Tanda Kasih Sejati: 1 Yohanes 5:2

Tanda Kasih Sejati: 1 Yohanes 5:2

1 Yohanes 5:2 (AYT)

“Dengan ini, kita tahu bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu ketika kita mengasihi Allah dan menaati perintah-perintah-Nya.”

Pendahuluan

Ayat 1 Yohanes 5:2 menjadi penegasan penting dalam memahami kasih Kristen yang sejati. Dalam konteks surat 1 Yohanes yang banyak membahas kasih dan kebenaran, ayat ini memberikan standar yang jelas tentang bagaimana menguji apakah seseorang benar-benar mengasihi anak-anak Allah: yaitu dengan mengasihi Allah dan menaati perintah-perintah-Nya.

Pandangan ini bukan hanya menantang sentimentalitas dangkal tentang kasih, tetapi juga menunjukkan bahwa kasih Kristen selalu terhubung erat dengan ketaatan dan iman sejati.

Artikel ini menyajikan eksposisi ayat ini dari sudut pandang teologi Reformed, menelusuri pemikiran tokoh-tokoh seperti John Calvin, R.C. Sproul, John Owen, dan Louis Berkhof, serta menyoroti implikasi praktisnya bagi kehidupan gereja dan pribadi orang percaya masa kini.

I. Konteks Surat 1 Yohanes dan Tema Kasih

Surat 1 Yohanes ditulis di tengah perpecahan yang disebabkan oleh ajaran sesat (kemungkinan besar bentuk awal Gnostisisme). Penekanan pada kasih, kebenaran, dan ketaatan menjadi tema sentral.

Dalam konteks ini, Yohanes tidak memberikan definisi kasih berdasarkan emosi atau retorika, tetapi berdasarkan perbuatan nyata dan kesetiaan kepada kebenaran (lih. 1 Yoh. 3:18). Ayat 5:2 menjadi bagian dari klimaks argumen Yohanes bahwa kasih sejati tidak bisa dipisahkan dari kasih kepada Allah dan ketaatan pada perintah-Nya.

II. Eksposisi Ayat: “Dengan ini, kita tahu bahwa kita mengasihi anak-anak Allah...”

A. “Dengan ini kita tahu...” – Ujian Rohani yang Objektif

Frasa ini menyatakan bahwa kasih dapat diuji. Dalam dunia yang sering mempersonalisasi kebenaran dan memutlakkan perasaan, Yohanes menyatakan bahwa kasih dapat diketahui dan diuji berdasarkan standar yang ditetapkan Allah.

Menurut R.C. Sproul, hal ini menunjukkan bahwa kekristenan bukan agama perasaan belaka, melainkan iman yang terverifikasi dalam tindakan dan kebenaran yang objektif.

“Kasih bukanlah kabut emosi yang tidak dapat dijelaskan, tetapi sesuatu yang memiliki bukti dan buah nyata.” – R.C. Sproul

B. “...kita mengasihi anak-anak Allah...” – Kasih kepada Sesama Orang Percaya

“Anak-anak Allah” merujuk pada sesama orang percaya yang juga telah lahir baru. Kasih kepada mereka bukan hanya sebagai sesama manusia, tetapi karena mereka adalah bagian dari keluarga Allah.

John Calvin menekankan bahwa kasih kepada saudara seiman harus lahir dari kasih kepada Allah terlebih dahulu. Kita tidak bisa benar-benar mengasihi sesama jika tidak mengasihi Allah.

“Kasih yang tidak didasarkan pada kasih kepada Allah akan cepat goyah atau menjadi egoistik.” – John Calvin, Commentary on 1 John

C. “...ketika kita mengasihi Allah dan menaati perintah-perintah-Nya.”

Inilah kunci utama ayat ini: kasih kepada sesama hanya sah dan benar jika itu merupakan ekspresi dari kasih kepada Allah dan ketaatan terhadap perintah-perintah-Nya.

1. Mengasihi Allah
Kasih kepada Allah bukan hanya berupa pengakuan atau emosi. Dalam pengajaran Reformed, kasih ini diwujudkan dalam penghormatan, penyembahan, dan penundukan diri sepenuhnya kepada kehendak-Nya.

2. Menaati Perintah-Perintah-Nya
Ketaatan bukanlah legalisme, tetapi ekspresi kasih. Dalam Yohanes 14:15, Yesus berkata: “Jika kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti perintah-perintah-Ku.” Maka, tidak ada kasih kepada Allah tanpa ketaatan kepada firman-Nya.

