Kejadian 1:2: Peran Roh Allah dalam Penciptaan

Pendahuluan
Kejadian 1:2 adalah bagian dari pembukaan Alkitab yang sangat kaya makna. Setelah deklarasi ilahi dalam Kejadian 1:1 — "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi" — ayat kedua memberi kita gambaran tentang kondisi awal bumi sebelum Allah mulai membentuk dan mengisi ciptaan-Nya.
Ayat ini berbunyi:
“Bumi tidak berbentuk dan kosong, kegelapan menutupi permukaan samudra, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.”
(Kejadian 1:2, AYT)
Dalam teologi Reformed, ayat ini mengandung implikasi doktrinal yang mendalam terkait doktrin penciptaan, peran Roh Kudus, keteraturan ciptaan, dan inkarnasi teologi Trinitarian sejak awal sejarah dunia. Eksposisi ayat ini akan membuka kekayaan teologi dan relevansi rohani yang kuat bagi kehidupan Kristen masa kini.
I. Konteks Kejadian 1:2 dalam Narasi Penciptaan
Kitab Kejadian pasal 1 merupakan kisah penciptaan yang bukan sekadar catatan kosmologis, tetapi juga pernyataan teologis: Allah adalah Pencipta segala sesuatu, dan ciptaan-Nya baik adanya. Kejadian 1:2 adalah transisi dari ciptaan “dalam benih” (creatio ex nihilo) menuju pengaturan dan penataan kosmos secara bertahap oleh Allah.
II. Eksposisi Frasa per Frasa Kejadian 1:2
1. “Bumi tidak berbentuk dan kosong” (tohu wa-bohu)
Frasa Ibrani ini, tohu wa-bohu, menyiratkan ketidakteraturan dan kekosongan — bumi yang belum dibentuk dan belum diisi. Ini bukan kekacauan dalam arti dosa, tetapi kondisi yang menunggu tatanan ilahi.
Pandangan Teolog Reformed:
-
John Calvin menyatakan bahwa “Allah sengaja mengizinkan bumi dalam kondisi chaotic sementara, untuk menunjukkan kuasa dan hikmat-Nya dalam menyusun keteraturan dari ketidakteraturan.”
-
Herman Bavinck menekankan bahwa tohu wa-bohu tidak berarti ciptaan yang salah, tetapi ciptaan yang sedang berada dalam proses formasi sesuai kehendak Allah.
Teologi Reformed dan Ordo Ciptaan
Kondisi awal ini menjadi dasar bagi pola formasi (membentuk) dan pengisian dalam enam hari penciptaan:
Hari | Formasi | Pengisian |
---|---|---|
1-3 | Cahaya, Langit, Darat | 4-6 |
2. “Kegelapan menutupi permukaan samudra”
Kegelapan di sini tidak identik dengan kejahatan. Ini adalah ketiadaan cahaya, kondisi sebelum Allah berfirman, “Jadilah terang.” Samudra atau tehom adalah simbol dari kedalaman dan kekuatan alam yang belum teratur.
Pandangan Reformed:
-
Louis Berkhof menulis bahwa dalam ciptaan awal, Allah menciptakan segala sesuatu dalam bentuk dasar, kemudian membentuk dan mengisinya, sehingga kegelapan adalah bagian dari proses, bukan ketidakhadiran Allah.
-
Cornelius Van Til menekankan bahwa bahkan dalam kegelapan dan kekosongan, Allah tetap berdaulat dan hadir.
Aplikasi: Allah tidak takut terhadap kekosongan atau kegelapan. Dia bekerja bahkan di tengah kekacauan — baik dalam alam semesta maupun dalam hidup kita.
3. “Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air”
Frasa ini adalah inti dari Kejadian 1:2. Kata “melayang-layang” (rachaph) dalam bahasa Ibrani dapat diartikan sebagai berkibar dengan lembut, mirip seperti seekor burung yang mengerami sarangnya (bandingkan dengan Ul. 32:11).
Pandangan Reformed:
-
John Calvin mengatakan bahwa Roh Allah di sini bertindak sebagai “agen kehidupan,” seperti angin lembut yang menyiapkan kehidupan baru untuk muncul.
-
Herman Bavinck menulis bahwa ini adalah manifestasi awal dari Roh Kudus sebagai pemberi kehidupan (bandingkan dengan Mazmur 104:30).
-
R.C. Sproul menjelaskan bahwa frasa ini menyiratkan bahwa sejak awal penciptaan, Trinitas telah bekerja bersama-sama.
