Sepatah Kata bagi Orang Kudus yang Menderita

Pendahuluan: Di Tengah Penderitaan, Apakah Tuhan Peduli?
Ketika badai hidup menghantam—ketika tubuh diserang penyakit, hati terluka karena kehilangan, atau ketika iman terasa lemah karena beban hidup—pertanyaan yang paling manusiawi muncul: Apakah Tuhan peduli? Apakah penderitaan ini berarti Dia marah? Atau... apakah ada maksud yang lebih dalam?
Dalam terang teologi Reformed, penderitaan bukan tanda ditinggalkan Allah, melainkan bagian dari rencana anugerah-Nya yang bijaksana dan penuh kasih. Artikel ini ingin menjadi “sepatah kata di musim yang tepat” bagi setiap orang kudus yang sedang menderita, berdasarkan ajaran Alkitab dan pemikiran John Calvin, Charles Spurgeon, Thomas Watson, R.C. Sproul, John Piper, Jonathan Edwards, dan Martyn Lloyd-Jones.
1. Penderitaan adalah Realitas bagi Orang Kudus
a. Alkitab Tidak Menjanjikan Hidup Bebas Derita
“Dalam dunia kamu akan mengalami penderitaan. Tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”
(Yohanes 16:33)
Orang percaya bukan dikecualikan dari penderitaan, justru dipanggil untuk menanggung salib.
b. Para Kudus di Alkitab pun Menderita
-
Ayub kehilangan segalanya.
-
Daud dikejar dan dikhianati.
-
Yesus sendiri disebut sebagai “man of sorrows”—seorang yang biasa menderita.
2. John Calvin: Penderitaan Membentuk Kesalehan
Dalam Institutes of the Christian Religion, John Calvin menulis:
“Salib Kristus adalah sekolah kesalehan sejati.”
Poin Calvin:
-
Penderitaan adalah alat dalam tangan Allah untuk memurnikan dan menguduskan umat-Nya.
-
Penderitaan mengungkapkan isi hati, merendahkan kebanggaan, dan mengarahkan kita kepada kekekalan.
3. Thomas Watson: Penderitaan adalah Obat Ilahi
Dalam bukunya All Things for Good, Thomas Watson menyatakan:
“Penderitaan adalah obat pahit yang menyembuhkan penyakit paling parah dalam jiwa.”
Pandangan Watson:
-
Penderitaan tidak pernah sia-sia.
-
Tuhan tidak menyiksa anak-anak-Nya, melainkan membentuk mereka melalui kesakitan.
-
Sama seperti emas diuji oleh api, iman diuji melalui penderitaan.
4. Charles Spurgeon: Penderitaan Adalah Kasih dalam Bentuk yang Dalam
Spurgeon, yang sendiri bergumul dengan depresi dan penyakit, menulis:
“Saya telah belajar mencium gelombang yang membanting saya ke dada Kristus.”
Pelajaran dari Spurgeon:
-
Bahkan penderitaan terdalam bisa menjadi tempat perjumpaan terdalam dengan Kristus.
-
Kasih Tuhan tidak diukur dari kenyamanan hidup, tapi dari pengorbanan Kristus.
5. R.C. Sproul: Penderitaan dan Kedaulatan Allah
Dalam buku dan pengajarannya, R.C. Sproul menekankan:
“Tidak ada penderitaan yang terjadi di luar pengetahuan dan kendali Allah.”
Pandangan Sproul:
-
Allah berdaulat penuh atas penderitaan dan penderitaan bukan hal sia-sia.
-
Kita tidak selalu mengerti alasan penderitaan, tetapi kita bisa percaya karakter Allah.
6. John Piper: Penderitaan Adalah Jalan Menuju Kemuliaan
John Piper dalam Desiring God dan Don't Waste Your Life menyatakan:
“Tuhan tidak sia-siakan rasa sakit. Setiap luka ada maksudnya.”
