Sisa-Sisa Dosa yang Berdiam dalam Orang Percaya

Pendahuluan: Jika Kita Sudah Diselamatkan, Mengapa Masih Bergumul dengan Dosa?
Banyak orang Kristen yang jujur akan mengakui bahwa meskipun mereka telah percaya kepada Kristus, mereka masih bergumul dengan dosa: pikiran yang kotor, motivasi yang egois, atau kebiasaan lama yang terus menghantui. Hal ini sering menimbulkan pertanyaan: Apakah saya benar-benar diselamatkan jika saya masih jatuh dalam dosa?
Dalam terang teologi Reformed, masalah ini dikenal sebagai “remainders of indwelling sin” — yaitu sisa-sisa dosa yang masih berdiam dalam diri orang percaya meskipun mereka sudah dibenarkan dan dilahirkan kembali. Artikel ini akan menggali topik tersebut secara Alkitabiah dan sistematis berdasarkan pemikiran teolog-teolog Reformed seperti John Owen, John Calvin, Jonathan Edwards, Louis Berkhof, R.C. Sproul, dan John Piper.
1. Definisi: Apa itu “Indwelling Sin”?
a. Pengertian Dasar
“Indwelling sin” adalah istilah teologis untuk menggambarkan kehadiran dan pengaruh dosa yang masih menetap dalam diri orang percaya setelah dilahirkan kembali.
“Sebab aku tahu bahwa dalam aku, yaitu dalam dagingku, tidak ada sesuatu yang baik...”
(Roma 7:18, TB)
Meskipun kuasa dosa telah dipatahkan di dalam Kristus, natur dosa belum sepenuhnya dihapus sampai hari kemuliaan.
2. John Owen: Dosa yang Berdiam Masih Aktif dan Mematikan
Dalam karyanya yang klasik “The Mortification of Sin” dan “Indwelling Sin in Believers”, John Owen menulis:
“Walaupun dosa tidak lagi memerintah dalam hidup orang percaya, dosa masih tinggal, dan ingin berkuasa kembali.”
Pandangan Owen:
-
Dosa yang berdiam bersifat berkelanjutan, aktif, dan penuh tipu daya.
-
Orang percaya harus terus-menerus mematikan dosa (mortification), atau dosa akan mematikan mereka.
-
Ia memperingatkan bahwa tidak ada ruang untuk pasifisme dalam peperangan rohani.
3. John Calvin: Dua Natur yang Terus Bertarung
John Calvin menggambarkan kehidupan orang percaya sebagai pertempuran konstan antara daging dan Roh.
“Karena kita belum sepenuhnya diperbarui, maka masih ada sisa-sisa dosa yang harus terus kita lawan.”
Poin Calvin:
-
Pembenaran adalah sempurna, tetapi pengudusan adalah proses.
-
Allah mengizinkan pergumulan ini untuk merendahkan kita dan membuat kita bersandar pada anugerah-Nya.
-
Pergumulan dengan dosa bukan tanda bahwa kita gagal, tetapi bahwa Roh Kudus sedang bekerja.
4. Louis Berkhof: Dosa Tidak Memerintah, Tapi Masih Berdiam
Dalam Systematic Theology, Louis Berkhof membedakan antara:
-
Kuasa dosa (power of sin) — telah dihancurkan.
-
Kehadiran dosa (presence of sin) — masih ada dalam hati.
“Orang percaya telah dilepaskan dari perbudakan dosa, tetapi belum sepenuhnya dari kehadirannya.”
Berkhof menjelaskan bahwa:
-
Dosa masih menyerang pikiran, perasaan, dan kehendak.
-
Tapi Roh Kudus memberikan kuasa untuk menang melalui Firman, doa, dan komunitas iman.
5. Jonathan Edwards: Sisa Dosa Mengungkap Kedalaman Anugerah
Jonathan Edwards mengajarkan bahwa kesadaran akan dosa yang berdiam adalah bukti pertumbuhan rohani.
“Semakin seseorang dekat dengan Allah, semakin ia melihat kejahatan yang tersisa dalam dirinya.”
