Ibrani 7:1: Melkisedek, Raja dan Imam

Ibrani 7:1: Melkisedek, Raja dan Imam

Ibrani 7:1 membuka salah satu bagian paling penting dan misterius dalam surat kepada orang Ibrani: pembahasan tentang Melkisedek. Ayat ini berbunyi:

Sebab, Melkisedek adalah raja Salem, seorang imam Allah Yang Mahatinggi. Ia pergi menemui Abraham ketika Abraham kembali dari mengalahkan raja-raja dan memberkatinya.”

Siapa Melkisedek? Mengapa penulis Ibrani membahasnya begitu panjang? Apa hubungannya dengan Kristus? Artikel ini akan membahas eksposisi Ibrani 7:1 dari perspektif teologi Reformed, menyelami makna teologis, sejarah, dan implikasi praktisnya, didukung oleh pemikiran para pakar seperti John Calvin, Herman Bavinck, dan R.C. Sproul.

1️⃣ Konteks Historis dan Latar Ayat

Kitab Ibrani ditulis kepada orang Yahudi yang telah menjadi Kristen, banyak di antara mereka tergoda untuk kembali kepada Yudaisme karena tekanan penganiayaan. Penulis Ibrani ingin menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah Imam Besar yang lebih tinggi dari sistem keimaman Lewi. Untuk itu, ia memperkenalkan Melkisedek, sosok misterius yang muncul hanya sekali dalam Perjanjian Lama, di Kejadian 14.

Melkisedek adalah raja Salem (kemungkinan besar Yerusalem) dan juga imam Allah. Ia memberkati Abraham ketika Abraham kembali setelah kemenangan militernya, dan Abraham memberi dia sepersepuluh dari jarahan (Kejadian 14:17-20).

2️⃣ Siapa Melkisedek?

John Calvin dalam komentarnya menekankan bahwa Melkisedek bukanlah figur ilahi atau malaikat, melainkan manusia sejati yang dipakai Allah sebagai tipe (bayangan) Kristus. Calvin menolak pandangan mistis yang menganggap Melkisedek sebagai penampakan Kristus pra-inkarnasi. Menurut Calvin, yang penting adalah pola (typology) yang Allah tetapkan: seorang raja dan imam di luar keturunan Lewi yang menerima persembahan dari Abraham.

R.C. Sproul menyoroti bahwa Melkisedek membawa dua peran yang biasanya terpisah dalam Israel: raja dan imam. Dalam sistem Israel, raja berasal dari suku Yehuda, sedangkan imam dari suku Lewi. Namun, Melkisedek menyatukan keduanya, dan ini menjadi dasar untuk memahami bagaimana Kristus dapat menjadi Raja dan Imam sekaligus.

3️⃣ Penjelasan Theologis: Tipe Kristus

Teologi Reformed menekankan prinsip “analogia fidei” — membandingkan ayat dengan ayat lain. Ibrani 7 menghubungkan Kejadian 14 dan Mazmur 110:4, yang berbunyi:

Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.”

Herman Bavinck menjelaskan bahwa Kristus adalah penggenapan dari pola Melkisedek. Tidak seperti imam Lewi yang terbatas, Kristus adalah Imam Besar kekal yang melayani di hadapan Allah, bukan di bait duniawi.

Menurut teologi Reformed, Melkisedek bukan hanya tokoh sejarah, tetapi sebuah pola nubuat yang menyoroti keunikan Kristus:
Imam tanpa silsilah Lewi
Raja sekaligus imam
Pemberi berkat kepada Abraham (bapa semua orang beriman)

4️⃣ Abraham dan Melkisedek: Pentingnya Perjumpaan Ini

Ibrani 7:1 mengacu pada peristiwa penting di mana Abraham — patriark agung Israel — memberi sepersepuluh kepada Melkisedek. Ini penting karena menunjukkan:

  1. Abraham mengakui otoritas Melkisedek.

  2. Melkisedek memiliki posisi yang lebih tinggi secara rohani daripada Abraham.

  3. Melalui Abraham, Lewi secara simbolis memberikan persembahan kepada Melkisedek (Ibrani 7:9-10).

R.C. Sproul menjelaskan bahwa tindakan Abraham ini bukan sekadar kesopanan, tetapi pengakuan bahwa Melkisedek adalah imam Allah sejati. Hal ini mematahkan klaim bahwa keimaman Lewi adalah satu-satunya jalan menuju Allah.

5️⃣ Perbedaan Keimaman Lewi dan Melkisedek

Salah satu tema utama dalam Ibrani adalah keunggulan Kristus atas sistem Perjanjian Lama. Herman Ridderbos menunjukkan bahwa keimaman Lewi bersifat sementara, terkait hukum Musa, sedangkan keimaman Melkisedek bersifat kekal, langsung dari Allah.

Dalam teologi Reformed, ini mendukung doktrin bahwa hukum Perjanjian Lama sudah digenapi dalam Kristus, termasuk sistem pengorbanan dan keimaman. Maka, gereja tidak lagi membutuhkan imam manusia sebagai perantara, karena Kristus adalah Imam Besar yang telah mempersembahkan diri-Nya sekali untuk selama-lamanya.

6️⃣ Implikasi Kristologis

Mengapa penting bagi kita bahwa Yesus adalah imam “menurut peraturan Melkisedek”? Karena:
Keimaman-Nya tidak tergantung garis keturunan manusia.
Ia melayani di hadapan Allah langsung, bukan hanya di bait fisik.
Ia adalah imam kekal, bukan sementara.

John Calvin menulis bahwa melalui Kristus, kita memiliki akses langsung kepada Allah. Tidak ada lagi tembok pemisah. Yesus adalah jalan, kebenaran, dan hidup (Yoh. 14:6).

7️⃣ Pandangan Teologi Reformed Tentang Kekekalan Keimaman Kristus

Reformed Theology menekankan bahwa karya Kristus tidak hanya mencakup penebusan di kayu salib, tetapi juga pelayanan keimaman yang berkelanjutan di surga. Herman Bavinck menulis:

Kristus tidak hanya mati bagi kita, tetapi Ia hidup bagi kita, terus menerus menjadi pengantara di hadapan Allah.”

Ibrani 7:1 membuka jalan pemahaman bahwa keimaman Kristus adalah jaminan keselamatan kekal bagi umat-Nya. Kita tidak hanya diampuni, tetapi juga dipelihara dan dibela oleh Sang Imam Besar di surga.

8️⃣ Aplikasi Bagi Gereja Saat Ini

Bagaimana ayat ini relevan bagi kita?

1️⃣ Kita tidak membutuhkan perantara manusia (imam) untuk mendekat kepada Allah.
2️⃣ Keselamatan kita tidak tergantung usaha kita, tetapi pada karya kekal Kristus.
3️⃣ Gereja dipanggil untuk hidup sebagai umat yang dipimpin oleh Raja dan Imam kekal, bukan budaya atau hukum manusia.

Tim Keller menekankan bahwa pemahaman ini membawa ketenangan dan pengharapan, sebab keselamatan tidak tergantung performa kita, tetapi pada Kristus yang sudah menyelesaikan segalanya.

9️⃣ Ringkasan Eksposisi

Melkisedek adalah tokoh historis sekaligus tipe Kristus.
Pertemuannya dengan Abraham menunjukkan supremasi keimaman non-Lewi.
Kristus menggenapi peran Melkisedek sebagai Raja dan Imam kekal.
Ini memberi dasar bagi keyakinan kita dalam keselamatan yang kekal dan hubungan langsung dengan Allah.

Next Post Previous Post