Filemon 1:1-3: Salam Pembuka dan Makna Teologisnya
.jpg)
Pendahuluan
Surat kepada Filemon adalah salah satu surat terpendek dalam Perjanjian Baru, namun sarat dengan nilai-nilai teologis, etis, dan pastoral. Filemon 1:1-3 merupakan bagian pembukaan dari surat ini, namun bukan sekadar salam biasa. Dalam tradisi teologi Reformed, salam pembuka ini menyiratkan kekayaan makna mengenai identitas Kristiani, otoritas apostolik, komunitas iman, dan anugerah Allah. Artikel ini akan mengulas secara mendalam Filemon 1:1-3 dengan pendekatan eksposisi ayat demi ayat dan menyertakan pendapat dari beberapa pakar teologi Reformed guna menyingkap kebenaran yang terkandung di dalamnya.
Teks Filemon 1:1-3 (TB)
"Dari Paulus, seorang tawanan Kristus Yesus dan dari Timotius, saudara kita, kepada Filemon, yang kekasih, teman sekerja kami, dan kepada Apfia, saudari kita, dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita, dan kepada jemaat di rumahmu. Anugerah dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu."
I. Filemon 1:1 – Identitas Paulus dan Timotius
1.1 "Dari Paulus, seorang tawanan Kristus Yesus..."
Pada bagian ini, Paulus tidak memperkenalkan dirinya sebagai "rasul" seperti dalam surat-surat lainnya, melainkan sebagai "tawanan Kristus Yesus". Dalam konteks teologi Reformed, hal ini menunjukkan penekanan pada penderitaan yang ditanggung demi Injil.
John Calvin dalam komentarnya menekankan bahwa Paulus menyebut dirinya “tawanan” bukan untuk mencari simpati, tetapi untuk menunjukkan bahwa bahkan dalam kurungan, dia tetap berada dalam pelayanan Kristus. Ini memperlihatkan ketundukan total pada kehendak Allah.
Lebih jauh, frase "tawanan Kristus Yesus" juga memiliki makna teologis mendalam: Kristus adalah Tuhan atas hidup Paulus, dan penderitaan yang ia alami bukan karena kekuatan manusia, tetapi oleh penetapan ilahi.
1.2 "dan dari Timotius, saudara kita..."
Penyebutan Timotius di sini menunjukkan hubungan pelayanan dan kepercayaan antara Paulus dan Timotius. Dalam konteks Reformed, ini menegaskan pentingnya pelayanan kolektif dalam tubuh Kristus.
Matthew Henry menyatakan bahwa penyebutan Timotius sebagai “saudara” menekankan kesatuan dalam Kristus yang melampaui struktur hierarkis. Dalam komunitas Reformed, semua orang percaya adalah saudara seiman yang setara di hadapan Allah, meskipun memiliki fungsi yang berbeda dalam pelayanan.
II. Filemon 1:1b – Penerima Surat
2.1 "kepada Filemon, yang kekasih, teman sekerja kami..."
Filemon disebut dengan penuh kasih dan kehormatan oleh Paulus. Istilah “yang kekasih” (Gr. agapētos) menunjukkan keintiman relasi Kristiani, sedangkan “teman sekerja” (Gr. synergos) menggambarkan keterlibatan Filemon dalam pelayanan Injil.
Menurut R.C. Sproul, ini adalah bentuk penegasan dari Paulus bahwa Filemon bukan hanya objek kasih secara pribadi, tetapi juga adalah mitra dalam pekerjaan Tuhan. Ini penting dalam konteks surat ini yang akan menyentuh isu perbudakan dan rekonsiliasi.
Dalam teologi Reformed, seluruh umat percaya dipanggil untuk menjadi “rekan sekerja” dalam ladang Tuhan, menandakan doktrin priesthood of all believers.
III. Filemon 1:2 – Komunitas Iman dalam Rumah
3.1 "dan kepada Apfia, saudari kita..."
Apfia kemungkinan besar adalah istri dari Filemon. Penambahan namanya dalam surat pribadi ini menunjukkan pentingnya komunitas keluarga dalam kehidupan gereja.
John MacArthur menyatakan bahwa dalam dunia Romawi, perempuan sering kali tidak disebut dalam surat resmi, namun Paulus secara sengaja menyebut Apfia, yang menegaskan peran penting perempuan dalam kehidupan gerejawi.
Bagi komunitas Reformed, ini juga menyoroti prinsip bahwa panggilan untuk menghidupi Injil bukan hanya individu, tetapi bersifat kolektif dalam keluarga.
3.2 "dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita..."
Arkhipus disebut juga dalam Kolose 4:17 sebagai seseorang yang memiliki pelayanan dari Tuhan. Dalam konteks Filemon, Arkhipus mungkin adalah pemimpin rohani jemaat rumah tersebut.
