Yohanes 15:15-17: Sahabat Kristus yang Dipilih untuk Berbuah

Pendahuluan
Yohanes 15:15-17 adalah bagian penting dari pengajaran Yesus kepada murid-murid-Nya sebelum penyaliban. Dalam perikop ini, Yesus menegaskan hubungan istimewa antara diri-Nya dan murid-murid-Nya, mengubah status mereka dari hamba menjadi sahabat, menegaskan pemilihan ilahi, dan memberikan perintah untuk saling mengasihi.
“Aku tidak lagi menyebut kamu hamba karena hamba tidak tahu apa yang dilakukan oleh tuannya. Akan tetapi, Aku menyebut kamu sahabat karena semua yang Aku dengar dari Bapa telah Aku beritahukan kepadamu. Bukan kamu yang memilih Aku, melainkan Akulah yang telah memilih dan telah menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah, dan buahmu tetap sehingga apa pun yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, Dia akan memberikannya kepadamu. Inilah perintah-Ku: Kamu harus saling mengasihi!” (Yohanes 15:15-17, AYT)
Melalui eksposisi ini, kita akan mendalami makna ayat ini dengan merujuk pada pemikiran para teolog Reformed seperti John Calvin, Charles H. Spurgeon, Herman Bavinck, dan Louis Berkhof.
1. Konteks Yohanes 15:15-17
Pasal 15 dari Injil Yohanes merupakan bagian dari "Amanat Perpisahan" Yesus (Yohanes 13-17). Dalam Yohanes 15:1-11, Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai pokok anggur yang benar, di mana murid-murid-Nya adalah ranting-ranting yang harus tetap melekat kepada-Nya untuk berbuah. Kemudian, dalam Yohanes 15:12-17, Yesus mengembangkan gagasan kasih dan pemilihan ilahi.
Ada tiga hal utama yang Yesus tekankan dalam Yohanes 15:15-17:
-
Perubahan status murid-murid dari hamba menjadi sahabat (ay. 15).
-
Pemilihan ilahi dan panggilan untuk berbuah (ay. 16).
-
Perintah untuk saling mengasihi (ay. 17).
Bagian ini memiliki makna teologis yang mendalam dalam teologi Reformed, khususnya terkait dengan anugerah pemilihan, doktrin persekutuan dengan Kristus, dan kehidupan Kristen yang menghasilkan buah.
2. Eksposisi Yohanes 15:15-17 dalam Teologi Reformed
a. John Calvin: Pemilihan Ilahi dan Kasih Kristus
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa pemilihan Allah adalah murni berdasarkan kasih dan anugerah-Nya, bukan karena kehendak manusia. Ia menafsirkan Yohanes 15:16 sebagai bukti bahwa keselamatan tidak bergantung pada pilihan manusia, tetapi pada pilihan Allah yang berdaulat.
"Kristus menegaskan bahwa bukan manusia yang memilih Dia, tetapi Dia yang memilih mereka. Ini menunjukkan bahwa iman bukan berasal dari kehendak kita sendiri, tetapi dari anugerah-Nya yang memanggil kita kepada keselamatan."
Selain itu, Calvin juga menyoroti keintiman antara Kristus dan murid-murid-Nya dalam Yohanes 15:15. Kristus tidak hanya memperlakukan murid-Nya sebagai hamba, tetapi sebagai sahabat yang diberikan wahyu ilahi. Ini menunjukkan kedalaman kasih Allah yang rela berbagi rencana-Nya dengan umat pilihan-Nya.
b. Charles H. Spurgeon: Sahabat Kristus dan Doa yang Dijawab
Charles Spurgeon dalam salah satu khotbahnya mengenai Yohanes 15:15-17 menekankan bahwa keistimewaan menjadi sahabat Kristus membawa tanggung jawab untuk hidup dalam ketaatan dan doa yang berbuah.
"Jika kita benar-benar sahabat Kristus, kita akan rindu melakukan kehendak-Nya, dan doa-doa kita akan selaras dengan kehendak-Nya, sehingga Bapa akan memberikan apa yang kita minta dalam nama-Nya."
