Yesus di Hadapan Mahkamah Agama: Markus 14:53–65

Yesus di Hadapan Mahkamah Agama: Markus 14:53–65

Pendahuluan: Sebuah Pengadilan yang Menyingkapkan Kemuliaan

Perikop Markus 14:53–65 adalah bagian penting dalam narasi penderitaan Yesus. Di dalamnya tergambar jelas kontras antara kebobrokan sistem keagamaan pada zaman itu dan kemuliaan Kristus yang tersembunyi dalam kerendahan dan penderitaan. Peristiwa ini menunjukkan bagaimana kejahatan manusia berpadu dengan rencana penebusan Allah.

Teks Alkitab (AYT) – Markus 14:53–65

“Mereka membawa Yesus kepada Imam Besar. Semua imam kepala, dan tua-tua, dan ahli-ahli Taurat berkumpul bersama...”
(Untuk selengkapnya, lihat kutipan ayat di awal artikel ini)

Mari kita telusuri eksposisi ayat demi ayat dan bagaimana bagian ini berbicara melalui lensa teologi Reformed.

Bagian I: Latar Belakang Teologis dan Historis

1. Konteks Naratif

Perikop ini dimulai setelah penangkapan Yesus di taman Getsemani dan merupakan awal dari serangkaian pengadilan yang akan dilalui-Nya. Para penulis Injil menggambarkan bahwa proses ini penuh ketidakadilan, konspirasi, dan kepalsuan.

Menurut The Gospel of Mark oleh William L. Lane, seluruh pengadilan ini tidak sesuai prosedur hukum Yahudi yang sah, seperti dilakukan pada malam hari dan dengan kesaksian yang tidak sah.

2. Konteks Teologis Reformed

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menyatakan bahwa momen ini adalah bagian dari “kenosis” atau perendahan diri Yesus, sebagaimana dijelaskan dalam Filipi 2:6-8. Ia, yang dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, tetapi mengosongkan diri-Nya, menjadi hamba, bahkan tunduk sampai mati.

Bagian II: Eksposisi Ayat per Ayat

 Markus 14:53 – “Mereka membawa Yesus kepada Imam Besar”

Yesus ditangkap dan dibawa ke hadapan Imam Besar, menunjukkan awal dari pengadilan agama. Seluruh kelompok otoritas keagamaan Yahudi (imam kepala, tua-tua, dan ahli Taurat) berkumpul.

John Calvin: “Kumpulan orang ini tidak mencari kebenaran, tetapi pembenaran atas niat jahat mereka.”

Dalam pandangan Reformed, ini mencerminkan kondisi manusia yang rusak secara total (total depravity). Bahkan institusi keagamaan pun tidak luput dari kerusakan moral jika tidak tunduk kepada Kristus.

 Markus 14:54 – Petrus Mengikuti dari Jauh

Petrus mengikuti dari jauh dan duduk bersama para pengawal, berusaha melihat apa yang terjadi pada Yesus. Ini menggambarkan konflik dalam hati murid: takut tetapi tetap memiliki cinta.

R.C. Sproul: “Petrus mewakili banyak dari kita – ingin dekat dengan Yesus, tapi tidak siap menanggung resiko."

Ini menggambarkan realitas iman yang belum dewasa, namun tetap dalam anugerah Allah.

 Markus 14:55–56 – Kesaksian Palsu

Para imam kepala dan Mahkamah Agama mencari kesaksian untuk membunuh Yesus, namun tidak mendapatkannya. Banyak kesaksian palsu, tetapi tidak satupun yang konsisten.

John Calvin: “Ketika kebenaran tak dapat diganggu gugat, para musuhnya menggunakan kebohongan sebagai senjata terakhir.”

Tindakan ini menggambarkan bagaimana sistem hukum bisa disalahgunakan untuk tujuan jahat. Dalam terang Reformed, ini juga menunjukkan betapa manusia begitu membutuhkan kebenaran sejati yang hanya datang dari Firman Allah.

 Markus 14:57–59 – Tuduhan tentang Bait Allah

Beberapa saksi menyatakan bahwa Yesus berkata Ia akan menghancurkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari.

Herman Ridderbos: “Ucapan Yesus tentang bait Allah tidak dimaksudkan secara harfiah. Ia menunjuk kepada tubuh-Nya sebagai bait Allah yang sejati (Yohanes 2:21).”

Kesalahpahaman terhadap firman Tuhan sering menjadi sumber konflik. Ini menekankan pentingnya penafsiran yang benar dalam gereja Reformed.

 Markus 14:60–61 – Yesus Tetap Diam

Imam Besar menantang Yesus untuk menjawab tuduhan, tetapi Yesus tetap diam.

Yesaya 53:7: “Ia ditindas, namun Ia membiarkan diri ditindas... Ia tidak membuka mulut-Nya.”

John Calvin: “Yesus diam bukan karena takut, tetapi karena tunduk pada kehendak Bapa.”

Keheningan ini adalah bentuk ketaatan, bukan kelemahan. Dalam sistem teologi Reformed, ini adalah contoh nyata dari active obedience dan passive obedience Kristus.

