Dan Bumi Menolong Perempuan: Wahyu 12:16

“Namun, bumi menolong perempuan itu; bumi membuka mulutnya dan menelan air yang disemburkan naga itu.”(Wahyu 12:16, AYT)
Pendahuluan: Konteks Wahyu 12
Pasal 12 dalam kitab Wahyu adalah salah satu bagian paling simbolik dalam Alkitab. Ia menyajikan penglihatan besar tentang perempuan, naga, dan anak laki-laki yang lahir dari perempuan tersebut. Penafsiran Reformed memahami bahwa ini adalah drama kosmis yang mencerminkan konflik antara Allah dan Iblis sepanjang sejarah keselamatan.
Perempuan sering ditafsirkan sebagai umat Allah — baik Israel dalam konteks Perjanjian Lama maupun gereja dalam konteks Perjanjian Baru. Naga, secara eksplisit dijelaskan sebagai Iblis atau Setan (Wahyu 12:9), yang dengan murka besar ingin menghancurkan anak perempuan itu — yakni Kristus, dan kemudian umat-Nya. Di tengah pengejaran yang mengerikan, Wahyu 12:16 mencatat bahwa bumi menolong perempuan itu dengan menelan air yang dikeluarkan oleh naga.
Apa makna dari peristiwa ini? Dan bagaimana pandangan Reformed menafsirkan peran “bumi” dalam penyelamatan gereja?
I. Perempuan dan Naga: Siapa Mereka?
A. Perempuan sebagai Simbol Gereja
Dalam tradisi Reformed, perempuan di Wahyu 12 tidak hanya mewakili Maria atau Israel semata, tetapi adalah gambaran umat perjanjian Allah dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru. Ia adalah "ibu rohani" dari Mesias dan semua orang percaya (lih. Galatia 4:26).
“Gereja adalah wanita yang melahirkan Kristus secara historis dan terus-menerus melahirkan kesaksian Kristus di dunia.” – G.K. Beale, The Book of Revelation
B. Naga sebagai Setan
Naga dalam Wahyu 12 secara eksplisit adalah lambang dari Setan (12:9). Ia terus berusaha mengganggu rencana Allah sejak awal dunia: mulai dari taman Eden, kelahiran Kristus, hingga penganiayaan terhadap gereja.
II. Air dari Mulut Naga: Serangan Rohani dan Penyesatan
Ayat 15 menjelaskan bahwa naga “menyemburkan air seperti sungai dari mulutnya” untuk menelan perempuan. Dalam tafsir Reformed, air ini sering dipahami sebagai:
-
Penganiayaan (secara historis maupun eskatologis)
-
Ajaran palsu dan penyesatan (lih. Efesus 4:14)
-
Serangan ideologis dan sistem dunia terhadap kebenaran Kristus
Menurut Anthony Hoekema, sungai itu dapat dimengerti sebagai "kekuatan gabungan antara tipu daya dunia dan kekuasaan politik yang digunakan oleh Iblis untuk menghancurkan umat Allah."
III. Bumi Menolong Perempuan: Tafsiran Simbolik dan Historis
A. Apa Arti “Bumi Menolong”?
Ungkapan ini unik. Bumi, yang biasanya digambarkan sebagai tempat tinggal manusia atau lambang dunia fisik, justru menjadi alat penyelamat umat Allah.
Beberapa penafsiran Reformed menyatakan:
-
Providensi Allah yang bekerja melalui dunia ciptaan
Allah memakai bahkan elemen-elemen dunia ini — seperti lokasi, kondisi sosial, atau sejarah — untuk melindungi umat-Nya. -
Perlindungan melalui bangsa-bangsa atau sarana non-rohani
Seperti Kaisar Roma yang tidak selalu anti-Kristen, atau penguasa dunia yang — meskipun tidak rohani — kadang menjadi sarana Allah menahan penganiayaan. -
Tindakan Allah yang tak terlihat, namun efektif
“Bumi membuka mulutnya” mengingatkan pada cerita Korah (Bilangan 16:31–33) — gambaran bahwa Allah dapat memakai alam untuk menghakimi atau melindungi.