Menurut Edwards:
-
Orang fasik tidak sadar akan dosanya.
-
Orang kudus berduka dan berperang melawan dosa.
-
Sisa dosa memperbesar rasa syukur atas anugerah Allah dalam Kristus.
6. R.C. Sproul: Kecenderungan Dosa Tetap Ada, Tapi Kita Tidak Dikuasai Lagi
R.C. Sproul menjelaskan bahwa:
“Kita masih bisa berdosa, tapi kita tidak lagi harus berdosa.”
Poin Sproul:
-
Kebebasan sejati bukan kemampuan untuk berdosa, tapi kemampuan untuk tidak berdosa.
-
Orang percaya sekarang memiliki kuasa Roh Kudus untuk menolak dosa.
-
Namun, mereka tetap harus waspada dan berjaga-jaga, karena dosa yang berdiam bisa muncul dalam banyak bentuk.
7. John Piper: Sisa Dosa Memperlihatkan Keindahan Injil
John Piper menyatakan bahwa:
“Berita Injil bukan bahwa kamu sempurna, tetapi bahwa kamu diperbarui dan terus diperbarui.”
Poin Piper:
-
Dosa yang berdiam mengingatkan kita bahwa kita masih membutuhkan Injil setiap hari.
-
Pengampunan dan pembenaran adalah sekali untuk selamanya, tapi pertobatan adalah harian dan seumur hidup.
-
Tujuan hidup orang percaya bukan kesempurnaan sekarang, tetapi kemenangan akhir dalam Kristus.
8. Bukti-Bukti Kehadiran Dosa yang Berdiam
a. Perjuangan Melawan Dosa Tertentu
-
Pikiran kotor, amarah, iri hati, kesombongan, kecanduan.
-
Meskipun sudah dilahirkan baru, kecenderungan lama masih muncul.
b. Kelelahan Rohani
-
Merasa lemah, kosong secara spiritual, atau bosan dengan hal-hal rohani.
c. Kecenderungan Mengandalkan Diri Sendiri
-
Mencoba “mengatasi dosa” dengan kekuatan sendiri, bukan bergantung pada Roh.
9. Tanggapan Orang Percaya Terhadap Dosa yang Berdiam
a. Jangan Putus Asa
“Karena orang benar jatuh tujuh kali, tetapi bangun kembali.”
(Amsal 24:16)
b. Hidup dalam Pertobatan Harian
-
Pertobatan bukan hanya saat awal percaya, tetapi nafas kehidupan orang Kristen.
c. Gunakan Sarana Anugerah
-
Firman, doa, sakramen, persekutuan.
-
Disiplin rohani bukan untuk menyelamatkan, tapi untuk mematikan dosa dan menghidupkan iman.
10. Kemenangan Akhir Telah Dijanjikan
Meskipun kita masih bergumul hari ini, Allah telah menjanjikan kemenangan penuh.
“Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku.”
(Wahyu 3:21)
Pada saat kebangkitan, tubuh yang fana akan diganti dengan tubuh kemuliaan, dan dosa tidak akan ada lagi. Ini adalah pengharapan orang percaya: dosa yang kini berdiam akan lenyap selamanya.
Kesimpulan: Peperangan yang Nyata, Tapi Penuh Pengharapan
Sisa dosa dalam diri orang percaya adalah realitas yang tak bisa disangkal, tetapi juga tidak menentukan akhir cerita kita. Dalam teologi Reformed, kita memahami:
-
Kita tidak dibenarkan karena kita berhenti berdosa, tetapi karena Kristus telah menanggung dosa kita.
-
Kita masih bergumul, tetapi tidak sendirian—Roh Kudus tinggal dalam kita.
-
Kita masih jatuh, tetapi tidak dikalahkan—karena Kristus telah menang.
Seperti dikatakan oleh John Owen:
“Be killing sin, or sin will be killing you.”
Tetapi kita juga percaya:
“Yang memulai pekerjaan baik di dalam kamu, Ia akan menyelesaikannya.”
(Filipi 1:6)