Yesus Tidak Malu Terhadap Mereka yang Pernah Menentang-Nya

Pendahuluan: Adakah Pengampunan Bagi Mereka yang Pernah Melawan?
Kita semua, dalam berbagai cara, pernah menentang Yesus. Mungkin melalui kehidupan dosa, mungkin melalui penolakan terang Injil, atau bahkan melalui keraguan yang keras terhadap kasih karunia-Nya. Banyak orang yang merasa tidak layak kembali kepada Tuhan karena masa lalu mereka begitu kelam.
Namun, dalam Injil dan dalam terang teologi Reformed, kita menemukan kebenaran yang mendalam: Yesus tidak malu mengakui mereka yang dahulu menentang-Nya, tetapi kini bertobat dan percaya kepada-Nya. Lebih dari itu, Ia memanggil mereka sebagai saudara dan milik kepunyaan-Nya sendiri.
1. Dasar Alkitabiah: Ibrani 2:11
“Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, semuanya berasal dari satu; itu sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara.”
(Ibrani 2:11, AYT)
Ayat ini menekankan:
-
Kristus adalah sumber kekudusan, dan umat-Nya adalah mereka yang dikuduskan oleh-Nya.
-
Hubungan antara Kristus dan umat-Nya begitu erat hingga Ia tidak malu menyebut mereka saudara.
-
Ini mencakup orang-orang yang sebelumnya menentang dan memusuhi-Nya, tetapi sekarang telah diubahkan oleh kasih karunia.
2. Contoh Alkitabiah: Para Penentang yang Diterima
a. Rasul Paulus
Paulus adalah penganiaya jemaat, pembenci Kristus, namun kemudian:
“Tetapi oleh kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang...”
(1 Korintus 15:10)
Yesus tidak malu menyambut Paulus bahkan memilihnya sebagai rasul.
b. Petrus
Petrus menyangkal Yesus tiga kali, namun Yesus:
-
Mengampuni dia.
-
Memulihkan dia.
-
Memberi dia tugas gembala domba-domba-Nya.
“Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” – Petrus (Yohanes 21)
c. Orang Banyak di Pentakosta
“Kamu telah menyalibkan Yesus.” – Petrus berkata dalam Kisah Para Rasul 2
Namun 3.000 orang bertobat hari itu, dan Yesus tidak malu mengakui mereka sebagai milik-Nya.
3. John Calvin: Kristus Memanggil Kita Saudara Sekalipun Kita Penuh Aib
John Calvin, dalam komentarnya atas Ibrani 2:11, menulis:
“Kristus tidak malu memanggil kita saudara, walaupun kita penuh kelemahan dan kekurangan.”
Menurut Calvin:
-
Yesus tidak bergantung pada kesucian manusia untuk mengasihi.
-
Ia adalah Anak Allah yang menjadi manusia agar bisa bersatu dengan kita yang berdosa.
-
Bahkan setelah kita memberontak, kasih Kristus tetap mengejar.
4. Louis Berkhof: Kesatuan dengan Kristus Mendasari Identitas Baru
Dalam Systematic Theology, Louis Berkhof menjelaskan:
-
Orang percaya bersatu dengan Kristus dalam:
-
Kematian-Nya (Roma 6:5)
-
Kebangkitan-Nya (Efesus 2:5)
-
Kehidupan kekal (Kolose 3:3)
-
“Identitas kita tidak lagi ditentukan oleh masa lalu, tapi oleh kesatuan dengan Kristus.”
Artinya:
-
Sekalipun dulu menentang, kini kita diterima sebagai bagian dari keluarga Allah.
-
Kristus tidak malu, karena kita bukan lagi musuh, tetapi ciptaan baru.
5. Herman Bavinck: Kristus adalah Saudara Tertua yang Setia
Dalam Reformed Dogmatics, Herman Bavinck menulis:
“Yesus menjadi saudara bagi umat-Nya dalam penderitaan, dalam kelemahan, bahkan dalam maut.”
Makna Teologis:
-
Kristus mengambil rupa manusia agar bisa merasakan penderitaan dan godaan kita (Ibrani 4:15).
-
Sebagai saudara sulung (Roma 8:29), Ia memimpin kita menuju kemuliaan, bukan mencela kita karena masa lalu.
