Khotbah Awal Petrus dan Bangkitnya Gereja: Kisah Para Rasul 2:14

Pendahuluan
Kisah Para Rasul 2:14 adalah awal dari salah satu khotbah terpenting dalam sejarah gereja. Petrus, yang sebelumnya menyangkal Yesus, kini berdiri dengan penuh keberanian untuk menyampaikan Injil kepada khalayak besar di Yerusalem. Ayat ini menjadi titik balik besar — dari murid yang takut menjadi pemberita Injil yang penuh kuasa. Dari sinilah gereja mula-mula mulai berkembang dan Injil diberitakan kepada semua bangsa.
Kisah Para Rasul 2:14 (AYT):
"Namun, Petrus berdiri bersama kesebelas rasul, mengangkat suaranya dan berkata kepada mereka, 'Hai orang-orang Yahudi dan semua yang tinggal di Yerusalem, biarlah diketahui olehmu dan perhatikanlah ucapanku.'"
1. Konteks Naratif dan Teologis
Pasal 2 dalam Kisah Para Rasul menggambarkan peristiwa Pentakosta, yaitu pencurahan Roh Kudus atas para murid, yang mengakibatkan mereka berbicara dalam berbagai bahasa (ayat 1–13). Ayat 14 menandai respons terhadap kebingungan dan ejekan orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu.
Perubahan Petrus: Dari Penakut Menjadi Pemberani
Petrus yang dahulu menyangkal Yesus tiga kali (Luk 22:61–62), kini berdiri sebagai pemimpin yang berani. Perubahan ini adalah bukti transformasi oleh Roh Kudus, dan menjadi contoh penting dalam teologi Reformed tentang karya pembaruan Roh dalam kehidupan orang percaya.
R.C. Sproul mencatat, “Roh Kudus tidak hanya memberi bahasa, tetapi keberanian. Petrus menjadi saksi karena dia telah diubah dari dalam.”
2. Eksposisi Ayat per Frasa
“Namun, Petrus berdiri bersama kesebelas rasul…”
a. Kesatuan Apostolik
Petrus berdiri bersama kesebelas rasul lainnya, menunjukkan kesatuan dan otoritas apostolik. Ini bukan aksi soliter, melainkan perwakilan dari seluruh komunitas rasul.
John Calvin menyatakan: “Petrus tampil sebagai juru bicara, tetapi ia tidak berbicara dengan otoritas pribadi. Ia berdiri sebagai bagian dari kesatuan yang telah diteguhkan oleh Kristus.”
b. Kepemimpinan yang Diteguhkan oleh Roh Kudus
Berdirinya Petrus menandai munculnya kepemimpinan baru yang tidak berdasarkan kekuatan manusia, tetapi oleh urapan dan panggilan ilahi. Ia berdiri bukan karena kehendak sendiri, tetapi karena didorong oleh kuasa Roh Kudus.
“...mengangkat suaranya...”
a. Keberanian untuk Bersaksi
Mengangkat suara menunjukkan bahwa Petrus tidak berbisik atau malu, melainkan bersaksi dengan keyakinan dan otoritas. Ini menunjukkan bahwa pemberitaan Injil adalah tindakan publik yang terbuka, bukan tersembunyi.
b. Simbol Keberanian Rohani
Dalam teologi Reformed, ini menggambarkan buah dari regenerasi dan pemeliharaan iman. Ketika seseorang sungguh-sungguh dipenuhi Roh, dia akan bersaksi meskipun menghadapi risiko.
Martyn Lloyd-Jones berkata: “Khotbah pertama gereja tidak datang dari mimbar yang lembut, tapi dari dada yang dipenuhi nyala Roh Kudus.”
“…dan berkata kepada mereka…”
a. Komunikasi yang Jelas dan Langsung
Petrus tidak berspekulasi atau berbicara dalam teka-teki. Ia berbicara dengan jelas kepada orang-orang yang hadir, menggunakan bahasa yang dapat dimengerti. Ini sejalan dengan prinsip claritas Scripturae (kejelasan Alkitab) dalam teologi Reformed.
b. Pewartaan Injil dalam Konteks
Petrus berbicara kepada “orang-orang Yahudi dan semua yang tinggal di Yerusalem.” Ini menunjukkan bahwa Injil disampaikan secara kontekstual, memperhatikan latar belakang pendengar.
“Hai orang-orang Yahudi dan semua yang tinggal di Yerusalem…”
a. Penegasan Identitas Pendengar
Petrus mengarahkan khotbahnya kepada kelompok yang dahulu menolak Yesus dan kini menyaksikan pencurahan Roh Kudus. Ini bukan pernyataan permusuhan, tetapi panggilan untuk pertobatan dan pengakuan iman.
Sinclair Ferguson menekankan bahwa “pelayanan Roh Kudus bukan hanya menyatakan kuasa, tetapi menghadirkan Injil kepada mereka yang sebelumnya menolak Kristus.”