John Owen, teolog Reformed Puritan, mengatakan:

“Kasih sejati kepada Allah selalu mendorong jiwa kepada ketaatan. Kasih yang tidak berbuah dalam ketaatan adalah kasih yang mati.” – John Owen

III. Perspektif Teologi Reformed terhadap Kasih dan Ketaatan

A. Hubungan Iman, Kasih, dan Ketaatan

Dalam kerangka Reformed, iman yang sejati selalu menghasilkan kasih dan kasih sejati selalu memanifestasikan dirinya dalam ketaatan. Ini adalah bagian dari buah regenerasi (kelahiran baru).

Louis Berkhof menuliskan bahwa kasih kepada Allah adalah afeksi yang diperbaharui yang diarahkan kepada Allah, dan kasih ini selalu membawa kepada penundukan yang aktif dan sadar terhadap kehendak Allah.

“Kasih bukan sekadar emosi, tetapi disposisi hati yang diperbaharui untuk melakukan kehendak Allah.” – Louis Berkhof, Systematic Theology

B. Kasih Tanpa Ketaatan adalah Ilusi

Reformed Theology menolak pandangan bahwa seseorang bisa mengasihi Allah namun hidup dalam ketidaktaatan. Sebagaimana Iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17), maka kasih tanpa ketaatan adalah bentuk penipuan rohani.

Jonathan Edwards, dalam karyanya Religious Affections, menjelaskan bahwa kasih sejati kepada Allah menghasilkan ketaatan yang tulus dan konsisten, bukan sekadar ketaatan karena takut dihukum.

IV. Kasih dalam Komunitas Kristen

A. Dasar Relasional: Allah adalah Sumber Kasih

Yohanes sebelumnya mengatakan: “Kita mengasihi karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita” (1 Yoh. 4:19). Kasih dalam komunitas Kristen bukanlah usaha pribadi semata, tetapi respon terhadap kasih Allah yang transformatif.

B. Kasih sebagai Tanda Identitas Kristen

Yesus berkata: “Dengan hal itu semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jika kamu saling mengasihi” (Yoh. 13:35). Maka, kasih adalah identitas publik gereja.

C. Kasih dalam Kebenaran

Reformed Theology menekankan bahwa kasih tidak bisa dilepaskan dari kebenaran. Kasih sejati tidak kompromi terhadap dosa, tetapi membawa kepada pertobatan dan pengudusan.

V. Aplikasi Praktis dari 1 Yohanes 5:2

1. Ujilah Kasih Anda

Apakah kasih kita kepada sesama muncul dari kasih kepada Allah? Atau hanya karena budaya, tekanan sosial, atau motivasi pribadi?

2. Ukur Kasih Anda dengan Ketaatan

Sejauh mana hidup kita tunduk pada firman Tuhan menunjukkan kedalaman kasih kita kepada Allah. Tidak ada kasih sejati tanpa hati yang taat.

3. Bangun Kasih Sejati di Gereja

Komunitas Kristen dipanggil untuk membangun kasih bukan berdasarkan perasaan, tetapi berdasarkan kasih kepada Allah dan ketaatan kepada firman-Nya.

4. Waspadai Kasih yang Tidak Murni

Kasih yang terputus dari kebenaran firman akan berubah menjadi toleransi terhadap dosa atau relasi yang munafik. Kasih Kristen yang sejati harus suci dan berdasarkan kebenaran.

Penutup: Ukuran Kasih Sejati adalah Kasih kepada Allah dan Ketaatan

1 Yohanes 5:2 memberikan ukuran yang jelas bagi kasih sejati. Kita mengasihi anak-anak Allah bukan karena kita cocok dengan mereka, atau karena mereka baik kepada kita, melainkan karena kita lebih dahulu mengasihi Allah dan tunduk pada perintah-Nya.

Teologi Reformed membantu kita untuk memahami bahwa kasih bukan hanya perasaan, tetapi tindakan yang lahir dari hati yang telah diperbaharui oleh Roh Kudus. Kasih sejati hanya mungkin terjadi dalam hidup orang yang telah dilahirkan kembali, yang mengenal kasih Allah, dan yang dengan sukacita menaati kehendak-Nya.

Next Post Previous Post