Improvement of Affliction

Improvement of Affliction

Memahami Maksud Allah di Balik Penderitaan Menurut Teologi Reformed

“Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang jauh lebih besar dari pada penderitaan itu sendiri.”— 2 Korintus 4:17 (TB)

Pendahuluan: Ketika Penderitaan Menjadi Guru Rohani

Di tengah dunia yang berusaha menghindari penderitaan dengan segala cara, teologi Reformed justru memandang penderitaan sebagai sarana pertumbuhan rohani yang sangat berharga. Istilah improvement of affliction (perbaikan/peningkatan melalui penderitaan) banyak digunakan oleh para teolog Puritan dan Reformed klasik untuk menggambarkan bagaimana Allah menggunakan penderitaan untuk membentuk karakter, meningkatkan iman, dan memperlihatkan kasih karunia-Nya.

Artikel ini mengulas secara mendalam bagaimana penderitaan bukan hanya ujian, tetapi juga alat anugerah yang diarahkan untuk kebaikan umat pilihan-Nya. Kita akan melihatnya melalui kacamata teologi Reformed serta praktik rohani dari para teolog besar sepanjang sejarah.

I. Perspektif Alkitabiah Tentang Penderitaan

A. Penderitaan Tidak Asing Bagi Orang Percaya

Dalam Perjanjian Lama dan Baru, penderitaan adalah bagian dari pengalaman umat Allah. Ayub, Yusuf, Daud, Yesaya, Paulus, dan bahkan Tuhan Yesus sendiri mengalami penderitaan dalam berbagai bentuk.

John Calvin menulis dalam Institutes, bahwa “Allah menggunakan penderitaan sebagai alat untuk mendidik anak-anak-Nya, supaya mereka lebih bersandar kepada-Nya dan meninggalkan dunia ini.”

B. Doktrin Providensia dan Kedaulatan Allah

Teologi Reformed mengajarkan bahwa tidak ada penderitaan yang terjadi secara kebetulan. R.C. Sproul menegaskan, “Jika ada satu molekul di alam semesta yang berada di luar kendali Allah, maka Allah bukanlah Allah.”

Penderitaan dikelola secara aktif oleh tangan Allah yang penuh kasih. Dalam Roma 8:28 dikatakan bahwa segala sesuatu bekerja untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah.

II. Improvement of Affliction: Penderitaan sebagai Sarana Anugerah

A. Penderitaan Mengungkapkan Kedalaman Dosa dan Ketergantungan

Penderitaan membawa kita kepada kesadaran bahwa kita lemah, rapuh, dan tidak berdaya tanpa Allah. Ini adalah langkah awal dari pertobatan sejati dan penyerahan penuh.

Thomas Boston, dalam bukunya The Crook in the Lot, menulis bahwa setiap “tikungan” dalam hidup kita adalah bagian dari tangan Allah yang membentuk kita ke dalam gambar Kristus.

B. Penderitaan sebagai Latihan Kesalehan (Disiplin Ilahi)

Dalam Ibrani 12:10–11 dikatakan bahwa Allah mendisiplinkan anak-anak-Nya demi kebaikan mereka agar mereka mengambil bagian dalam kekudusan-Nya. Ini bukan hukuman tanpa arah, melainkan latihan kasih.

Jonathan Edwards mengajarkan bahwa penderitaan dapat menjadi api yang menyucikan hati, membakar ego dan membawa kita kepada sukacita yang sejati dalam Tuhan.

III. Buah Rohani dari Penderitaan

A. Pertumbuhan Iman dan Pengharapan

Dalam penderitaan, kita belajar beriman di tengah ketidakpastian, dan harapan kita diarahkan bukan pada dunia ini, tetapi kepada kemuliaan yang akan datang.

John Owen menekankan bahwa penderitaan mengajari kita untuk memandang Kristus sebagai harta yang lebih besar daripada kenyamanan duniawi.

B. Kemampuan Menghibur Orang Lain

Penderitaan melatih empati dan memperluas kasih kita kepada orang lain yang menderita. Seperti dikatakan dalam 2 Korintus 1:4, kita dihibur agar dapat menghibur mereka yang dalam kesesakan.

IV. Penderitaan Kristus: Dasar dan Pola

A. Kristus Menderita Bagi Kita

Puncak dari penderitaan dalam iman Kristen terletak pada salib Kristus. Dia yang tidak berdosa menjadi kurban penderitaan tertinggi demi menyelamatkan orang-orang berdosa.