Implikasi Trinitarian
Meski “Allah” dalam ayat ini merujuk kepada Bapa, dan “Roh Allah” menunjuk kepada Roh Kudus, dalam terang PB kita mengetahui bahwa Yesus Kristus juga terlibat dalam penciptaan (Yoh. 1:1-3; Kol. 1:16).
“Trinitas tidak pertama kali muncul di Perjanjian Baru. Mereka telah bekerja bersama sejak ‘pada mulanya.’” – Michael Horton
III. Signifikansi Teologis Menurut Teologi Reformed
1. Creatio ex nihilo (Ciptaan dari yang tidak ada)
Teologi Reformed memegang teguh doktrin bahwa Allah menciptakan dari “yang tidak ada,” bukan membentuk dari materi kekal. Kejadian 1:2 menunjukkan bahwa materi dasar pun berasal dari Allah dan diatur oleh-Nya.
“Tidak ada yang ada sebelum Allah. Dia tidak menciptakan dengan bahan baku, tapi dengan firman.” – Louis Berkhof
2. Allah sebagai Tuhan atas keteraturan (ordo creationis)
Allah tidak hanya menciptakan, tetapi juga membentuk, mengisi, dan menegakkan hukum keteraturan di alam. Inilah dasar dari pemikiran Reformed tentang budaya, sains, dan pemerintahan.
“Di balik semua yang tampak kacau, ada Tuhan yang sedang membangun harmoni.” – Abraham Kuyper
3. Roh Kudus sebagai Pemberi Kehidupan
Peran Roh Kudus dalam Kejadian 1:2 menjadi dasar dari karya-Nya di seluruh sejarah keselamatan:
-
Menciptakan kehidupan fisik (Kejadian 1:2)
-
Menghidupkan kembali yang mati secara rohani (Yoh. 3:5-8)
-
Memimpin gereja dalam kebenaran (Yohanes 16:13)
4. Kegelapan bukan tandingan Allah
Tidak ada dualisme dalam Alkitab. Kegelapan bukan entitas yang melawan Allah, tetapi ciptaan yang tunduk kepada kehendak Allah. Ini sangat penting untuk melawan pengaruh gnostisisme atau okultisme dalam teologi populer.
“Kegelapan ada, tapi hanya sampai terang Allah datang.” – Martyn Lloyd-Jones
IV. Aplikasi Teologis dan Praktis
1. Allah Bekerja dari Kekacauan Menjadi Keteraturan
Jika Allah bisa mengatur kekacauan ciptaan awal, Ia juga bisa menyusun ulang hidup manusia yang rusak oleh dosa.
Pertanyaan Reflektif: Apakah saya menyerahkan kekacauan hidup saya ke tangan Allah yang Mahakuasa?
2. Roh Kudus Melayang di Atas Hidup Kita
Roh Kudus yang “melayang-layang” di atas air adalah simbol bahwa Allah aktif hadir bahkan dalam masa penantian. Ia menyuburkan, menyiapkan, dan mengarahkan menuju kehidupan baru.
Aplikasi: Jangan remehkan masa kegelapan atau kekosongan. Roh Kudus sedang bekerja.
3. Dunia Ini Milik Allah, Bukan Kaos
Dunia bukan produk kebetulan. Dunia diciptakan dengan maksud, nilai, dan hukum moral. Itulah sebabnya orang percaya dipanggil untuk melestarikan, mengatur, dan memuliakan Allah lewat ciptaan.
4. Dasar Teologis untuk Misi dan Penginjilan
Jika Roh Allah adalah pemberi kehidupan di awal penciptaan, maka Dia juga yang melahirkan kembali orang percaya dalam Kristus (Tit. 3:5). Maka, pekerjaan misi bukanlah sekadar persuasi, melainkan karya ilahi melalui Roh Kudus.
V. Penutup: Allah yang Membentuk dari Kekosongan
Kejadian 1:2 bukan hanya gambaran kosmologis, tetapi sebuah karya teologis yang mendalam. Dalam satu ayat singkat ini, kita melihat:
-
Kemuliaan Allah sebagai Pencipta
-
Peran Roh Kudus sebagai pemberi kehidupan
-
Pola ilahi dari kekosongan menuju keteraturan
-
Harapan bahwa Allah hadir dan bekerja bahkan di tengah kekacauan
“Di awal segalanya, Allah hadir. Di tengah kekosongan, Dia berkuasa. Di atas air yang gelap, Roh-Nya bergerak. Itulah dasar iman kita.” – R.C. Sproul