Sang Juruselamat yang Menderita: Hari-Hari Terakhir Yesus

Sang Juruselamat yang Menderita: Hari-Hari Terakhir Yesus

Pendahuluan

Kisah sengsara Kristus merupakan inti dari seluruh Injil. Dalam tradisi teologi Reformed, penderitaan Kristus bukan hanya momen tragis dalam sejarah, melainkan bagian sentral dari rencana penebusan Allah bagi umat-Nya.

Yesus bukan sekadar menjadi korban ketidakadilan Romawi atau pengkhianatan manusia, melainkan Anak Domba Allah yang menderita secara sukarela, untuk menanggung murka Allah atas dosa. Artikel ini menggali penderitaan Kristus selama hari-hari terakhir-Nya di dunia, berdasarkan narasi Injil dan pemikiran para teolog Reformed ternama seperti John Calvin, R.C. Sproul, Herman Bavinck, John Owen, dan Louis Berkhof.

1. Penderitaan Kristus Adalah Pusat dari Rencana Penebusan

a. Bukan Kecelakaan, Tapi Ketetapan Allah

Dalam Kisah Para Rasul 2:23, Petrus menegaskan:

“Dia yang diserahkan menurut maksud dan rencana Allah, kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan orang-orang fasik.”

Bagi tradisi Reformed, penderitaan Kristus adalah penggenapan nubuatan dan ketetapan kekal Allah.

John Calvin menyatakan dalam Institutes:

“Kristus tidak datang hanya untuk menjadi teladan, tetapi untuk menjadi korban yang sah demi menanggung murka Allah atas dosa kita.”

b. Dosa dan Murka yang Ditetapkan atas Kristus

Penderitaan Kristus bukan hanya fisik, tetapi penanggung kutuk dosa. Ia mengalami keterpisahan dari Bapa demi menanggung murka yang seharusnya ditimpakan kepada kita.

2. Penderitaan di Getsemani: Awal Beban Salib

a. Keringat Seperti Darah

Dalam Lukas 22:44, tertulis:

“Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.”

R.C. Sproul menjelaskan:

“Apa yang paling ditakuti Yesus bukanlah cambuk atau paku, melainkan cawan murka Allah. Ia akan menanggung hukuman yang seharusnya kita tanggung.”

b. “Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu”

Ini adalah momen penyerahan total Sang Anak kepada kehendak Bapa. Ketaatan aktif Kristus (taat dalam hidup) dan ketaatan pasif-Nya (taat dalam kematian) adalah dasar pembenaran kita (lih. Filipi 2:8).

3. Pengadilan yang Tidak Adil: Kristus Dihina oleh Dunia

a. Pengkhianatan oleh Yudas

Yudas, salah satu dari dua belas murid terdekat, menyerahkan Yesus hanya dengan tiga puluh keping perak. Ini menunjukkan kedalaman kerusakan hati manusia yang bahkan bisa muncul dari lingkungan rohani.

b. Pengadilan Religius dan Politik

Yesus diadili secara agama oleh Mahkamah Agama, dan secara politik oleh Pilatus dan Herodes.

John Owen menyatakan:

“Kristus tidak bersalah, tetapi Ia berdiri sebagai yang bersalah agar kita yang bersalah bisa dianggap tidak bersalah.”

c. Disalibkan di Antara Penjahat

Yesus, yang tidak berdosa, ditempatkan di antara dua penjahat sebagai penggenapan nubuatan (Yesaya 53:12).

4. Salib: Puncak dari Sengsara Sang Juruselamat

a. Penggenapan Nubuat Yesaya 53

“Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita...” (Yes. 53:5)

Herman Bavinck mengatakan:

“Di salib, Allah dan manusia dipertemukan; murka dan kasih bertabrakan, dan keselamatan menjadi mungkin.”

b. Seruan "Eloi, Eloi, lama sabaktani?"

Yesus berseru dalam Markus 15:34, yang berarti:

“Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

Ini bukan kehilangan iman, tapi ekspresi penderitaan terdalam—penolakan oleh Bapa sebagai akibat dari beban dosa.

