Puasa dari Keinginan Duniawi: 1 Timotius 6:8

“Jika sudah ada makanan dan pakaian, kita akan merasa cukup.”(1 Timotius 6:8, AYT)
Pendahuluan
Kepuasan adalah tema yang jarang dirayakan dalam budaya modern. Dunia mengajarkan bahwa lebih banyak selalu lebih baik. Namun, Alkitab – khususnya dalam 1 Timotius 6 – menyampaikan sebuah nilai yang sangat kontras: rasa cukup adalah kekayaan yang sejati. Dalam konteks ini, 1 Timotius 6:8 memberikan salah satu seruan paling sederhana sekaligus radikal dari Rasul Paulus:
"Jika sudah ada makanan dan pakaian, kita akan merasa cukup."
Bersama dengan ayat-ayat di sekitarnya, pernyataan ini adalah teguran sekaligus undangan: teguran terhadap keserakahan, dan undangan menuju hidup yang puas dalam pemeliharaan Allah.
Dalam artikel ini, kita akan:
-
Menggali konteks historis dan literer ayat
-
Menjelaskan makna kata dan struktur kalimat
-
Membahas pendapat dari tokoh teologi Reformed
-
Menyajikan implikasi teologis bagi hidup Kristen
-
Menawarkan aplikasi praktis dalam konteks zaman modern
1. Konteks Historis dan Literer
Surat 1 Timotius merupakan surat pastoral dari Rasul Paulus kepada anak rohaninya, Timotius, yang sedang menggembalakan jemaat di Efesus. Pasal 6 menyoroti persoalan serius dalam gereja: adanya pengajar palsu yang menyalahgunakan ajaran demi keuntungan finansial (ay. 3–5).
Sebagai respons terhadap keserakahan itu, Paulus mengajarkan prinsip kesalehan dan kecukupan:
-
Ayat 6: Kesalehan yang disertai rasa cukup memberikan keuntungan besar
-
Ayat 7: Kita tidak membawa apa-apa ke dunia dan tidak membawa apa pun keluar
-
Ayat 8: Jika sudah ada makanan dan pakaian, kita akan merasa cukup
Ayat ini memperkuat pernyataan sebelumnya: hidup yang puas dalam pemeliharaan Allah jauh lebih berharga daripada kekayaan materi.
2. Analisis Kata dan Struktur Ayat
“Jika sudah ada makanan dan pakaian, kita akan merasa cukup.”
Kata kunci Yunani:
-
τροφὰς (trophas) – makanan, merujuk pada segala bentuk kebutuhan dasar untuk hidup.
-
σκεπάσματα (skepasmata) – pakaian atau perlindungan, bisa berarti pakaian dan tempat tinggal.
-
ἀρκεσθησόμεθα (arkesthēsometha) – kita akan merasa cukup, dari akar kata arkeō, yang berarti "puas", "cukup", atau "tidak mengeluh."
Struktur kalimat Yunani ini bersifat indikatif dan reflektif – menyiratkan bahwa kepuasan adalah sikap hati, bukan kondisi materi.
3. Pandangan Pakar Teologi Reformed
John Calvin
Calvin dalam komentarnya terhadap surat ini menyatakan:
“Tidak ada yang lebih berbahaya daripada hati yang tidak pernah puas, karena itu membuka jalan bagi segala jenis dosa.”
Ia menekankan bahwa kehidupan Kristen adalah latihan dalam penyangkalan diri dan bahwa kecukupan bukan berasal dari jumlah harta, tetapi dari pemahaman bahwa semua berasal dari tangan Allah.
Matthew Henry
Dalam Expository Notes, Henry menulis:
“Kepuasan adalah kekayaan sejati. Ia membuat orang miskin menjadi kaya, dan ketamakan membuat orang kaya menjadi miskin.”
Henry melihat ayat ini sebagai pengingat akan pentingnya hidup dalam syukur, yang adalah ekspresi iman kepada pemeliharaan Tuhan.
R.C. Sproul
Dalam karya-karyanya tentang kekayaan dan kekudusan, Sproul menggarisbawahi bahwa kecukupan adalah buah dari doktrin providensia:
“Orang Kristen yang memahami bahwa Tuhan berdaulat atas segala kebutuhan tidak akan hidup dalam kecemasan yang duniawi.”
Ia memperingatkan bahwa ketika kekristenan dikaitkan dengan ambisi duniawi, maka Injil kehilangan daya transformasinya.