Menurut Spurgeon, banyak orang Kristen gagal mengalami jawaban doa karena mereka tidak memahami hubungan erat antara persahabatan dengan Kristus dan kehidupan doa yang benar. Kristus menghendaki agar kita tetap dalam kasih-Nya dan menghasilkan buah yang kekal.
c. Herman Bavinck: Persahabatan dengan Kristus dalam Rencana Kekal Allah
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa persahabatan dengan Kristus bukan sekadar hubungan emosional, tetapi bagian dari rencana kekal Allah dalam pemilihan dan keselamatan umat-Nya.
Bavinck menulis bahwa dalam Yohanes 15:15, Kristus membuka rahasia-Nya kepada umat pilihan-Nya, yang menunjukkan bahwa keselamatan adalah tindakan Allah yang melibatkan pewahyuan diri-Nya kepada orang-orang yang dikasihi-Nya.
Ia juga menyoroti makna doktrinal pemilihan dalam Yohanes 15:16:
-
Pemilihan Allah tidak berdasarkan jasa manusia.
-
Orang-orang yang dipilih ditetapkan untuk hidup berbuah bagi kemuliaan Allah.
-
Hubungan dengan Kristus adalah sarana untuk menerima janji-janji Allah.
Dengan demikian, menurut Bavinck, persahabatan dengan Kristus adalah hasil dari kasih karunia Allah yang berdaulat, yang memilih umat-Nya untuk bersekutu dengan-Nya dan hidup dalam kasih serta ketaatan.
d. Louis Berkhof: Kehidupan Kristen yang Berbuah dalam Konteks Pemilihan
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa Yohanes 15:16 mengandung dua aspek utama dalam kehidupan Kristen:
-
Dimensi anugerah pemilihan – Pemilihan bukan karena usaha manusia, tetapi karena keputusan Allah yang kekal.
-
Dimensi tanggung jawab manusia – Pemilihan bukan sekadar keselamatan, tetapi juga panggilan untuk berbuah dan memuliakan Allah.
Berkhof menegaskan bahwa buah yang dimaksud di sini mencakup perubahan karakter, ketaatan, serta penginjilan yang menghasilkan jiwa-jiwa baru bagi Kerajaan Allah.
3. Aplikasi Yohanes 15:15-17 dalam Kehidupan Kristen
a. Menghidupi Identitas sebagai Sahabat Kristus
Yesus telah menyebut kita sahabat-Nya. Ini berarti kita memiliki hak istimewa untuk mengenal kehendak-Nya dan bersekutu dengan-Nya dalam doa.
Namun, ini juga berarti bahwa kita harus hidup selaras dengan perintah-Nya, sebagaimana seorang sahabat sejati akan menghormati dan mengasihi sahabatnya.
b. Menghargai Anugerah Pemilihan
Sebagai orang percaya, kita tidak boleh sombong karena kita dipilih. Sebaliknya, kita harus rendah hati dan bersyukur bahwa Allah telah memanggil kita bukan karena kehebatan kita, tetapi karena kasih-Nya yang berdaulat.
c. Hidup dalam Kasih dan Berbuah bagi Kemuliaan Allah
Kristus memilih kita untuk berbuah, dan buah itu harus tetap. Ini berarti kita dipanggil untuk bertumbuh dalam iman, melayani sesama, dan menjadi saksi bagi dunia.
Kita juga dipanggil untuk saling mengasihi sebagai bukti bahwa kita adalah murid-murid Kristus.
Kesimpulan
Yohanes 15:15-17 adalah bagian yang kaya makna dalam teologi Reformed. Melalui ayat ini, kita memahami bahwa:
-
Kristus menjadikan kita sahabat-Nya, bukan sekadar hamba (Calvin).
-
Sebagai sahabat Kristus, kita harus hidup dalam doa yang berbuah (Spurgeon).
-
Persahabatan dengan Kristus adalah bagian dari rencana kekal Allah (Bavinck).
-
Pemilihan Allah membawa tanggung jawab untuk menghasilkan buah bagi kemuliaan-Nya (Berkhof).
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup sebagai sahabat Kristus, yang mengasihi sesama, berbuah dalam pelayanan, dan hidup dalam hubungan doa yang erat dengan Allah.