R.C. Sproul menekankan:

“Yesus tidak hanya merasakan keterpisahan; Ia mengalami murka penuh Allah atas dosa kita.”

c. “Sudah Selesai!”

Dalam Yohanes 19:30, Kristus menyatakan bahwa karya penebusan telah diselesaikan. Kata dalam bahasa Yunani, tetelestai, juga berarti “dibayar lunas”.

5. Penderitaan Kristus: Substitusi Penal (Penal Substitution)

Teologi Reformed menekankan bahwa penderitaan Kristus adalah substitusi penal, yaitu:

  • Kristus menggantikan kita

  • Ia menerima hukuman yang seharusnya milik kita

  • Kita menerima pembenaran karena karya-Nya

Louis Berkhof menulis:

“Kristus menanggung akibat dosa secara hukum, menjadi wakil yang menerima murka agar keadilan Allah tetap ditegakkan.”

6. Kristus Menjadi Kutuk agar Kita Diberkati

Dalam Galatia 3:13:

“Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan menjadi kutuk karena kita.”

Michael Horton menulis:

“Kristus tidak hanya menanggung dosa kita secara simbolik, tetapi secara hukum menjadi kutuk, agar kita dibebaskan dari penghukuman.”

7. Aplikasi: Bagaimana Kita Merenungkan Penderitaan Kristus?

a. Menyadari Betapa Besarnya Dosa

Dosa bukan hal kecil. Jika dosa bisa ditebus dengan usaha manusia, salib tidak dibutuhkan. Salib menunjukkan bahwa dosa membutuhkan korban ilahi.

b. Membangkitkan Syukur dan Penyembahan

Orang yang mengerti penderitaan Kristus akan menyembah dengan hati yang berkobar. Perjamuan Kudus, kebaktian Jumat Agung, dan renungan pribadi seharusnya berakar dalam kesadaran akan salib.

c. Hidup dalam Kekudusan

Salib adalah panggilan untuk hidup baru. Roma 6:6 mengatakan bahwa kita disalibkan bersama Kristus, supaya tubuh dosa kita dibatalkan.

8. Mengapa Penderitaan Kristus Tidak Bisa Dihindari?

a. Keadilan Allah Harus Dipuaskan

Allah yang kudus tidak bisa mengabaikan dosa. Karena itu, hukuman harus dijatuhkan, dan Kristus menanggungnya untuk menggantikan kita.

b. Kasih Allah Dinyatakan

Di salib, keadilan dan kasih Allah bertemu secara sempurna. Salib bukan hanya tempat penghukuman, tapi juga tempat pengharapan.

9. Refleksi Teolog Reformed Tentang Salib

a. John Calvin

“Dalam penderitaan Kristus, kita melihat kasih Allah yang tak terukur, dan murka Allah yang adil sepenuhnya.”

b. John Owen

“Salib adalah tempat di mana kejahatan terbesar—pembunuhan Anak Allah—menjadi alat keselamatan terbesar.”

c. R.C. Sproul

“Jika kamu ingin tahu betapa seriusnya dosa, lihatlah salib. Jika kamu ingin tahu seberapa besar kasih Allah, lihatlah salib.”

10. Penderitaan Kristus Membentuk Hidup Orang Percaya

Yesus berkata:

“Barangsiapa mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku.” (Lukas 9:23)

Penderitaan Kristus bukan hanya untuk keselamatan kita, tetapi juga menjadi pola hidup kita:

  • Menderita dalam kekudusan

  • Bersabar dalam penganiayaan

  • Berpengharapan dalam penderitaan

Kesimpulan

Penderitaan Kristus bukan tragedi sejarah, tetapi rencana penebusan Allah yang kekal. Dalam setiap cambukan, cemoohan, paku, dan jeritan di salib, kita melihat keadilan Allah ditegakkan dan kasih-Nya dinyatakan.

Teologi Reformed memanggil kita untuk melihat penderitaan Kristus bukan hanya sebagai doktrin, tetapi sebagai kebenaran hidup yang membentuk penyembahan, ketaatan, dan pengharapan kita. Dalam salib Kristus, kita melihat bahwa keselamatan itu mahal, tapi telah dibayar lunas.

Next Post Previous Post