B. Penjelasan G.K. Beale
Dalam The Book of Revelation, Beale menjelaskan:
“'Bumi' melambangkan perlindungan ilahi dari ancaman Setan. Ini tidak selalu supranatural, tetapi melalui sarana biasa — misalnya tempat persembunyian, perlindungan sosial, atau bahkan politik.”
Ini menunjukkan bahwa Allah bisa memakai sistem dunia untuk menopang gereja-Nya, tanpa gereja harus bersandar pada dunia.
IV. Pandangan Teolog Reformed Lainnya
A. John Calvin: Providensi yang Melampaui Akal Manusia
Meskipun Calvin tidak menulis komentar langsung atas kitab Wahyu, dalam teologi providensia-nya (Institutes, Book I, Ch. 17), ia menekankan bahwa:
“Tidak ada yang terjadi di luar izin dan kendali Allah, termasuk peristiwa yang kelihatannya bersifat alami.”
Maka, penolakan gereja untuk melihat penyelamatan hanya dalam tindakan spektakuler menjadi penting. Bahkan tindakan bumi — sesuatu yang biasa — bisa menjadi perpanjangan tangan Allah.
B. Herman Bavinck: Allah dan Ciptaan
Dalam Reformed Dogmatics, Bavinck menegaskan bahwa alam tidak independen dari Allah. Ketika bumi “menolong” perempuan, itu adalah:
“...ekspresi providensia Allah yang aktif dalam ciptaan, menentang kehendak Iblis, dan membela umat perjanjian.”
V. Implikasi Doktrinal dan Praktis
A. Gereja Tidak Pernah Tanpa Perlindungan
Meskipun gereja dianiaya, disesatkan, atau dikejar, tidak satu detik pun ia benar-benar ditinggalkan. Allah memiliki cara-cara kreatif untuk menolong gereja-Nya.
“Gereja yang dikejar tidak selalu berarti gereja yang kalah. Gereja yang ditolong Allah akan tetap berdiri, bahkan di padang gurun dunia.” – Anthony Hoekema
B. Tuhan Dapat Menolong Lewat Sarana Umum
Kadang-kadang Allah memakai pemerintah, teknologi, undang-undang, atau bahkan kelompok netral untuk menolong umat-Nya. Kita harus berhati-hati, namun juga tidak menutup mata pada sarana umum yang Tuhan bisa pakai.
C. Awas Terhadap “Air” dari Mulut Naga
Dalam dunia modern, “air” dari naga bisa berbentuk ideologi relativisme moral, sekularisme, materialisme, hingga teologi palsu. Gereja harus waspada dan mengandalkan kebenaran firman.
VI. Aplikasi bagi Gereja Masa Kini
-
Penderitaan adalah bagian dari kesaksian gereja. Tapi penderitaan itu tidak dibiarkan sendirian.
-
Allah menopang umat-Nya bukan hanya dengan mukjizat, tetapi juga dengan cara biasa.
-
Waspadai ajaran palsu dan arus dunia — karena “air” yang menyapu bisa tampak menyegarkan.
-
Jangan remehkan tindakan “bumi” — Allah bekerja lewat semua ciptaan-Nya.
Kesimpulan: Bumi yang Menolong, Allah yang Berdaulat
Wahyu 12:16 menunjukkan realitas penting: peperangan rohani itu nyata, tetapi penopangan Allah atas gereja-Nya lebih nyata lagi. Simbol “bumi yang menolong” bukan hal kecil — itu adalah metafora agung tentang bagaimana Allah bekerja lewat segala sesuatu demi kebaikan umat-Nya.
Sebagaimana dikatakan oleh G.K. Beale, “Allah tidak pernah kehilangan kendali, bahkan ketika naga mengeluarkan air dari mulutnya. Ia sudah menyiapkan bumi untuk menolong.”