Yesus Kristus, Allah yang Perkasa — Keilahian Kristus

Yesus Kristus, Allah yang Perkasa — Keilahian Kristus

Pendahuluan: Mengapa Keilahian Yesus Kristus adalah Inti Iman Kristen?

Dalam sejarah Gereja, salah satu doktrin paling sentral dan mendasar adalah pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang Perkasa. Hal ini bukan sekadar pernyataan iman, tetapi merupakan kebenaran Alkitabiah yang ditegaskan sejak Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru.

Yesaya 9:5 (AYT) menubuatkan:

“Sebab, seorang Anak telah lahir bagi kita, seorang Putra telah diberikan bagi kita; pemerintahan ada di atas bahu-Nya, dan Nama-Nya disebutkan: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.”

Pernyataan ini menegaskan bahwa Sang Mesias bukan hanya manusia biasa, tetapi Allah sendiri yang turun ke dalam dunia.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang keilahian Yesus Kristus sebagai “Allah yang Perkasa” berdasarkan pandangan beberapa pakar Teologi Reformed terkemuka seperti:

  • John Calvin

  • Louis Berkhof

  • R.C. Sproul

  • John Piper

  • Wayne Grudem

1. Landasan Alkitabiah: Yesus Kristus adalah Allah yang Perkasa

a. Nubuat Yesaya

Yesaya 9:5-6 merupakan nubuatan tentang Mesias yang mencakup sifat keilahian-Nya. Louis Berkhof dalam Systematic Theology menegaskan bahwa gelar-gelar ini bukan sekadar simbolis, melainkan menggambarkan realitas hakiki dari Pribadi Kristus.

“Allah yang Perkasa” (Ibrani: El Gibbor) adalah istilah yang sama digunakan bagi Allah sendiri dalam Yesaya 10:21.

b. Pengakuan Perjanjian Baru

Keilahian Yesus ditegaskan dalam banyak bagian Kitab Suci:

  • Yohanes 1:1 — “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”

  • Yohanes 20:28 — Tomas berkata kepada Yesus: “Ya Tuhanku dan Allahku!”

  • Kolose 2:9 — “Sebab dalam Dia berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan.”

R.C. Sproul menjelaskan bahwa ini bukan sekadar gelar kehormatan, tetapi pengakuan literal akan keilahian Yesus.

2. Pandangan Teologi Reformed tentang Keilahian Kristus

a. John Calvin: Kristus sebagai Allah Sejati dan Manusia Sejati

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menyatakan bahwa keselamatan manusia hanya mungkin jika Allah sendiri turun dan menjadi manusia. Kristus bukan hanya utusan Allah, tetapi Allah sendiri yang menjadi manusia (verus Deus et verus Homo — Allah Sejati dan Manusia Sejati).

Bagi Calvin, penyebutan Yesus sebagai “Allah yang Perkasa” menunjukkan kekuatan ilahi-Nya dalam menaklukkan dosa, iblis, dan maut.

b. Louis Berkhof: Kristus dalam Pribadi dan Pekerjaan-Nya

Louis Berkhof membedakan antara:

  • Pribadi Kristus: Yesus sebagai Allah dan manusia dalam satu pribadi

  • Pekerjaan Kristus: Sebagai Raja, Imam, dan Nabi

Sebagai “Allah yang Perkasa,” Kristus menunjukkan kuasa ilahi-Nya bukan hanya dalam mukjizat, tetapi terutama dalam karya penebusan-Nya di kayu salib dan kebangkitan.

c. R.C. Sproul: Keilahian Kristus dan Pengakuan Iman Nicea

Sproul menekankan pentingnya Konsili Nicea (325 M) yang menegaskan bahwa Kristus adalah “Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah Sejati dari Allah Sejati.”

Sproul juga menjelaskan bahwa jika Yesus bukan Allah, maka penyembahan kepada-Nya adalah penyembahan berhala. Namun, karena Dia adalah Allah yang Perkasa, maka penyembahan kita kepada-Nya adalah benar dan sah.

3. Implikasi Teologi: Mengapa Penting Bahwa Yesus Adalah Allah yang Perkasa?

a. Dasar Keselamatan

Wayne Grudem dalam Systematic Theology menyatakan bahwa hanya Allah yang dapat menanggung murka Allah terhadap dosa. Jika Yesus hanyalah manusia biasa, Ia tidak akan mampu menanggung hukuman dosa dunia.

b. Otoritas dalam Gereja dan Kehidupan

John Piper menegaskan bahwa pengakuan Yesus sebagai Allah yang Perkasa berarti bahwa hidup orang percaya harus tunduk penuh kepada otoritas Kristus.

Dia bukan hanya Juruselamat pribadi, tetapi juga Raja atas seluruh kehidupan — termasuk gereja, keluarga, pekerjaan, dan budaya.

4. Yesus Kristus dalam Kehidupan Orang Percaya

a. Sumber Penghiburan dan Kemenangan

Sebagai Allah yang Perkasa, Yesus adalah sumber kekuatan bagi umat-Nya di tengah penderitaan dan pergumulan.

Roma 8:31 — “Jika Allah di pihak kita, siapa yang akan melawan kita?”

b. Jaminan Kemenangan Akhir

Kitab Wahyu menggambarkan Kristus sebagai Raja segala raja dan Tuhan segala tuan (Wahyu 19:16). Ini menjadi pengharapan besar bagi gereja bahwa kuasa jahat tidak akan menang atas umat Allah.

5. Tantangan Teologis Modern: Penolakan Keilahian Kristus

Di era modern, banyak teologi liberal mencoba menafsirkan Yesus hanya sebagai guru moral atau tokoh spiritual besar. Teologi Reformed dengan tegas menolak pandangan ini.

John Piper menyatakan bahwa jika kita menghilangkan keilahian Yesus, maka Injil kehilangan seluruh maknanya.

Kesimpulan: Yesus Kristus, Allah yang Perkasa — Pengharapan Gereja Sepanjang Zaman

Pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah “Allah yang Perkasa” bukan hanya doktrin abstrak, melainkan kebenaran hidup yang memberikan:

  • Dasar keselamatan

  • Kekuatan dalam pergumulan

  • Harapan dalam kematian

  • Jaminan dalam kekekalan

Sebagaimana dinyatakan oleh John Calvin:

“Kristus adalah satu-satunya Penebus, karena hanya Dialah Allah sejati yang telah menjadi manusia sejati, untuk menebus manusia dari dosa dan kematian.”

Next Post Previous Post