The Old Testament dalam Teologi Reformed

"Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."
2 Timotius 3:16 (AYT)
Pendahuluan
Dalam banyak tradisi Kristen, Perjanjian Lama sering kali disalahpahami sebagai kitab usang, keras, atau bahkan bertentangan dengan Injil. Namun, dalam teologi Reformed, Perjanjian Lama dilihat sebagai fondasi ilahi bagi seluruh Alkitab, terjalin dalam satu kesatuan redemptif yang menunjuk kepada Kristus.
Artikel ini mengulas Perjanjian Lama berdasarkan pandangan beberapa pakar teologi Reformed, mengeksposisi prinsip-prinsip utamanya, dan menerapkannya untuk kehidupan rohani umat percaya.
I. Perjanjian Lama adalah Firman Allah yang Sepenuhnya Diilhami
A. Inspirasi Ilahi
Teologi Reformed menegaskan bahwa seluruh Kitab Suci — termasuk Perjanjian Lama — adalah hasil ilham Roh Kudus. John Calvin dalam Institutes menekankan bahwa Perjanjian Lama memiliki otoritas ilahi yang sama seperti Perjanjian Baru.
"Kitab Musa tidak berdiri sendiri, melainkan adalah instrumen Roh Kudus untuk mengajarkan keselamatan."
B. Tidak Ada Diskontinuitas Radikal
Berbeda dengan pandangan Marcionisme kuno yang menolak Perjanjian Lama, Reformed percaya pada kesatuan dan kesinambungan antara kedua perjanjian.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menulis:
"Satu-satunya agama sejati dalam sejarah adalah agama dari Abraham, Musa, para nabi, dan gereja Kristus."
II. Tema-Tema Utama Perjanjian Lama dalam Teologi Reformed
A. Teologi Perjanjian (Covenant Theology)
Teologi Reformed membaca Perjanjian Lama melalui kacamata covenantal — Allah mengikat diri-Nya dengan umat-Nya melalui perjanjian (berit). Dari Perjanjian dengan Nuh, Abraham, Musa, hingga Daud, semua mengarah kepada Perjanjian Baru di dalam Kristus.
Geerhardus Vos menyatakan bahwa seluruh Perjanjian Lama adalah "sejarah progresif dari satu perjanjian keselamatan."
B. Janji dan Penggenapan (Promise and Fulfillment)
Setiap janji dalam Perjanjian Lama menemukan penggenapannya di dalam Kristus. Janji keturunan kepada Abraham (Kejadian 12) menunjuk kepada Yesus. Hukum Taurat menunjuk kepada kebutuhan akan Juru Selamat.
R.C. Sproul menulis:
"Bayangan dalam Perjanjian Lama menjadi nyata di dalam Kristus."
III. Kristus dalam Perjanjian Lama
A. Tipologi dan Nubuatan
Teologi Reformed memandang bahwa banyak peristiwa, institusi, dan orang dalam Perjanjian Lama adalah tipologi — bayangan dari Kristus.
Contoh:
-
Adam → Kristus sebagai Adam Kedua (Roma 5:14).
-
Musa → Kristus sebagai Nabi yang Lebih Besar (Ulangan 18:15).
-
Domba Paskah → Kristus sebagai Anak Domba Allah (Yohanes 1:29).
B. Penafsiran Kristosentris
Sinclair Ferguson mengajarkan bahwa Perjanjian Lama bukan sekadar latar belakang Injil, tetapi bagian dari kabar baik itu sendiri.
Kristus berkata dalam Lukas 24:27:
"Lalu Dia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari Kitab Musa dan segala kitab para nabi."
IV. Fungsi Hukum Taurat dalam Teologi Reformed
A. Tiga Fungsi Hukum
Teologi Reformed membagi hukum dalam tiga fungsi utama:
-
Menahan kejahatan di masyarakat (fungsi sipil).
-
Menyatakan dosa dan kebutuhan akan Juru Selamat (fungsi pedagogis).
-
Membimbing hidup orang percaya setelah diselamatkan (fungsi normatif).
John Calvin sangat menekankan bahwa hukum Taurat, setelah Injil, menjadi peta kehidupan syukur bagi orang percaya.
V. Perjanjian Lama dan Keselamatan
A. Keselamatan Selalu Melalui Iman
Banyak orang berpikir keselamatan dalam Perjanjian Lama terjadi lewat karya hukum, tetapi teologi Reformed mengajarkan bahwa keselamatan selalu melalui iman.
"Abraham percaya kepada TUHAN, dan Ia memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." (Kejadian 15:6)
B. Kesatuan Umat Allah
Orang percaya dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah satu umat — Gereja Allah di dalam berbagai masa (Roma 11:17-24).
VI. Aplikasi Pastoral dari Pemahaman Reformed tentang Perjanjian Lama
1. Menghargai Kesatuan Alkitab
Kita dipanggil untuk membaca Perjanjian Lama sebagai bagian dari satu kisah besar tentang rencana keselamatan Allah.
2. Mengenali Kristus dalam Seluruh Kitab Suci
Belajar mencari bayangan dan janji tentang Kristus di setiap bagian Perjanjian Lama memperkaya pemahaman kita akan Injil.
3. Memahami Pentingnya Hukum Allah
Sebagai orang yang diselamatkan oleh anugerah, kita dipanggil untuk mengasihi hukum Allah dan hidup di dalamnya, bukan untuk keselamatan, tetapi sebagai tanggapan syukur.
4. Melihat Kesabaran dan Kesetiaan Allah
Sejarah Perjanjian Lama mengajarkan tentang kesabaran, kesetiaan, dan kasih setia Allah kepada umat-Nya, meskipun mereka sering kali memberontak.
Kesimpulan: Menghargai Perjanjian Lama sebagai Firman Kristus
Perjanjian Lama bukan kitab usang yang harus ditinggalkan. Ia adalah Firman Allah yang hidup, penuh dengan janji, pengajaran, dan gambaran Kristus.
Dalam semangat teologi Reformed, kita melihat Perjanjian Lama bukan sebagai kisah masa lalu, tetapi sebagai bagian integral dari Kabar Baik yang hari ini tetap memberdayakan dan mengubahkan umat Allah.
Seperti kata Calvin:
"Perjanjian Lama bukanlah suatu agama yang berbeda dari Injil; keduanya menunjukkan satu Kristus dan satu jalan keselamatan."
Soli Deo Gloria!