A Token for Mourners Dalam Perspektif Teologi Reformed

A Token for Mourners: Perspektif Teologi Reformed

Pendahuluan: Ketika Kesedihan Datang Menghampiri

Tidak ada manusia yang kebal terhadap kehilangan. Duka adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan di dunia yang telah jatuh dalam dosa. Entah karena kehilangan orang tercinta, kegagalan, penyakit, pengkhianatan, atau derita batin, dukacita menyentuh setiap jiwa, dan sering kali meninggalkan luka yang dalam.

Dalam karya klasiknya yang berjudul "A Token for Mourners", pastor puritan Thomas Brooks menawarkan penghiburan yang mendalam bagi mereka yang berduka. Karya ini, yang ditulis pada abad ke-17, masih sangat relevan hingga hari ini—terutama ketika dipahami dalam terang teologi Reformed yang berakar pada kebenaran Alkitab.

Artikel ini akan membahas bagaimana teologi Reformed memandang penderitaan dan dukacita, serta bagaimana penghiburan sejati dapat ditemukan hanya dalam Allah. Kita akan melihat bagaimana tokoh-tokoh Reformed seperti Thomas Brooks, John Calvin, Jonathan Edwards, John Owen, dan R.C. Sproul memahami dan menyampaikan penghiburan Injil bagi mereka yang berduka.

1. Dukacita dalam Dunia yang Telah Jatuh

a. Realita Dunia yang Rusak oleh Dosa

“Semua makhluk mengeluh dan merasa sakit bersalin sampai sekarang.” (Roma 8:22)

Teologi Reformed menegaskan bahwa dunia ini rusak karena kejatuhan manusia dalam dosa. Kematian, penderitaan, dan kehilangan bukanlah bagian dari ciptaan yang sempurna—melainkan akibat dosa yang telah mencemari segala aspek kehidupan.

John Calvin berkata:

“Segala kesedihan manusia menunjukkan betapa rusaknya dunia ini dan betapa kita membutuhkan penebus.”

b. Tidak Ada yang Luput dari Dukacita

Kematian dan kehilangan tidak mengenal status sosial atau kedewasaan rohani. Bahkan para nabi, rasul, dan tokoh Reformed besar pun mengalami penderitaan yang dalam.

Contoh:

  • Ayub kehilangan seluruh anak-anaknya dalam satu hari.

  • Daud menangis atas kematian Absalom.

  • Yesus sendiri menangis di kubur Lazarus.

2. Penghiburan yang Dangkal vs Penghiburan Sejati

a. Dunia Menawarkan Pelarian, Bukan Penghiburan

Dunia cenderung mengalihkan perhatian dari penderitaan dengan:

  • Hiburan berlebihan

  • Obat dan alkohol

  • Motivasi kosong tanpa dasar kebenaran

Namun semua itu tidak menyentuh akar luka hati. Seperti ditulis Thomas Brooks:

*“Pelipur dunia hanyalah balsam palsu bagi luka rohani.”

b. Alkitab Menawarkan Penghiburan Sejati

“Terpujilah Allah… Bapa segala belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan.” (2 Korintus 1:3)

Penghiburan sejati berasal dari Allah sendiri—bukan dari situasi yang berubah, tetapi dari pengertian yang benar akan kasih dan kedaulatan Allah.

3. A Token for Mourners: Ringkasan Pemikiran Thomas Brooks

a. Penghiburan Bukan Menghapus Air Mata, Tapi Menunjukkan Maknanya

Brooks tidak berkata, "Jangan menangis," tetapi "Menangislah di hadapan Tuhan dengan pengharapan."

“Duka tidak salah, selama itu membawa jiwa lebih dekat kepada Kristus.” – Thomas Brooks

b. Orang Benar dan Orang Fasik Berduka dengan Cara Berbeda

  • Orang fasik: berduka dengan tanpa pengharapan (1 Tesalonika 4:13)

  • Orang percaya: berduka dengan iman, tahu bahwa kematian bukan akhir

c. Janji Tuhan adalah “Token” (Tanda) bagi Mereka yang Berduka

Brooks menekankan bahwa Allah telah memberikan janji-janji penghiburan dalam firman-Nya sebagai “tanda cinta” bagi anak-anak-Nya di tengah duka.

