidak netral—kita hidup untuk Allah. Maka itu, setiap aspek kehidupan kita—pekerjaan, keluarga, pelayanan—harus mencerminkan status ini.
3. Menikmati Buah Pengudusan
Pertumbuhan rohani adalah bukti nyata dari iman yang hidup. Kita dipanggil untuk terus bertumbuh dalam kekudusan, bukan karena takut dihukum, tapi karena kita mengasihi Tuhan.
4. Menghargai Anugerah Keselamatan
Upah dosa adalah maut. Jika bukan karena anugerah, tidak satu pun dari kita akan selamat. Maka hidup yang kita miliki sekarang adalah hadiah yang luar biasa, dan pantas dibalas dengan hidup yang memuliakan Allah.
Kesimpulan: Dua Jalan, Dua Tujuan
Roma 6:21–23 menyuguhkan dua jalan hidup yang sangat berbeda:
-
Hidup dalam dosa menghasilkan rasa malu dan maut.
-
Hidup dalam Kristus menghasilkan buah pengudusan dan hidup yang kekal.
Paulus tidak memberikan area abu-abu. Setiap orang berada di salah satu dari dua jalan ini. Karena itu, Injil tidak hanya menawarkan pilihan, tetapi memanggil setiap orang untuk berpaling dari dosa dan menerima karunia hidup kekal dalam Kristus.
Sebagaimana dikatakan oleh Theodore Beza, penerus John Calvin:
“Kematian bukan akhir bagi orang percaya, karena dalam Kristus, maut telah dikalahkan oleh hidup yang kekal.”