R.C. Sproul menyebut bahwa “penderitaan Kristus adalah titik di mana kasih, keadilan, dan murka Allah bertemu secara sempurna.”

B. Kristus Sebagai Teladan dalam Penderitaan

1 Petrus 2:21 menekankan bahwa Kristus telah meninggalkan teladan, supaya kita mengikuti jejak-Nya dalam penderitaan dengan ketaatan, kelemahlembutan, dan pengharapan.

V. Praktik Spiritualitas dalam Menghadapi Penderitaan

A. Doa yang Diperdalam oleh Penderitaan

Penderitaan memperdalam kehidupan doa kita, bukan hanya dalam permintaan, tetapi juga dalam penyembahan dan penyerahan.

Sinclair Ferguson menyatakan bahwa penderitaan mengajarkan doa yang lebih murni, karena membuang kepalsuan dan membawa kita kepada keintiman sejati dengan Bapa.

B. Merenungkan Firman dalam Kesesakan

Dalam Mazmur 119, Daud berkata: “Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada firman-Mu.” (Mazmur 119:67)

Penderitaan sering kali membuka mata kita terhadap kedalaman dan kekuatan janji-janji Allah.

VI. Ujian Iman dan Kemurnian Kasih

A. Penderitaan Menguji Apakah Kita Mengasihi Allah atau Pemberian-Nya

Thomas Watson, dalam All Things for Good, menulis: “Saat Allah mencabut kenyamanan, Dia sedang menguji apakah kita mencintai-Nya karena Dia atau karena berkat-Nya.”

B. Penderitaan Menyaring Motivasi Hati

Penderitaan sering menjadi cermin yang memperlihatkan apa yang sesungguhnya kita andalkan. Teologi Reformed mengajarkan bahwa penderitaan bisa menjadi alat untuk menyucikan iman yang bercampur dengan ambisi pribadi.

VII. Penghiburan Reformed: Penderitaan Tidak Sia-Sia

A. Ada Tujuan Kekal

Roma 8:18 mengatakan bahwa penderitaan saat ini tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan. Ini adalah penghiburan besar dalam doktrin Reformed: Allah tidak menyia-nyiakan satu tetes pun air mata umat-Nya.

B. Warisan Kemuliaan Kekal

Dalam penderitaan, kita bukan hanya sedang diuji, tetapi disiapkan untuk kemuliaan. Teologi Reformed melihat penderitaan sebagai “karya penempaan” dari Allah yang mempersiapkan kita menjadi mempelai Kristus yang kudus dan tak bercacat.

VIII. Penderitaan dan Kehidupan Gereja

A. Kesatuan Tubuh Kristus dalam Kesesakan

Gereja dipanggil untuk “menangis dengan yang menangis.” Ketika satu anggota menderita, semua turut menderita. Kesalehan kolektif terbentuk melalui penderitaan bersama.

B. Kesaksian di Tengah Dunia

Ketika orang percaya menghadapi penderitaan dengan pengharapan dan kesetiaan, dunia melihat kesaksian Injil yang nyata.

IX. Menjadi Dewasa Rohani Melalui Ujian

A. Menghasilkan Ketekunan, Pengalaman, dan Pengharapan

Roma 5:3–5 memberikan urutan yang indah: “kesengsaraan menghasilkan ketekunan, ketekunan menghasilkan tahan uji, dan tahan uji menghasilkan pengharapan.” Itulah jalan pertumbuhan rohani.

Jonathan Edwards mengatakan bahwa jiwa paling mulia bukan yang paling nyaman, tapi yang paling banyak ditempa oleh penderitaan dengan iman.

Kesimpulan: Menghadapi Penderitaan dengan Iman dan Hikmat

Improvement of affliction bukanlah teori abstrak. Ini adalah realitas iman Kristen yang dalam dan personal. Dalam teologi Reformed, penderitaan:

  • Bukan hukuman, tetapi alat kasih.

  • Bukan penghalang iman, tetapi pupuk pertumbuhan.

  • Bukan akhir, tetapi jalan menuju kemuliaan.

Oleh karena itu, kita tidak hanya bertahan dalam penderitaan, tetapi bertumbuh melaluinya.

“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan.”
— Yakobus 1:12

Next Post Previous Post