John Owen
John Owen dalam prinsip hidup rohaninya banyak menekankan pada kehidupan yang bersandar penuh pada Kristus, termasuk dalam kebutuhan sehari-hari. Kecukupan adalah buah dari iman yang percaya bahwa Allah tahu kebutuhan kita lebih dari kita sendiri.
4. Implikasi Teologis
a. Doktrin Providensia
Kepuasan dalam kebutuhan dasar menunjukkan pengakuan akan pemeliharaan Allah.
“Allah kita di surga, Ia melakukan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya” (Mzm. 115:3)
Providensia berarti bahwa Allah:
-
Tahu apa yang kita butuhkan
-
Mampu menyediakannya
-
Menentukan waktu dan cara yang terbaik
Kecukupan bukan berarti fatalisme, tetapi iman aktif yang percaya bahwa Allah itu cukup.
b. Anti-Konsumerisme dan Teologi Kemakmuran
Ayat ini menantang teologi kemakmuran yang menyamakan iman dengan kekayaan. Paulus justru berkata: jika kamu punya makanan dan pakaian, itu sudah cukup!
Westminster Shorter Catechism Q.1: “Tujuan utama manusia adalah untuk memuliakan Allah dan menikmati-Nya selamanya.”
Bukan mengumpulkan kekayaan.
c. Hidup Saleh dan Sederhana
Hidup yang dipenuhi Roh tidak membutuhkan kekayaan dunia untuk memuaskan. Justru, kesalehan dan kesederhanaan menjadi tanda kehidupan yang bertumbuh dalam Kristus.
5. Aplikasi Praktis bagi Orang Percaya Masa Kini
1. Belajar Bersyukur atas Kebutuhan Dasar
Dalam dunia yang mengejar kemewahan, orang Kristen dipanggil untuk menghargai hal-hal kecil: sepotong roti, tempat tinggal sederhana, pakaian yang layak.
2. Menolak Budaya Konsumtif
Budaya modern membentuk manusia menjadi pembanding, pengingkar, dan pengejar barang baru. Ayat ini mengajarkan kebalikan total: hidup dengan cukup dan bersyukur.
3. Mengajarkan Anak dan Generasi Muda
Anak-anak Kristen harus dididik untuk:
-
Tidak hidup berdasarkan tren
-
Tidak menilai diri dari kepemilikan
-
Menumbuhkan rasa cukup dalam Kristus
4. Menghidupi Solidaritas Kristen
Jika kita cukup dengan kebutuhan dasar, kita akan lebih mudah memberi kepada yang membutuhkan. Gaya hidup sederhana membuka pintu untuk kedermawanan.
6. Kesaksian Kristus sebagai Teladan
Yesus Kristus hidup sebagai manusia yang tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Mat. 8:20). Ia tidak hanya mengajarkan cukup — Ia menghidupinya. Dalam doa-Nya, Yesus mengajarkan:
“Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” (Mat. 6:11)
Salib menunjukkan bahwa kekayaan tertinggi bukanlah dunia ini, tetapi hidup kekal. Mereka yang memiliki Kristus tidak kekurangan apa pun yang sejati.
7. Hidup Seperti Zaman Musa: Manna Cukup untuk Hari Ini
Dalam Keluaran 16, Tuhan menyediakan manna setiap hari — tidak lebih, tidak kurang. Mereka yang mencoba menimbun malah menemui busuk dan ulat. Pelajarannya jelas:
-
Allah cukup
-
Allah setia
-
Allah ingin kita percaya kepada-Nya setiap hari
8. Pandangan Reformasi: Soli Deo Gloria dan Kecukupan
Reformasi mengajarkan bahwa seluruh kehidupan harus diarahkan untuk kemuliaan Allah. Hidup yang puas dengan apa yang diberikan Tuhan adalah bentuk penyembahan. Paulus mengatakan:
“Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.” (Filipi 4:11)
Ini adalah pengakuan iman, bukan semangat kekalahan.
Penutup: Cukup = Kaya
1 Timotius 6:8 adalah ayat pendek, tetapi penuh kuasa. Dalam satu kalimat, Rasul Paulus:
-
Menghancurkan kebohongan dunia tentang kekayaan
-
Menyatakan kebenaran abadi tentang kepuasan sejati
-
Menunjukkan kepada kita bahwa kekayaan sejati bukan apa yang kita miliki, tapi siapa yang kita miliki
"Jika sudah ada makanan dan pakaian, kita akan merasa cukup."
Itulah kekristenan yang sehat.