Ajaran Piper:
-
Penderitaan adalah alat anugerah untuk membawa kita pada kebahagiaan terdalam dalam Allah.
-
Bahkan penderitaan adalah peluang untuk menyatakan nilai Kristus melebihi segalanya.
7. Jonathan Edwards: Penderitaan Membuka Mata Akan Kemuliaan Kekal
Edwards melihat penderitaan sebagai:
“Kesempatan untuk melihat betapa kecilnya dunia ini dan betapa besar kemuliaan surgawi.”
Penekanan Edwards:
-
Orang kudus sejati memiliki perspektif kekekalan dalam penderitaan.
-
Penderitaan menumbuhkan kerinduan akan “kota yang kekal” dan kemuliaan bersama Kristus.
8. Martyn Lloyd-Jones: Jangan Dengarkan Dirimu Sendiri, Khotbahilah Dirimu
“Masalah kita adalah kita terlalu sering mendengarkan diri kita sendiri daripada mengkhotbahi kebenaran kepada diri sendiri.”
Dalam Masa Sulit:
-
Jangan percaya perasaan yang berubah-ubah.
-
Kembali pada janji Allah yang kekal.
-
Beritakan Injil kepada diri sendiri: Kristus telah mati, bangkit, dan akan memulihkan segalanya.
9. Tujuan-Tujuan Allah dalam Penderitaan Orang Percaya
a. Menyucikan Iman (1 Petrus 1:6-7)
-
Seperti emas dimurnikan dalam api.
-
Tuhan menggunakan penderitaan untuk membersihkan dan memurnikan motivasi kita.
b. Membentuk Karakter Kristus (Roma 5:3–5)
-
Penderitaan → Ketekunan → Tahan uji → Pengharapan.
-
Melalui rasa sakit, kita dibentuk menjadi serupa Kristus.
c. Menguatkan Ketergantungan pada Allah (2 Korintus 12:9)
“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu...”
10. Penghiburan Bagi Jiwa yang Luka
a. Allah Tidak Menjauh, Ia Dekat
“TUHAN dekat kepada orang-orang yang patah hati.”
(Mazmur 34:19)
b. Kristus Menderita Terlebih Dahulu
-
Dia menangis, ditolak, disalibkan.
-
Ia memahami penderitaan kita lebih dalam dari siapa pun.
c. Roh Kudus Menolong dalam Lemah
“Roh sendiri berdoa bagi kita dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.”
(Roma 8:26)
11. Apa yang Harus Dilakukan Ketika Sedang Menderita?
a. Berseru kepada Tuhan
“Pada waktu aku takut, aku percaya kepada-Mu.”
(Mazmur 56:4)
b. Tetap di dalam Firman
-
Firman menguatkan jiwa yang goyah.
-
Mazmur adalah teman terbaik dalam penderitaan.
c. Tetap Berada dalam Komunitas
-
Jangan hadapi penderitaan sendiri.
-
Tubuh Kristus dipanggil untuk saling menopang.
12. Harapan Kekal bagi Orang Kudus yang Menderita
“Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini mengerjakan bagi kita kemuliaan kekal yang jauh melebihi segala-galanya.”
(2 Korintus 4:17)
Pengharapan Reformed:
-
Dunia ini bukan akhir cerita.
-
Akan ada kebangkitan tubuh, langit dan bumi baru, dan air mata yang dihapuskan.
Kesimpulan: Sebuah Kata Penghiburan di Musim Penderitaan
Kepada setiap orang kudus yang sedang berada dalam lembah bayang-bayang maut:
-
Engkau tidak sendirian.
-
Allah tidak jauh.
-
Penderitaanmu tidak sia-sia.
Tuhan tidak pernah janji bahwa hidup akan mudah. Tapi Dia berjanji akan menyertai, menopang, menghibur, dan akhirnya memulihkan.
“Yang memulai pekerjaan baik di dalam kamu akan meneruskannya sampai pada akhirnya.”
(Filipi 1:6)