6. R.C. Sproul: Tidak Ada Dosa Terlalu Gelap bagi Kasih Karunia Allah
R.C. Sproul menegaskan:
“Jika Allah hanya menyelamatkan mereka yang sudah layak, maka tak seorang pun akan selamat.”
Pandangan Reformed:
-
Anugerah Allah tidak diberikan berdasarkan kelayakan, tapi berdasarkan kasih pilihan-Nya.
-
Bahkan orang yang paling keras pun bisa diubahkan oleh kuasa Injil.
“Tuhan memakai bejana yang hina untuk menyatakan kemuliaan anugerah-Nya.” – Sproul
7. John Piper: Kristus Tidak Malu Karena Ia Telah Menanggung Semua Aib Kita
John Piper dalam tulisannya berkata:
“Yesus tidak malu menyebut kita saudara karena Ia telah menanggung rasa malu kita di kayu salib.”
“Yesus mati telanjang di depan umum supaya kamu tidak pernah harus berdiri telanjang di hadapan Allah.”
Artinya:
-
Yesus tahu segala dosa dan pemberontakan kita.
-
Tapi di salib, semua itu ditanggung—sehingga sekarang Ia tidak malu berdiri di pihak kita.
8. Martyn Lloyd-Jones: Kasih Kristus Lebih Besar dari Dosa Kita
“Pandanglah kepada Kristus, bukan kepada dirimu. Jangan menilai penerimaan Allah berdasarkan masa lalu atau perasaanmu, tapi berdasarkan salib.”
Poin Penting:
-
Bahkan jika kita dulu menertawakan, menolak, atau melawan Injil, Kristus tetap menyambut jika kita datang dalam pertobatan.
-
Kasih karunia lebih kuat dari dosa.
9. Mengapa Ini Penting untuk Orang Percaya Hari Ini?
a. Penghiburan bagi Mereka yang Pernah Jatuh
Banyak orang Kristen hidup dengan rasa bersalah atas:
-
Dosa masa lalu.
-
Kesalahan masa muda.
-
Penyangkalan terhadap Kristus di masa lalu.
Berita Injil hari ini adalah:
Kristus tidak malu terhadapmu. Ia menyebutmu saudara.
b. Motivasi untuk Menerima Orang Lain
-
Jika Kristus tidak malu terhadap kita, kita juga tidak boleh menghakimi mereka yang datang dari masa lalu kelam.
-
Gereja adalah komunitas orang-orang yang dulu mati dalam dosa, kini hidup oleh anugerah.
c. Pendorong untuk Kesaksian
Jika kamu pernah menentang Kristus, dan kini diubahkan:
-
Kesaksianmu berharga.
-
Ceritakan kepada dunia bahwa Yesus mengampuni dan memulihkan.
10. Dosa Masa Lalu Tidak Menentukan Masa Depan Kita
“Jika seseorang ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru.”
(2 Korintus 5:17)
Teologi Reformed mengajarkan:
-
Identitas kita bukan lagi "pendosa", melainkan “orang kudus yang sedang dikuduskan.”
-
Dosa lama telah disalibkan bersama Kristus (Galatia 2:20).
11. Panggilan untuk Datang Kepada Kristus Hari Ini
Jika kamu merasa:
-
Pernah terlalu jauh dari Tuhan.
-
Pernah membenci Kekristenan.
-
Pernah menganiaya orang percaya.
-
Pernah menolak Injil.
Maka hari ini adalah hari kasih karunia. Kristus berkata:
“Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.”
(Yohanes 6:37)
Kesimpulan: Kristus Tidak Malu Mengakui Mereka yang Datang kepada-Nya
Yesus tahu siapa kamu. Ia tahu dosamu, pemberontakanmu, dan masa lalumu. Namun, jika kamu percaya kepada-Nya, maka:
-
Ia tidak malu menyebutmu saudara.
-
Ia membela kamu di hadapan Bapa.
-
Ia mengundangmu hidup dalam kasih karunia dan identitas yang baru.
Sebagaimana Kristus tidak malu menerima Paulus, Petrus, orang banyak di Pentakosta, dan kita semua yang dahulu melawan, maka tidak ada alasan untuk ragu datang kepada-Nya.
“Sebab itu Ia sanggup menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang datang kepada Allah melalui Dia.”
(Ibrani 7:25)