Contoh:

  • “TUHAN itu dekat kepada orang yang patah hati.” (Mazmur 34:18)

  • “Air mata mereka akan dihapus.” (Wahyu 21:4)

4. Pandangan Reformed tentang Kesedihan dan Anugerah

a. Allah Memakai Kesedihan untuk Membentuk Karakter

“Penderitaan menghasilkan ketekunan, dan ketekunan menghasilkan pengharapan.” (Roma 5:3-4)

Dalam pandangan Reformed, kesedihan bukan hal yang sia-sia. Allah menggunakannya untuk:

  • Menghancurkan kesombongan

  • Mengingatkan akan kefanaan

  • Memperdalam kasih kepada Kristus

  • Memurnikan iman

John Owen menulis:

*“Kesedihan di tangan Allah adalah alat pembentukan karakter kekal.”

b. Dukacita Menjadikan Kita Lebih Serupa Kristus

Yesus dikenal sebagai “pribadi yang penuh kesedihan dan yang biasa menderita.” (Yesaya 53:3)

Menjadi serupa dengan Kristus berarti ikut dalam penderitaan-Nya, dan dalam proses itu kita dipersiapkan untuk kemuliaan kekal.

5. Kristus sebagai Penghibur Tertinggi

a. Yesus Turut Merasakan Dukacita Kita

“Yesus menangis.” (Yohanes 11:35)

Yesus bukanlah Juruselamat yang jauh dan tak peduli. Ia merasakan luka batin kita, bahkan lebih dalam daripada yang bisa kita bayangkan.

b. Salib sebagai Jawaban bagi Luka Terdalam

Di kayu salib, Yesus memikul:

  • Dosa kita

  • Rasa malu kita

  • Rasa kehilangan kita

  • Bahkan kutuk kematian itu sendiri

Tim Keller menegaskan:

*“Di salib, kita melihat bahwa Allah tidak menghindari penderitaan, tetapi masuk ke dalamnya demi kita.”

c. Janji Kebangkitan Menjadi Harapan Bagi yang Berduka

“Akulah kebangkitan dan hidup.” (Yohanes 11:25)

Kematian bukanlah akhir. Kebangkitan Kristus menjamin bahwa setiap air mata akan dihapus dan setiap luka akan disembuhkan.

6. Bagaimana Orang Percaya Seharusnya Merespons Dukacita

a. Datang kepada Tuhan dalam Doa

Mazmur adalah buku doa penuh ratapan. Menangis di hadapan Tuhan adalah tanda iman, bukan kelemahan.

b. Mengingat Janji Tuhan Setiap Hari

“Firman-Mu adalah penghiburan bagiku dalam sengsaraku.” (Mazmur 119:50)

Bacalah firman setiap hari dan hafalkan janji-janji Allah. Ini adalah "token" yang nyata bagi mereka yang berduka.

c. Jangan Menarik Diri dari Komunitas

Gereja adalah tubuh Kristus yang dipanggil untuk “menangis bersama yang menangis” (Roma 12:15). Terimalah penghiburan dari saudara seiman.

d. Bersandar pada Kedaulatan Allah

Allah yang memegang kendali atas segalanya tidak mungkin salah dalam rencana-Nya—bahkan dalam dukacita.

R.C. Sproul berkata:

*“Jika ada satu atom pun di alam semesta ini di luar kendali Allah, maka kita tidak bisa percaya pada janji-Nya.”

7. Buah Rohani dari Pengalaman Berduka

a. Iman yang Lebih Dalam

Dukacita memaksa kita berpegang lebih erat pada Kristus, bukan pada dunia.

b. Kasih yang Lebih Murni

Orang yang pernah terluka dapat lebih mengasihi orang lain yang sedang terluka.

c. Pelayanan yang Lebih Peka

Penghiburan yang kita terima dari Allah menjadikan kita alat penghiburan bagi sesama.

“Allah menghibur kita… supaya kita dapat menghibur mereka yang dalam segala penderitaan.” (2 Korintus 1:4)

8. Contoh Tokoh-Tokoh Reformed yang Mengalami Dukacita

a. John Calvin

Kehilangan istri dan anak-anaknya, namun tetap melayani dan menggembalakan jemaat di Jenewa.

b. Jonathan Edwards

Menghadapi pemecatan dari jemaatnya sendiri, kehilangan anak-anaknya, namun menulis tentang sukacita dan kemuliaan Allah.

c. Charles Spurgeon

Bergumul dengan depresi dan penyakit sepanjang hidupnya, namun tetap memberitakan Injil dengan semangat.

Kesimpulan: Tanda Kasih Tuhan di Tengah Dukacita

"A Token for Mourners" bukan sekadar judul buku, tetapi kebenaran abadi: bahwa Tuhan memberi penghiburan sebagai tanda kasih-Nya di tengah kesedihan terdalam. Dalam perspektif teologi Reformed, dukacita bukan akhir dari cerita, tetapi bagian dari narasi penebusan yang Allah tulis dalam hidup kita.

“Engkau menghitung langkah-langkahku ketika aku mengembara; air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu.” (Mazmur 56:8)

Yesus adalah penghibur kita. Firman adalah pelita kita. Janji-Nya adalah token yang menguatkan kita hingga hari di mana air mata tidak akan ada lagi.

Next Post Previous Post