Frase “teman seperjuangan” (Gr. systratiōtēs) memberikan gambaran militansi rohani dalam pelayanan Injil. Richard Gaffin menekankan bahwa pelayanan bukanlah zona nyaman, melainkan medan pertempuran rohani, di mana kita perlu berjuang bersama dalam satu kesatuan tubuh Kristus.
3.3 "dan kepada jemaat di rumahmu."
Penting untuk mencermati bahwa gereja pada masa itu belum memiliki gedung ibadah seperti sekarang. Rumah Filemon menjadi tempat pertemuan jemaat, yang dikenal sebagai "house church".
Ligon Duncan menggarisbawahi bahwa ini adalah bentuk awal dari pengakuan gereja sebagai persekutuan umat yang berkumpul di bawah firman dan sakramen. Dalam konteks Reformed, ini menekankan prinsip regulative principle of worship, bahwa pusat kehidupan gereja adalah penyembahan yang sesuai firman.
IV. Filemon 1:3 – Berkat Anugerah dan Damai Sejahtera
4.1 "Anugerah dan damai sejahtera..."
Salam ini adalah ciri khas surat-surat Paulus dan bukan sekadar formalitas. Ia menyatukan dua konsep utama dalam keselamatan: anugerah (charis) dan damai (eirēnē).
Louis Berkhof menjelaskan bahwa anugerah merujuk pada kasih Allah yang tak layak diterima manusia, sedangkan damai sejahtera adalah hasil dari pendamaian antara manusia berdosa dengan Allah melalui Kristus.
4.2 "dari Allah, Bapa kita..."
Dalam teologi Reformed, Allah digambarkan sebagai Bapa yang berdaulat dan penuh kasih. Hubungan dengan Allah sebagai Bapa adalah hasil adopsi rohani melalui karya Kristus.
Menurut Herman Bavinck, hubungan ini menandakan status kita sebagai anak-anak Allah yang diterima dalam perjanjian anugerah. Ini bukan status alami, tetapi diberikan oleh kasih karunia.
4.3 "dan dari Tuhan Yesus Kristus..."
Penyebutan Yesus Kristus sebagai Tuhan (Kyrios) menunjukkan keilahian-Nya dan otoritas-Nya sebagai Mesias yang telah bangkit. Paulus secara konsisten menempatkan Kristus setara dengan Allah Bapa dalam pemberian berkat rohani.
Geerhardus Vos menyatakan bahwa ini adalah pengakuan akan Trinitas dalam salam rasuli. Setiap berkat rohani berasal dari persekutuan dengan Kristus melalui Roh Kudus.
V. Aplikasi Teologis dalam Konteks Reformed
5.1 Otoritas Rohani Tidak Berdasarkan Jabatan, Tapi Salib
Dalam surat ini, Paulus tidak memaksakan otoritas kerasulannya, tetapi mendasarkan seruannya pada kasih dan penderitaan. Ini menjadi pelajaran bahwa otoritas sejati dalam gereja bersumber dari salib Kristus, bukan kekuasaan struktural.
Reformator seperti Martin Luther sering mengutip Filemon sebagai bukti bagaimana Injil menembus batas sosial dan memperbarui relasi interpersonal dengan kasih karunia.
5.2 Gereja Sebagai Komunitas Kovenan
Penyebutan Apfia, Arkhipus, dan jemaat rumah menunjukkan bahwa gereja bukan lembaga, tetapi komunitas kovenan. Teologi Reformed memandang gereja sebagai umat perjanjian yang dipanggil hidup dalam kasih, pengampunan, dan penyembahan yang setia.
5.3 Kasih Karunia dan Damai Sebagai Dasar Relasi Kristen
Dalam budaya yang sering kali mengandalkan kekuatan dan hak, surat Filemon dimulai dengan penekanan pada kasih karunia dan damai. Ini menunjukkan bahwa relasi antar orang percaya harus dibangun bukan di atas hukum dunia, tetapi atas dasar kasih karunia Injil.
Kesimpulan
Filemon 1:1-3 bukan sekadar pembukaan surat, melainkan sebuah dasar teologis yang kuat dalam membangun relasi yang didasarkan pada Injil. Paulus sebagai tawanan Kristus menyapa Filemon dan keluarganya sebagai rekan seiman dalam satu komunitas iman. Melalui salam ini, kita belajar bahwa dalam teologi Reformed:
-
Otoritas pelayanan bersumber dari salib Kristus, bukan jabatan manusia.
-
Setiap orang percaya dipanggil menjadi mitra dalam pelayanan Injil.
-
Gereja adalah komunitas kovenan yang hidup dalam kasih dan pengampunan.
-
Kasih karunia dan damai adalah dasar dari semua relasi dalam tubuh Kristus.
Sebagaimana ditekankan oleh para teolog Reformed, tidak ada bagian Alkitab yang “netral” atau “biasa.” Bahkan salam pembuka seperti dalam Filemon 1:1-3 sarat dengan makna doktrinal dan pastoral yang relevan bagi kehidupan gereja masa kini.