 Markus 14:61b–62 – Pengakuan Mesias dan Anak Manusia

Imam Besar bertanya langsung: “Apakah Engkau Mesias, Anak dari yang Terpuji?”
Yesus menjawab: “Akulah Dia...” dan merujuk pada Daniel 7:13, menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia.

R.C. Sproul: “Ini adalah deklarasi keilahian Yesus yang paling eksplisit. Ia mengklaim posisi di sebelah kanan Allah.”

Pengakuan ini menjadi dasar utama teologi Kristologi dalam Reformed: Yesus sebagai Mesias, Imam Besar, dan Hakim ilahi.

 Markus 14:63–64 – Hujatan Menurut Imam Besar

Imam Besar merobek jubahnya – sebuah tindakan simbolik kemarahan religius – dan menyatakan bahwa Yesus menghujat. Semua anggota Mahkamah sepakat bahwa Ia layak mati.

Bavinck: “Tindakan merobek jubah secara ironi menandai akhir dari sistem keimaman lama dan awal dari keimaman kekal Kristus.”

Mereka menolak Mesias yang sejati karena tidak sesuai harapan mereka. Ini memperkuat doktrin particular grace – hanya mereka yang dipilih dan diterangi oleh Roh Kudus yang dapat mengenali Yesus sebagai Kristus.

 Markus 14:65 – Yesus Dihina dan Disiksa

Yesus diludahi, ditinju, dan ditampar. Para penjaga mempermainkan-Nya, meminta-Nya bernubuat.

Mazmur 22:7-8: “Semua orang yang melihat aku mengolok-olok aku...”

Sproul: “Inilah puncak penderitaan fisik dan psikologis dari Sang Penebus.”

Dalam teologi Reformed, penderitaan ini disebut sebagai bagian dari active obedience Kristus – Ia menderita bukan hanya di salib, tetapi sepanjang hidup-Nya untuk menggantikan kita.

Bagian III: Implikasi Teologis dan Praktis

1. Kristus Sebagai Pengganti yang Adil

Yesus berdiri di hadapan hakim-hakim dunia agar kita dapat berdiri di hadapan Allah yang kudus. Ini adalah inti dari doktrin pembenaran (justification by faith).

John Calvin: “Kristus diam supaya kita dapat berbicara dengan penuh keyakinan di hadapan takhta anugerah.”

2. Ketidakadilan Manusia vs Keadilan Allah

Sistem hukum dan agama manusia sering kali gagal. Tetapi Allah tetap adil. Kejatuhan manusia dan bahkan institusi keagamaan menunjukkan bahwa keselamatan bukan berasal dari manusia.

3. Kristus sebagai Imam Besar yang Sejati

Ibrani 4:14–16: “Karena kita mempunyai Imam Besar Agung...”

Yesus bukan hanya korban, tetapi juga Imam. Ia mempersembahkan diri-Nya sekali untuk selama-lamanya (Ibrani 9:12). Ini menandai berakhirnya sistem persembahan korban menurut hukum Taurat.

4. Keberanian Mengakui Kristus di Tengah Penolakan

Yesus tidak menyangkal identitas-Nya walau itu berarti hukuman mati. Kita dipanggil untuk mengikut Dia dengan keberanian serupa.

Markus 8:38: “Barangsiapa malu karena Aku... Anak Manusia pun akan malu terhadap orang itu...”

5. Kesetiaan Kristus di Tengah Penghinaan

Yesus tidak membalas, tetapi menyerahkan diri-Nya kepada Dia yang menghakimi dengan adil (1 Petrus 2:23). Ini adalah teladan bagi gereja di tengah dunia yang menolak kebenaran.

Bagian IV: Refleksi Iman Pribadi

  • Apakah aku seperti Petrus yang mengikuti Yesus dari jauh?

  • Apakah aku berani mengakui Kristus ketika dunia mengejek dan menentang-Nya?

  • Apakah aku mengandalkan sistem religius, atau kepada Kristus sendiri?

Kesimpulan: Kristus, Hakim dan Korban Penebus

Perikop Markus 14:53–65 bukan hanya mencatat pengadilan Yesus. Ini adalah pengadilan dunia terhadap kebenaran, yang berujung pada penghukuman terhadap Sang Penebus. Namun dari penghukuman inilah, penebusan diberikan.

Teologi Reformed mengajarkan bahwa dalam peristiwa ini, kita melihat:

  1. Kedaulatan Allah dalam setiap detil penderitaan Kristus.

  2. Kerusakan total manusia yang menolak Mesias.

  3. Iman sejati hanya dapat hadir melalui karya Roh Kudus.

  4. Pengorbanan Kristus yang sempurna sebagai Imam dan Korban.

“Yesus ditolak supaya kita diterima. Ia diadili agar kita dibenarkan.” – R.C. Sproul

Penutup

Mari kita merespon dengan hati yang takut akan Tuhan, dengan rasa syukur kepada Kristus yang tidak menyelamatkan diri-Nya agar kita diselamatkan. Kiranya setiap pembaca semakin mengenal kasih Kristus yang dinyatakan melalui penderitaan-Nya.

Next Post Previous Post