“Biarlah diketahui olehmu dan perhatikanlah ucapanku.”
a. Tuntutan untuk Mendengarkan
Petrus memerintahkan, bukan meminta. Ini menunjukkan bahwa pemberitaan Firman memiliki otoritas ilahi, bukan sekadar opini manusia.
b. Injil yang Menuntut Respon
Pernyataan ini menekankan bahwa pendengaran Injil bukan aktivitas netral. Siapa pun yang mendengar harus mengambil sikap: menerima atau menolak.
Herman Bavinck menulis: “Firman Allah bukan hanya menyatakan, tetapi mengikat. Ia menuntut tanggapan, dan tanggapan itu bersifat kekal.”
3. Ajaran Teologi Reformed yang Terkandung
a. Kuasa Roh Kudus Mengubah Hati dan Keberanian
Petrus berubah dari penakut menjadi pemberita Injil. Ini adalah buah dari karya Roh Kudus yang meregenerasi dan memperlengkapi untuk pelayanan. Dalam Reformed, ini disebut doctrina regenerationis.
Louis Berkhof menulis bahwa “regenerasi sejati menghasilkan iman aktif dan kehidupan yang bersaksi.”
b. Otoritas Pewartaan Injil
Petrus tidak berdiri sebagai orator, tetapi sebagai pemberita Injil dengan otoritas Firman Allah. Dalam pemahaman Reformed, pewartaan Firman adalah sarana utama anugerah (means of grace), bukan sekadar metode komunikasi.
c. Kesatuan dalam Tubuh Kristus
Petrus berdiri bersama kesebelas rasul. Kesatuan ini adalah simbol dari gereja yang berdiri di atas fondasi para rasul dan nabi (Efesus 2:20), yang disatukan oleh Injil, bukan tradisi manusia.
4. Pandangan Teolog Reformed Terkemuka
John Calvin
Calvin melihat ayat ini sebagai awal dari pelayanan penggembalaan gereja. Petrus mewakili pemberitaan yang bukan berasal dari dirinya sendiri, tetapi diutus oleh Kristus dan Roh Kudus.
R.C. Sproul
Sproul menekankan pada aspek otoritas pewartaan Injil: “Petrus tidak memberi opini; ia menyatakan kebenaran mutlak dari Allah.”
John Stott
Dalam komentarnya, Stott menyoroti bahwa ayat ini membuka jalan bagi “khotbah pertama dalam sejarah gereja — model pemberitaan yang Alkitabiah, logis, Kristosentris, dan menuntut pertobatan.”
5. Aplikasi Praktis bagi Gereja Masa Kini
a. Pemberitaan Firman Harus Tegas dan Jelas
Gereja dipanggil untuk menyampaikan Injil dengan keberanian dan kejelasan, bukan dikaburkan oleh tren atau opini manusia.
b. Pemimpin Harus Berdiri Bersama
Kesatuan kepemimpinan adalah cermin dari kesatuan Injil. Pelayanan gereja yang efektif bertumbuh dari kolaborasi, bukan individualisme.
c. Gereja Dipanggil untuk Menjadi Suara di Tengah Dunia
Seperti Petrus bersuara di tengah publik Yerusalem, demikian juga gereja harus menjadi suara kebenaran di tengah dunia sekuler yang kacau.
6. Hubungan dengan Tema Injil dan Kerajaan Allah
Ayat ini membuka penggenapan janji Yesus dalam Kisah 1:8 bahwa para murid akan menjadi saksi di Yerusalem dan sampai ke ujung bumi. Dengan berdirinya Petrus, dimulailah misi gereja global.
7. Tantangan dan Relevansi Kontemporer
a. Gereja di Tengah Ketidakpercayaan
Seperti Petrus yang berkhotbah di tengah orang yang mengejek dan ragu, gereja saat ini juga harus berdiri dan berbicara di tengah masyarakat yang skeptis.
b. Panggilan untuk Menghadirkan Injil, Bukan Hanya Aktivitas
Petrus tidak membangun panggung besar, tetapi menyampaikan Firman yang berpusat pada Kristus. Ini menjadi teladan bahwa inti pelayanan gereja adalah pewartaan kebenaran Injil.
8. Kesimpulan
Kisah Para Rasul 2:14 bukan sekadar ayat transisi, tetapi fondasi penting dari:
-
Permulaan pelayanan gereja pasca-Pentakosta
-
Pewartaan Injil yang jelas, berani, dan otoritatif
-
Kuasa transformasi oleh Roh Kudus
-
Kesatuan tubuh Kristus dalam misi
Ayat ini memanggil gereja di segala zaman untuk berdiri teguh dalam kebenaran, menyuarakan Injil dengan kasih dan kuasa, serta tidak malu terhadap Injil Kristus.